blank
Ilustrasi. Reka: wied

JC Tukiman Tarunasayogablank

BACALAH gembeng ini sebagaimana Anda mengucapkan: “Rumah baru itu genteng-nya berwarna coklat tua, didatangkan dari pabrik genteng terkenal di Kebumen sana.”

Topik gembeng ini pasti sangat kontekstual, mengingat sebentar lagi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) perihal sengketa Pilpres 2024 (akan) segera diumumkan.

Tak seorang pun dapat menolak putusan itu. Sama halnya tak seorang pun dapat juwawa atas putusan itu, merasa paling menang.

Tak seorang pun boleh meledek “lawannya” entah karena menang entah karena kalah. Intinya, keputusan MK itu final, tak terbantahkan lagi, apalagi tergoyang-goyang lagi oleh siapa pun.

Baca juga Ora Watak

Semua pihak harus legawa menerima putusan MK. Namun,… bolehlah dan pasti saja ada pihak-pihak yang menangis sesenggukan……hik….hik….hik……(aku kalah …. hik….. hik……). Silakanlah menangis mumpung belum dilarang!!

Gembeng

Gembeng, kata (khas??) Jawa bermakna dua: pertama, gampang nangis, dan kedua, kesed (bacanya persis sama dengan gembeng) dan artinya malas. Ada banyak pendorong seseorang gampang nangis: sedih menangis, gembira/terharu menangis; lapar menangis, kenyang sesenggukan menangis karena kekenyangan. Dan seterusnya, contoh wong gembeng dapat diperpanjang, termasuk pejabat pun ada yang gembeng.

Pertanyaannya, siapa kira-kira pihak yang bakal menangis meraung-raung atas putusan MK nanti?  Ini pertanyaan menarik banget; dan ……… dapat diduga, mereka yang akan meraung-raung adalah mereka yang selama ini sudah merasa di atas awan, ehhh di atas angin.

Bayangkan, orang-orang selama ini sudah penuh suka cita yakin tak akan tergoyahkan,  karena dalil-dalil bersengketanya merasa komplet tanpa cela; ehhhh  tiba-tiba putusan MK-nya menyedihkan baginya.  Orang atau pihak seperti inilah yang pasti banjur gembeng, menangis sejadi-jadinya.  

Baca juga Ngregem Kemarung

Dia atau mereka yang gembeng atas putusan MK pasti tidak terbatas pada pihak-pihak yang bersengketa saja. Sangat boleh jadi “barisan pendukung”-nya  akan lebih gegap-gempita menangisnya. Mengapa? Dapat dipastikan karena kecewa berat, meskipun terbuka peluang juga bagi mereka yang gembira berat. Kecewa berat atau gembira berat sama-sama dapat terungkap lewat tangisan.

Ke depan

Ada ungkapan biblis, “di tepinya sungai-sungai Babel, di sanalah kita menangis, seraya menggantungkan kecapi.” Itu gambaran orang-orang yang belum move-on, yakni mudah menangis, gembeng, teringat kejayaan masa lalu.

Putusan MK mengajak siapa pun move on,  baik bagi mereka atau pihak-pihak yang merasa menang atau pun apalagi pihak-pihak yang merasa kalah. Ayo move on, ayo menatap masa depan; jangan lagi dadi bocah gembeng kalung kreweng. (tahu kreweng kan, itu lho pecahan-pecahan genteng).Jika gembeng lalu dijadikan senjata, Anda akan disebut cah gembeng kalung kreweng tadi.

Apa tanda-tanda cah gembeng kalung kreweng? Gampamg banget menengarainya, yakni pasti ia suka berlindung di balik orang/figure lain. “Saya bilang bapakku, pasti nanti semua beres.” Atau ada lagi: “Pamanku orang penting, kok, jangan khawatir.” Sewaktu kecil, jika merasa kalah bertengkar dengan teman sepermainan, anak selalu bilang “Tak kandhakke mbahku kowe, kapok!” Baru-baru ini ada pengendara mobil menabrak mobil lain, dia malah bilang: “Aku kemenakan seorang jendral.”

Gembeng kalung kreweng dalam beperkara di MK jangan-jangan ada pula yang berkilah: “Belum tahu siapa saya, dia?” Atau, mungkin juga ada yang tetap ora trima, lalu berucap:  “Aku punya orang dalam MK, biar nanti tahu rasa, dia!!”

Move on Luuurrrrr, move on…………move on…….

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan penyantun Soegijapranata Catholic University