blank

blankOleh: Dony, S-wardhana 

DI INDONESIA angka pasien yang terpapar covid 19 dalam beberapa minggu ini meningkat tajam. Alasan yang mengemuka karena liburan lebaran lalu masyarakat tidak disiplin melakukan Prokes 5-M. Banyak video di grup WA yang mempertontonkan betapa bangganya orang melanggar aturan yang sudah dibuat agar pandemi covid 19 bisa segera berakhir.

Di lain pihak saat ini penduduk Wuhan sudah bisa lepas masker (terbebas dari prokes) ketika mereka berkerumun maupun melakukan akivitas normal. Di Eropa, gelaran liga Eropa UEFA 2021 sudah memperbolehkan dihadiri penonton. Sementara di Indonesia? Kita masih harus berjibaku lagi untuk menekan angka korban keganasan covid-19.

Masalah utamanya adalah karena masyarakat tidak disiplin melaksanakan Prokes 5 M. Di lain pihak pemerintah Indonesia tidak henti-hentinya mengingatkan agar masyarakat selalu disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan 5 M yakni memakai masker dengan benar, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan  membatasi mobilisasi dan interaksi .

Kutipan dari Tempo.co.id (Rabu 7 Juli 2021) berikut ini dapat memberikan gambaran tentang wabah Covid 19 beberapa hari terakhir ini: “Berdasarkan data dari Worldometers.info pada Rabu, 7 Juli 2021 pukul 09.29 WIB, Indonesia menempati urutan ketiga dalam penambahan kasus harian Covid-19.

Tercatat, ada penambahan sebanyak 31.189 kasus di Indonesia pada Selasa, 2 Juli 2021. Angka ini ada di bawah Brazil yaitu 62.504 kasus dan India sebanyak 43.957 kasus. Dari sumber yang sama, di urutan keempat ada Inggris dengan penambahan kasus 28.773 dan Colombia, di posisi kelima, dengan penambahan 26.721 kasus. Worldometers.info juga mencatat Indonesia menempati posisi keempat penambahan kasus kematian harian.

Berdasarkan data yang mereka himpun, jumlah kematian bertambah 728 pada Selasa, 6 Juli 2021. Penambahan kematian tertinggi adalah Brazil yaitu 1.787 kasus. Kemudian, India dengan 930 kasus, dan Rusia dengan 737 kasus. Di urutan kelima ada Colombia dengan 553 kasus. Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan angka kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan.

Luhut mengatakan angka ini bisa melonjak sampai 40 ribu per hari. “Angka (harian Covid-19) bisa terus naik, seperti kemarin 29 ribu, bisa saja kita sampai 40 ribu atau lebih. Kita siapkan skenario untuk menghadapi itu, semua sudah dilakukan,” ujar Luhut dalam konferensi pers virtual, Selasa, 6 Juli 2021.”

Jauh hari tak kurang Menteri Kesehatan RI  Budi Gunawan Sadikin dalam konferensi pers  secara daring (Youtube Sekretariat Presiden, (selasa  26/1/21) telah menegaskan bahwa strategi pengendalian covid-19 antara lain dengan mengajak masyarakat selalu disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan 3M dan melakukan 3T (testing, tracing, treatment).

Masyarakat Jadi Penentu

Pemerintah sendiri tidak dapat mengendalikan kasus covid-19 karena penentu keberhasilan pengendaliannya ada pada masyarakat. Tanpa didukung masyarakat yang disiplin menerapkan protokol kesehatan, usaha keras pemerintah akan sia-sia. Bila setiap dari kita memiliki disiplin diri menerapkan protokol kesehatan niscaya akan tercipta masyarakat yang disiplin. Ini yang tidak mudah!

Kata “disiplin“ berasal dari bahasa Latin discere yang berarti “belajar”. Konon dalam perkembangannya bahasa Inggris pun menyerapnya menjadi “disciple” dengan makna “murid”. Dari segi sosiologi, Pratt Fairshilf mengemukakan bahwa disiplin terdiri atas disiplin diri (individu) dan disiplin sosial (kelompok/masyarakat).

Keduanya saling berkaitan, artinya seseorang yang memiliki sikap disiplin dapat mengarahkan perilakunya berdasarkan aturan, tatanan, atau batasan perilaku tertentu yang dapat diterima oleh kelompok sosialnya. Hal ini bisa didapatkan dari proses belajar maupun pendidikan.

Pengendalian diri (pikiran dan watak) akan menghasilkan sikap mental berupa sikap taat dan tertib. Sehingga memungkinkan tumbuhnya kesadaran untuk memahami disiplin sebagai suatu sistem tatanan perilaku. Kenyataannya, ada orang yang disiplin  hanya untuk menghindari hukuman. Dia akan melanggar aturan bila tidak ada yang mengawasinya.

Adapula orang yang disiplin hanya karena ingin memperoleh imbalan (bisa materi atau pujian). Dalam hidup bermasyarakat setiap orang harus menaati aturan tertentu sehingga harus meninggalkan egonya. Yang terbaik adalah bila seseorang menjadi disiplin karena ada dorongan dari dirinya sendiri (menjadi kebutuhan) untuk menjalankan aturan tanpa merasa terkekang atau terpaksa. Ada beberapa aspek yang memengaruhi kedisiplinan yakni diri sendiri, keluarga dan pergaulan (lingkungan) sehingga tidak mudah untuk membuat seseorang menjadi disiplin.

Maka dibutuhkan latihan dari diri sendiri untuk terbiasa taat aturan dan mampu mengendalikan diri. Perilaku disiplin seperti ini lebih efektif dibandingkan disiplin karena diawasi orang lain. Keluarga dan lingkungan memiliki andil yang besar untuk mengajarkan sikap disiplin pada seseorang.

Keluarga dapat menjadi basis pembelajaran kedisiplinan dan orang tua harus menjadi teladannya. Bila anak melanggar aturan bisa diberikan sangsi maupun koreksi. Begitu pula dalam lingkungan masyarakat, bila seseorang tidak menaati norma, aturan atau kesepakatan bersama, lingkungan pun bisa memberikan sanksi dan koreksi.

Guna mewujudkan pribadi maupun masyarakat yang disiplin diperlukan adanya suatu cita-cita atau impian. Contohnya, seorang mahasiswa yang bercita-cita ingin menjadi ahli tertentu maka dia harus medisiplinkan diri untuk belajar dan berlatih mengerjakan berbagai hal sesuai cita-citanya.

Bila bangsa ini bersepakat dan bercita-cita untuk terbebas dari pandemi covid-19 maka semua orang harus mampu mengalahkan diri sendiri dan mendisiplinkan diri untuk belajar dan berlatih mengerjakan kebiasaan baru seperti menerapkan protokol kesehatan 5 M dan 3 T.

Ayo disiplin! Better Late Than Never….

 Dony, S-wardhana, (A. Soerjowardhana), Dosen Fakultas Ilmu Budaya UDINUS, penulis buku 100% Anti Nganggur, email: donyswardhana18@gmail.com

Editor: mul