blank
Beberapa tempat wisata di Kabupaten Grobogan terus berbenah disertai ekonomi berbasis kerakyatan seperti di Gua Lawa dan Gua Macan yang diresmikan bupati Grobogan beberapa waktu lalu. Foto : hana eswe/dok

GROBOGAN – Satu setengah tahun  pascadibukanya tempat wisata Candi Joglo, jumlah pengunjung semakin bertambah. Hal tersebut diungkapkan Muhadi, pemilik sekaligus pengelola Candi Joglo Purwodadi ini. Menurut dia, pada hari biasa terdata sekitar 300-500 pengunjung datang ke tempat wisata lokal yang berlokasi di Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh.

“Setiap bulan kita rekapitulasi jumlah pengunjung yang datang di Candi Joglo Purwodadi ini. Kalau hari biasa 300-500 pengunjung. Di hari libur bisa mencapai 1.500 pengunjung. Secara total sampai satu setengah tahun ini 100 ribu lebih pengunjung datang ke sini. Tidak hanya dari lokal saja melainkan juga dari luar Kabupaten Grobogan ini,” kata Muhadi, Kamis (28/3).

blank
Bersama istri, Muhadi berharap tempat wisatanya ini menjadi desa wisata berbasis ekonomi kerakyatan. Foto : Hana Eswe.

Muhadi memaparkan pihaknya berencana untuk melakukan pengembangan tempat wisatanya. Meski tidak menyebutkan konsep tersebut, namun Muhadi menegaskan pengembangan ini merupakan site plan yang selama ini menjadi idenya.

“Setiap pengelola obyek wisaya pasti punya site plan atau rencana pengembangan wisata. Pada pengembangan wisata Candi Joglo, kami selaku pengelola yang tergabung dalam Yayasan Candi Joglo Semar berfokus pada dua hal yakni obyek, yang merupakan proses penciptaan. Obyek konsep menjadi sentral utama dalam membuat wadah wisatanya atau konsepnya,” kata Muhadi.

Sementara, setelah terbentuknya wadah wisata, maka potensi pengembangan tergantung pada subjek masyarakatnya itu sendiri agar dapat berinovasi dan mengembangkan potensi di segala lini. Muhadi juga memaparkan tujuan utama dari kegiatan wisata Candi Joglo adalah peningkatan ekonomi subjek atau masyarakat itu sendiri dengan cara mengubah mindset agar sadar wisaya dan bisa bersaing dengan tempat wisata lainnya.

Muhadi mengakui, sampai saat ini desa setempat belum membuat peraturan desa pengelolaan wisata dan juga belum mengajukan desa wisata. Namun, setiap hari sudah ada peningkatan kunjungan yang secara langsung masyarakat setempat tergugah hatinya menggerakkan ekonomi serta membaca peluang yang ada. Sehingga terbentuk paguyuban di bawah naungan Yayasan Candi Joglo seperti Paguyuban PKL, Parkir serta Paguyuban Wisata untuk mewakili masyarakat-masyarakat tersebut.

“Sekitar 58 orang menjadi SDM dengan bagiannya masing-masing seperti parkir, PKL, pertanian, fotografer dan lain-lain. Mereka merupakan masyarakat di sekitar Desa Krangganharjo ini. Nantinya ini menjadi paket wisata dimana pengunjung tidak hanya berkunjung pada objek tetapi juga dapat menikmati suasana dan berbaur dengan lingkungan termasuk wisata kuliner ini. Saya berharap Pemdes terutama kepada Kades yang baru, agar membuat ekonomi kerakyatan yang melibatkan warga setempat melalui Candi Joglo ini,” katanya.

Menurut rencana, Muhadi menjelaskan, Pemdes Krangganharjo berencana memberikan lahan untuk pengembangan desa wisata berupa lahan seluas 1 Ha, dimana pengelolaannya diserahkan kepada BUMDesa dan masyarakat sekitar.

blank
Muhadi saat menunjukkan lahan yang akan menjadi pengembangan wisata Candi Joglo. Foto : Hana Eswe.

“Ini sudah dalam proses Raperdes. Pengembangannya untuk desa wisata berbasis ekonomi kerakyatan seperti wisata edukasi pertanian, panggung pertunjukkan seni budaya dan gedung serba guna serta sentra pasar tradisional kerakyatan. Diharapkan dengan pengembangan perluasan di areal wisata Candi Joglo ini, dapat menggerakkan aset desa yang semula pasif menjadi objek wisata atau mungkin membangun ekonomi kerakyatan yang bersinergi dengan desa-desa lainnya,” papar Muhadi.

Terus Menggeliat

Saat ini, struktur pariwisata di Kabupaten Grobogan semakin menggeliat. Selain Candi Joglo, beberapa tempat wisata lainnya juga ikut meningkatkan potensinya. Bahkan, baru-baru ini di Desa Cingkrong tengah dalam masa pembangunan sebuah desa wisata.

Sekda Grobogan, Moh Seomarsono menanggapi positif tentang bangkitnya pariwisata lokal di daerah ini. Menurut Soemarsono, Pemkab selalu mendorong masing-masing desa terus berupaya mengembangkan potensinya.

“Kami menilai positif karea Pemda selalu mendorong agar masing-masing desa dapat mengembangkan potensinya agar bisa memberikan PADs dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh, Desa Banjarejo setiap tahun kurang lebih bisa memperoleh pendapatan Rp 200 juta. Ini bia digunakan untuk membangun desa. Selain itu juga akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha ekonomi masyarakat,” jelas Soemarsono, Kamis (28/3).

suarabaru.id/Hana Eswe.