blank
Ilustrasi Mbeo. Reka: wied SB.ID

JC Tukiman Tarunasayogablank

SELAMAT, proficiat, mangayubagya atas telah terlaksananya Pilkada Serentak (PS) di seluruh Indonesia, pada Rabu, 27 November 2024 lalu. Dari sisi penyelenggara (an) ini gawe besar yang sungguh-sungguh besar. Dari sisi prestasi kerja, PS ini harus dilihat sebagai sebuah prestasi besar, terutama dalam hal koordinasi kerja. Bagaimana bila ditinjau dari sisi efektivitas dan efisiensinya? Tentang hal ini, sumangga siapa berhak menganalisis.

Bagian saya lebih mau fokus ke sisi partisipasi masyarakat dalam PS lalu; namun bukan dari kajian teoritisnya (dikenal ada tujuh tangga partisipasi), karena saya akan berfokus kepada preferensi orang memilih.

Ngapa kok padha gelem nyoblos? Dan ternyata, orang-orang tergerak hatinya untuk nyoblos karena lebih dari 60% didorong oleh ngucing. Orang (orang) kepingin banget jagonya terpilih (jadi) demi berbagai alasan, seperti (a) gengsi partai, (b) kebanggaan keluarga/kelompok, (c) penegakan demokrasi, (d) jago ini cocok untuk memimpin, (e)  kepotangan budi berhubung selama ini di-bansos-I terus, (f) jagoku ini mumpuni, dan (g) ingin membuktikan sesuatu.

Sebesar 40% lainnya, pemilih terdiri dari orang/pihak-pihak yang mbajing, mbebek, dan mbeo. Memang ada dalam PS orang-orang yang sengaja mbajing, seperti misalnya nyrobot, main kasar, sok-kuasa, dan sejenisnya itu?  Pasti ada, kendati jumlahnya sedikit. Memang ada orang-orang yang hanya mbebek dan mbeo dalam PS? Banyaklah orang yang dikondisikan seperti kawanan bebek, orang-orang  diminta manut saja sambil dikepyuri beras setiap minggunya. Siapa yang bertindak seperti itu? Yahhhhh, pasti ada lah. Orang-orang yang masih punya kepentingan pribadi, biasanya membentuk kelompok mbebek seperti ini, dengan kata kuncinya: kudu diopeni terus.

Mbeo

Kita sudah bicara tentang kucing (ngucing), bajing (mbajing), bebek (mbebek); namun kurang lengkap kalau tidak membahas tentang beo dan sifat dari burung ini yang  “dipakai” oleh manusia, disebut mbeo, membeo. Dalam PS kemarin, banyak juga lho kelompok mbeo ini.

Baca juga Ngucing

Bagi orang-orang yang  “kurang piknik” dalam hal perburungan, burung beo ini disamakan dengan burung bethet; padahal katanya (bagi para penyayang burung) sangatlah berbeda antara beo dan bethet itu. Sumangga saja, saya juga sangat kurang paham perbedaannya atau pun persamaannya.

Beo, dalam KBBI disebut juga burung tiung, dan dalam bahasa ilmiahnya diberi nama craula intermedia. Kehebatan utama beo adalah pandai menirukan bunyi-bunyian apa saja, termasuk misalnya bunyi manusia yang sedang  batuk, tertawa, bahkan omongan manusia pun dapat ditirukan oleh burung ini. Mungkin karena itulah ia disebut intermedia, dari berbagai media bunyi-bunyian, ia dapat menirukannya. Hebat memang.

Beo pinter menirukan bunyi-bunyian apa pun yang datangnya dari manusia; nah………… menariknya, manusia ternyata juga pinter menirukan omongan orang lain seperti burung beo ini. Orang seperti inilah disebut mbeo, membeo. Orang yang bersikap mbeo, membeo, dia menirukan saja arahan atau perintah seseorang yang menyuruhnya.

Mbeo pasti ada pada seseorang yang tidak mungkin berfikir kritis; pokoknya tuannya menyuruh A ya dia akan mengatakan atau melakukan A. Persis, tidak nambah, dan tidak mengurangi apa yang dikatakan “tuannya” tadi. Adakah pemimpin (de facto sudah menjadi pemimpin) tetapi  masih mbeo? Embuh, raweruh!!

Kalau begitu, apa beda antara mbebek dan mbeo? Dalam hal “patuh mengikuti arahan sang mentor,” mbebek dan mbeo rasanya sama saja; yakni sama-sama manut wae. Namun dalam melaksanakan arahan itu, mbebek lebih terungkap lewat tindakan-tindakan. Sedang dalam hal mbeo, kepatuhannya ditunjukkan lewat kata-kata atau pun kebijakannya manut-manut wae arahan sebagaimana sering diperolehnya lewat kursus singkat di warung, ketemu dalam mantenan, dll.