blank
Foto: dok/dm

blankOleh: Amir Machmud NS

// cahaya datang silih pergi/ berebut celah menyemburatkan api/ kau datang/ dia tiba/ lalu siapa yang akan menguasai cahaya/ siapa pula yang harus rela/ menepi sementara/ atau mungkin seterusnya… //
(Sajak “Efek Ronaldo di Teater Impian”, 2021)

BOLEH jadi Manchester United sempat merasa telah menyelesaikan transfer paling sukses, ketika Jadon Sancho membubuhkan tanda tangan untuk sebuah proses kepindahan yang berliku dari Borussia Dortmund.

Ya, itulah episode sebelum muncul haru-biru kisah tentang Cristiano Ronaldo.

Sancho adalah “buron lama” MU, amunisi yang paling dinanti untuk melengkapi puzzle ketajaman barisan penyerang. Dengan kemampuan mengiris sayap, Sancho akan memperkaya stok penyerang Setan Merah yang semuanya berkelas: dari Marcus Rashford, Anthony Martial, Jesse Lingard, Edinson Cavani, hingga Mason Greenwood.

Ya, itulah episode sebelum muncul Ronaldo, sosok yang selama ini diimpikan untuk kembali oleh keluarga besar Old Trafford.

Dan, api konfidensi betul-betul berkobar ketika bintang yang pada 2009 memilih meninggalkan Manchester untuk bertualang bersama Real Madrid itu, pulang kembali, walau dalam usia yang tak lagi muda.

Namun lihatlah nyala Ronaldo. Dia adalah satu di antara sedikit pemain yang mampu mengelola perambatan usia. Betul juga, dia pulang dengan membawa ekspektasi tinggi.

Mencetak dua gol di laga debut ke gawang Newcastle United pekan lalu, memberi gambaran chemistry CR7 dengan habitat lamanya tak pernah hilang. Dia juga memancarkan aura optimisme bagi Manchester Merah untuk meraih gelar liga.

Sinyal Menit Bermain
Di balik segala euforianya, diam-diam laga yang menandai kembalinya sang “sultan” itu, memberi sinyal keras kepada para penyerang lainnya.

Ke mana Sancho, ke mana pula Rashford?

Sebegitu mudahkah mereka “dilupakan” dan seperti tiba-tiba “hilang” ketika muncul pesona yang lebih terang?

Efek Ronaldo bahkan dirasakan hingga ke Parc des Prince. Hari-hari menanti debut Ronaldo saat melawan Newcastle United mampu mengalihkan perhatian dunia, yang dalam beberapa pekan terakhir terfokus ke kepindahan fenomenal Lionel Messi ke Paris St Germain. Fokus dunia beralih ke Theatre of Dream!

Dan, lantaran begitu besar perhatian media ke Ronaldo, saya sempat berpikir, “Setelah berpetualang di Paris, Messi boleh jadi terinspirasi ingin merayakan pulang kandang ke Barcelona dengan kehebohan seperti itu”.

Nyatanya pula, Messi belum terlihat “menyala” di Paris, baik dalam debutnya di Ligue 1 maupun di Liga Champions.

Sementara itu, di internal MU, berkah yang dirasakan oleh pelatih Ole Gunnar Solskjaer sebanding dengan kerumitan dalam memilih starting line up.

Bukan rahasia lagi, persaingan untuk mendapatkan menit bermain acapkali menciptakan friksi antara pemain dengan pelatih. Keteguhan Solskjaer dan kemampuan manajemen
persuasinya betul-betul akan diuji, ketika menentukan skema taktik.

Mungkinkah Jadon Sancho mendapat kepercayaan sebesar perannya di Dortmund?

Di Signal Iduna Park dia adalah primadona dengan gol-gol dan umpan-umpan kunci, sedangkan di MU harus bersaing ketat dalam permutasi skema dengan Greenwood, Rashford, dan Martial. Padahal antrean juga makin memanjang dengan kesiapan Cavani, termasuk “Lord” Lingard, yang dengan pemulihan performanya kini meramaikan persaingan dalam starting eleven.

Jika dalam perjalanan nanti Ronaldo lebih pas sebagai penyerang tengah, Sancho bisa menemukan tempat permanen di sayap kanan. Sementara sayap kiri bergantian diisi oleh Rashford atau Greenwood.

Sesekali bisa saja CR7 bertandem sebagai tombak kembar bersama Cavani atau Martial. Sedangkan Lingard menambah kedalaman skuad, ketika Solskjaer membutuhkan opsi
penyegaran pada saat-saat buntu.

Berkah Kedalaman Skuad
Kedalaman skuad seperti ini, walaupun berpotensi friksi, merupakan tuntutan dalam realitas kebutuhan rotasi. Bukankah pemain tak selamanya dalam kondisi bugar? Pun, ada problem cedera yang terkadang merusak rencana taktik.

Apalagi banyak ajang yang menanti: liga, Piala FA, Piala Liga, dan Liga Champions. Dalam usia yang tidak lagi muda, tentu Ronaldo tidak akan dimainkan untuk semua turnamen.

Dari kalkulasi ini, bukankah tak seharusnya Sancho terimbas faktor Ronaldo?

Benar, dia memang tidak lagi menjadi “pusat” perhatian seperti buncah harpan pada awal-awal kehadirannya. Namun sebagai anak muda dengan masa depan yang masih panjang, pemain dengan gaya sepak bola ala Neymar ini justru punya banyak kesempatan belajar dari Ronaldo, baik teknis maupun sikap.

Di samping efek dalam skematika line up, pada sisi lain CR7 bisa menjadi “faktor pendorong”, termasuk untuk Bruno Fernandes dan Paul Pogba. Kedua kunci lini tengah itu bisa lebih terpacu untuk memberi bukti mampu secara efektif mengimbangi kehadiran Ronaldo.

— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan penulis buku —