SEMARANG (SUARABARU.ID) – Usaha mikro dibidang kuliner minuman ‘Es Teh’ dengan konsep-konsep ramuan beraneka rasa, atau rempah masih terus berkembang di beragam wilayah, seperti di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Produk yang terjangkau secara permodalan, cepat dipalajari, mudah diiinovasikan, namun bisa menjangkau pasar hampir semua kalangan itu membuat itu dilirik masyarakat untuk menjadikannya lini usaha.
Salah satunya yakni Es Teh Krampul Bang Jho Cinde, yang berlokasi niaga di lingkup perumahan Jalan Cinde Dalam, Jomblang Candisari, Semarang.
Pemiliknya yakni Eka Roliana Sari telah membuka usaha tersebut setahun belakangan, tepatnya pada September 2023.
“Produknya minuman Es The Krampul dengan kekhasannya,” kata dia Jumat, 6 Desember 2024.
Meski produk usaha ini belakangan cukup digemari dengan harga yang terjangkau, tetap saja memiliki tantangan tersendiri.
“Tantangan, misalnya harga bahan baku yang semakin tinggi, musim hujan juga mempengaruhi, serta lokasi yang sempat pindah mempengaruhi omset,” kata dia.
Dari sisi pembayaran, Eka ingin usaha Es Teh Krampul Bang Jho Cinde bisa mengikuti perkembangan teknologi sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dengan tujuan memberi layanan kemudahan bagi pelannggannya.
“September 2023 sejak buka sudah membuat QRIS,” ucap dia.
Dengan penerapan opsi pembayaran digital QRIS selain non tunai itu bisa menjangkau kebutuhan masyarakat yang beragam karakter.
“QRIS mempermudah pelanggan dalam melakukan pembayaran. Saya juga tidak perlu kesulitan menyediakan kembalian uang,” kata dia.
Untuk memudahkan perkembangan usaha-usaha kecil yang sedang dirintis, dia berharap biaya administrasi pengguna QRIS untuk merchant atau pedagang gratis.
“Tetap admin Rp0 untuk seterusnya, dan semakin lancar tanpa gangguan transaksi,” kata dia mengharapkan.
Terlebih, dirinya juga merintis usaha kuliner makanan selain minuman Es Teh Krampul tersebut untuk mengembangkan potensi.
Tak jauh dari lokasi itu, dia merintis usaha dengan brand ‘Mafia Bakaran’ sejak Maret 2024, dengan menu aneka bakaran, dan minuman.
“Sebagai usaha baru tantangannya membangun pasar, mengenalkan produk, dan adaptasi usaha pada perubahan musim yang mempengaruhi,” kata dia.
Biaya Transaksi Rp0
Terpisah, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Nita Rachmenia, mengatakan, instansi terus meningkatkan upaya kinerja penggunaan QRIS, khususnya pada sektor pelaku usaha mikro (Umi).
Bank Indonesia, kata dia, memberikan kebijakan khusus tarif Rp0 bagi pedagang atau merchant untuk transaksi di bawah Rp500 ribu per 1 Desember 2024.
“Sebelumnya dikenakan biaya 0.3% untuk transaksi maksima Rp100 ribu. Ini sebagai bentuk dukungan kami, melihat transaksi QRIS di Jawa Tengah, 57% angkanya disumbang oleh para pelaku usaha mikro,” kata dia.
Bank Indonesia, terang Nita, membagi dua segmen merchant, yakni Reguler dan Khusus. Rinciannya untuk Reguler, terbagi dari Usaha Mikro (Umi) dengan biaya 0,3% di bawah transaksi Rp500 ribu, Usaha Kecil (Uke), Usaha Menengah (Ume), Usaha Besar (Ube) dengan biaya 0,7%.
Selanjutnya pada segmen Khusus, terbagi yakni Layanan Pendidikan dengan biaya 0,6%, Layanan SPBU, BLU, dan PSO berbiaya Rp 0,4%, serta G24, dan P2G dengan biaya 0%.
UMKM Dominasi Pengguna QRIS
Dari sisi kinerja penggunaan QRIS, Nita Rachmenia, menguraikan, tren pengguna layanan transaksi digital itu terus meningkat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah.
Sejak QRIS diluncurkan pada 2019, catatan pengguna di Jawa Tengah menjadi yang terbanyak ketiga nasional dengan 7,4 juta pengguna hingga akhir Oktober 2024 atau pertumbuhan 41,96% secara tahunan year on year (YoY).
“Secara volume transaksi Jawa tengah menjadi yang terbanyak kelima secara nasional, dengan pertumbuhan 461,87% YoY,” kata dia.
Untuk pertumbuhan merchant, Jawa Tengah menjadi yang terbanyak keempat secara nasional sebanyak 3,4 juta pengguna atau tumbuh 16,29 YoY.
Nita melanjutkan, pelaku Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) mendominasi penggunaan merchant QRIS sebesar 97,98%.
Segmentasinya UMKM tersebut, kata Nita, terdiri dari Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), dan Usaha Menengah (UME).
“Sebaran terbanyaknya di kota Semarang 243,58%. Untuk volume transaksi terbanyak juga di Kota Semarang 73,38 persen,” kata dia.
Lebih lanjut, Nita mengajak masyarakat untuk mulai transaksi digital menggunakan QRIS karena mempunyai keunggulan, seperti kecepatan transaksi dan tak perlu membawa uang tunai.
“Kanal QRIS benefitnya atau manfaatnya banyak. QRIS juga dapat memitigasi risiko peredaran uang palsu. Saat ini QRIS masih menjadi metode paling aman untuk bertransaksi,” kata dia.
Diaz Abidin