blank
Manajer Persiku Kudus Ferdaus Ardiansyah. foto:Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Persiku Kudus memungkasi perjuangan di Liga 3 dengan kembali menelan kekalahan. Melawan BJL Semarang, di Stadion Muchtar Pemalang, Senin (8/11),  Macan Muria kembali tumbang dengan skor 2-1.

Dengan hasil ini, anak asuhan pelatih Cucun Sulistyo harus terpuruk di dasar klasemen Grup A Liga 3 Jateng. Bermain empat kali, Persiku hanya meraih satu poin dari hasil imbang dengan Persekap Pekalongan dan selebihnya kalah.

Manajer Persiku Ferdaus Ardiyansyah saat dihubungi oleh awak media mengaku kecewa dengan hasil tersebut. Dirinya bahkan tak habis pikir dengan penampilan buruk timnya.

Dari sisi teknis permainan, kata Ardi, itu adalah kewenangan dari pelatih dan dirinya tidak bisa ikut campur.

“Saya sendiri tidak tahu kenapa permainan Persiku seperti itu. Dari pertandingan ke pertandingan permainannya selalu menurun,”kata pria yang akrab disapa Ardi tersebut.

Ardi membantah bahwa performa buruk Persiku terjadi akibat faktor manajerial. Termasuk isu keterlambatan gaji pemain, kata Ardi, tidak bisa jadi pembenar kenapa tim bisa bermain buruk.

“Tidak ada keterlambatan gaji. Pemain dan official sudah terima gaji. Tapi kalau mau fair, banyak tim-tim lain yang juga mengalami hal serupa (keterlambatan gaji). Seperti BJL 2000, informasinya juga sama belum terima gaji. Tapi ini semestinya tidak bisa jadi alasan bagi tim untuk tampil buruk,”tandasnya.

Atas kondisi tersebut, Ardi juga tak terima jika tanggung jawab atas kegagalan Persiku di musim ini kemudian ditimpakan ke manajemen secara keseluruhan. Sebab, kata Ardi, orang yang lebih patut marah atas kegagalan Persiku justru adalah dirinya.

“Orang yang patut sangat marah semestinya adalah saya selaku manajer. Karena praktis segala keperluan tim dan operasional selama ini saya yang menanggung dengan menggunakan dana pribadi. Dana APBD sendiri belum tahu apakah bisa cair atau tidak,”tukas Ardi.

Ardi kemudian flashback ke belakang ketika pembentukan tim muncul euforia. Saat itu, ada banyak tuntutan terhadap manajemen untuk menggunakan pelatih lokal dan pemain lokal.

Tak hanya itu, ekspektasi publik bola Kudus yang cukup tinggi menjadi beban bagi para pemain. Sehingga, saat gagal meraih kemenangan di laga perdana, mental pemain sempat jatuh.

“Mental pemain sempat jatuh karena ada pemberitaan di Kudus yang kurang baik,”tandasnya.

Hanya saja, kata Ardi, saat ini nasi sudah menjadi bubur. Atas semua resiko, kritik hingga masukan, akan diterimanya.

Ardi juga akan melakukan pertanggungjawaban kepada Askab PSSI Kudus atas kinerjanya selama ini mengelola Persiku.

Tm-Ab