blank
Assoc. Prof. Maria Anityasari PhD menyampaikan materi dalam Workshop Internasionalisasi Internal USM di auditorium gedung menara USM pada Senin 19 Desember 2022. (Foto:News Pool USM)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Internasionalisasi bukan sekadar akreditasi, internasionalisasi bukan westernisasi. Banyak universitas di Indonesia yang belum siap menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Negara lain telah melirik Indonesia untuk dijadikan ladang investasi mereka.

Hal itu dikatakan Direktur Kemitraan Global Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Assoc. Prof. Maria Anityasari PhD dalam Workshop Internasionalisasi Internal Universitas Semarang di Auditorium Menara USM pada Senin (19/12/2022).

”Kita negara besar, kita negara kaya tetapi kalau kita hanya kipas-kipas saja kalau kita menganggap enteng, maka kita salah,” ujarnya.

blank
Para dosen dan tendik berfoto bersama sebelum istirahat makan siang dalam Workshop Internasionalisasi Internal USM di gedung auditorium gedung menara USM pada 19 November 2022. (Foto:News Pool USM)

Maria mengatakan, bisa berbahasa Inggris adalah tuntutan utama agar dapat bertahan dan menghadapi MEA serta globalisasi internasional. Meskipun telah berumur harus tetap dapat menguasai Bahasa Inggris.

”Untuk bisa qualified harus bisa Bahasa Inggris. Dulu, kalau bisa berbahasa Inggris Anda itu pemenang. Sekarang Anda tidak bisa berbahasa Inggris, Anda tidak akan bisa masuk dalam kualifikasi,” katanya.

”All of us have to change. Di dunia pendidikan tidak boleh mengatakan aku tidak bisa. Bukankah itu yang kita katakan kepada anak didik kita? Maka katakan hal itu pada diri kita sendiri,” pungkasnya.

Dia mengajak para dosen serta tenaga pendidik (tendik) untuk menyiapkan World Class University (WCU) sehingga dapat bersaing dan siap menghadapi MEA.

”Ini bukan hanya masalah institusi, bukan hanya peringkat, bukan hanya akreditasi, ini kemaslahatan dan martabat bangsa. Maukah kita kalau penjajahan versi kedua akan terjadi dan kita tidak bisa merdeka di negara kita sendiri. Edukasi berasal dari kata latin namanya edukare. Edukare itu memegang tangan anak didik kita, menyebrangkan dia sampai tujuan,” imbuhnya.

Ketua Satuan International Office (SIO) USM, Faisal Yusuf B.A., MM M.B.A mengatakan, kegiatan yang dihadiri 85 dosen dan staf tendik internal USM serta 35 perwakilan organisasi mahasiswa ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para dosen, tendik dan mahasiswa bahwa internasionalisasi sangat penting untuk menuju USM unggul 2025.

”Membuka kembali pemikiran kita bahwa internasionalisasi tidak hanya identik dengan kerja sama luar negeri tetapi sebenarnya kita bisa meng-internasionalisasikan internal kita sendiri yang belum tersentuh. Jadi dapat meningkatkan daya kompetensi dalam persaingan disekitar kita dan juga di tingkat global. Ini semua dapat meningkatkan nilai tambah bagi USM apalagi kedepannya kita menargetkan USM unggul di tahun 2025,” jelasnya.

”MEA sudah tertandatangani, orang asing bisa bekerja di Indonesia. Apakah kita siap untuk berkompetisi dengan mereka? Di sini lah kita hadir untuk me-refresh pemikiran kita agar siap menghadapi globalisasi dan internasionalisasi. Jangan pernah menyerah untuk belajar, usia tidak menghalangi kita. Pergunakan bahasa Indonesia, pelajari bahasa asing terutama Bahasa Inggris lebih baik jika bisa bahasa lainnya. Kita mau tidak mau harus bisa berbahasa Inggris,’ tandasnya.

Muhaimin