blank
Mbah Jimin berada di bengkel miliknya

JEPARA (SUARABARU.ID)- Nama Aslinya Khosikin, tetapi ia lebih akrab dipanggil Mbah Jimin atau Kang Min. Lelaki ‘istimewa’ berusia 39 tahun kelahiran 28 Nopember 1981 ini adalah sosok penting dalam kegiatan city touring yang diselenggarakan oleh Komunitas Motor Difabel Jepara (KMDJ). Sebagian besar motor roda tiga yang dikendarai para penyandang disabilitas tersebut adalah karyanya atau setidaknya mendapatkan sentuhan tangannya. Dalam kepanitiaan pun, Jimin didaulat sebagai teknisi dan mekanik.

blank
Mempunyai keahlian istimewa di tengah keterbatasannya. tidak hanya bengkel, namun sebagai tukang las baja, dan pembuat kanopi dari baja ringan.

Khosikin yang bertempat tinggal di Dukuh Manggis RT 006 RW 001 Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara sehari-hari menjalankan usaha bengkel sepeda motor bersama 2 orang adiknya: Abdul Wahid dan Jaiz. Di samping usaha bengkel sepeda, Mbah Jimin juga melayani bengkel las, pembuatan kanopi dan atap baja ringan.

Anak kedua dari 6 bersaudara pasangan Pawi (almarhum) dan Jaisah memang dikaruniai kelebihan, kecerdasan dan ketrampilan di tengah keterbatasannya. Berturut-turut saudaranya adalah Kholifatun, Khosikin, Jumadi, Abdul Wahid, Jamal dan Jaiz. Dia mampu mengamati, meniru dan memodifikasi apa saja yang dia lihat dan kerjakan. Sebelum mempunyai bengkel, setelah lulus SMP Jimin adalah tukang kayu. Ketika belum ada bor duduk di pasaran, dia telah mampu membuat bor duduk sederhana untuk membantu pekerjaannya sebagai tukang kayu.

“Kang Min memang sejak kecil dipanggil Jimin oleh teman-temannya karena keterbatasan fisiknya. Min itu berarti kurang atau bahasa Jawanya cendak. Sekarang nyaris tidak ada yang paham nama aslinya, lebih populer sebutan Mbah Jimin”, kata Abdul Wahid anak nomor empat.

Melalui Bengkel “Okta Berkah”, Jimin mampu memodifikasi sepeda motor roda dua menjadi motor roda tiga dan sespan untuk aksesibilitas kaum difabel. Di bengkelnya juga bisa merakit sepeda motor trail untuk trabas. Lokasi bengkelnya agak tersembunyi dan jauh dari keramaian. Terletak di tepi sawah, Dukuh Sengkeran RT 03 RW 02 Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji perbatasan dengan Desa Guyangan di sebelah utara dan Desa Plajan sebelah timur, sekitar 2 km dari pusat Kecamatan Pakis Aji atau sekitar 15 km arah timur laut dari pusat kota Jepara.

Kecewa Membawa Berkah

Ketrampilan Jimin dalam memodifikasi sepeda motor berawal dari kekecewaannya memesan motor difabel kepada orang lain di tahun 2017. Sudah habis lebih dari 2 juta namun sepeda motor modifikasi dari Mio 2013 justru tidak bisa jalan.

“Karena kecewa itulah maka saya berjanji dalam hati kecil saya untuk bisa membuat motor difabel agar bisa membantu akses teman-teman difabel”, ungkap lulusan SD Negeri 1 Lebak tahun 1994 dan SMP Negeri 2 Mlonggo (sekarang SMP N 1 Pakis Aji) tahun 1997.

“Sampai saat ini saya sudah membuat 13 motor difabel, baik roda tiga maupun sespan dengan biaya modifikasi antara 3 juta sampai 7 juta rupiah”, lanjut Jimin. Biaya seperti itu sudah sangat tinggi bagi penyandang disabilitas. Motor roda tiga antara lain milik Agus Sugianto, Indriani Setyaningrum dan Syafi’i, sedangkan yang sespan seperti milik M. Syamsuddin (Ketua KMDJ), Sandar, Netty Lambang Dwi Susanti dan Inventaris Armina Difa Jepara.

“Saat ini saya sedang memperbaiki motor sespan milik Cahyo Jamaludin, teman tuna daksa dari Bawu Batealit”, sambung Jimin. Sedangkan pesanan terjauh yang pernah dia kerjakan adalah dari teman tuna daksa dari semarang.

“Saya berharap suatu saat bisa membuat motor difabel paraplegia seperti milik Mas Faisol Pekalongan Batealit di mana kursi roda teman-teman bisa langsung masuk dan merubah stang kemudi karena ada beberapa teman paraplegia yang perlu dibantu seperti Pak Mursalin Petekeyan, Mas Sarimin Kaliaman, Gus Sofa Mustofa Kuanyar dan lainnya”, kata Jimin.

“Masing-masing teman difabel mempunyai kebutuhan khusus sehingga perlu 3 atau 4 kali pengukuran dan penyesuaian agar nyaman dalam berkendara. Memindah gigi perseneling dari kaki ke tangan seperti mobil atau bahkan memindah gas dari kanan ke kiri karena tangan kanannya kurang berfungsi maksimal, pernah saya buat”, ujar Jimin

Berharap Bantuan Pemerintah

Melalui KMDJ, Jimin berharap ada pembinaan dari pihak kepolisian, dinas perindustrian dan perdagangan, dinas sosial dan pemberdayaan masyarakat desa dan dinas perhubungan Kabupaten Jepara. “Mudah-mudahan ada sertifikat dari pemerintah agar usaha bengkel motor difabel ini legal”, terang Jimin sambil memperlihatkan motor modifikasinya yang full musik.

”Saya sudah berdiskusi dengan Pak Zakariya Anshori sebagai pembina KMDJ agar suatu saat bisa dibuatkan bengkel khusus motor difabel atau balai latihan kerja difabel sehingga keberadaan kami makin diperhatikan. Jika memungkinkan ada donasi, subsidi atau bantuan pihak terkait agar teman-teman difabel bisa membuat motor difabel tanpa dibebani biaya peralatan dan perlengkapan motor. Mudah-mudahan DPR maupun Menteri Tenaga Kerja mendengar keluhan kami”, tutur Jimin.

Hadepe / ua