0leh: JC Tukiman Tarunasayoga
Bacalah jumbuh sebagaimana Anda mengucapkan tubuh tumbuh mulus, dan kata ini memiliki tiga makna, yaitu, satu, padha rupane, wajah, corak, atau warnanya sama/mirip.
Contoh, jika mau pergi ke pesta, terutama para perempuan pasti nyaris ribed cari-cari apa saja yang melekat di tubuhnya itu warna yang sama atau mirip-mirip, mulai dari baju, selendang, tas, sepatu, kalung. Untuk apa semua yang serba ribed itu dipikirkan, jawabannya agar jumbuh, yakni cocok, serasi, dan tentu sedap dipandang.
Arti kedua jumbuh ialah dhumpyuk, berhimpitan bahkan bertepatan atau bersamaan hari atau waktunya. Masih tentang mau pesta tadi, hari Minggu depan ini, Suta-Suti memperoleh dua undangan resepsi secara terbatas di tempat berbeda jarak sepuluh kilometeran, namun sama-sama pukul 11:00. Itulah dhumpyuk waktu, sehingga harus memilih mau ngalor dulu baru nanti ke timur.
Rujuk, Cocok
Arti ketiganya jumbuh ialah rujuk, cocok, nunggal karep; yaitu semuanya serba pas, cocok, sehati-sepikiran. Apalagi yang masih dicari ketika kondisinya serba cocok seperti itu. Makanya sangatlah wajar jika, sebutlah misalnya, Bapak Presiden selalu miling-miling goleki sing cocok, orang-orang yang nunggal karep untuk posisi-posisi tertentu.
Baca Juga: Sarwa Genep: 2022
Bahkan pusat pengamatannya bukan berhenti pada pribadi orang perorangannya (dan itu sangatlah penting), tetapi juga perlu dipertimbangkan pula hari-hari penentuannya.
Tidak ada yang salah apalagi jelek ketika seseorang menentukan hari pernikahan untuk anaknya sebaiknya dipilih Rabo Pon, contohnya, atau Minggu Legi, atau bisa juga Senin Wage.
Memilih hari (baik) adalah upaya untuk mempertemukan segala kepentingan sehingga jumbuh, sarujuk dan nunggal karep karena semuanya serba mendukung, klop, pas. Rumusan singkatnya “semua baik adanya.”
Dalam siklus perjumpaan pasangan hari internasional dan hari pasaran (konteks Jawa yaitu Legi, Paing, Pon, Wage, dan Kliwon), dalam perputaran 35-an hari yang biasa disebut selapan dina, ada lima pasangan hari yang jumbuh dalam arti cocok nunggal karep, yaitu Senin Wage (bersifat serba empat).
Minggu Legi (serba lima), Rabo Pon (serba tujuh), Kamis Kliwon (serba delapan) dan Sabtu Pahing (serba sembilan). Silahkan pilih atas lima pilihan itu, tanpa harus menutup peluang bagi hari-hari lainnya karena pada dasarnya semua hari adalah baik.
Serba tujuh
Dalam sejumlah kebudayaan, angka serba tujuh dan/atau kelipatannya dianggap sangatlah baik entah mengapa; sampai-sampai ada rumus umum untuk mengampuni dosa orang lain itu sebanyak: “Tujuh kali tujuh puluh kali.”
Artinya, kalau memang berniat mengampuni kesalahan orang lain, janganlah dibatasi dengan hitungan, melainkan bukalah mata-hatimu lebar-lebar dan sebanyak-banyaknya sampai tujuh kali tujuh puluh kali.
Pilihan terhadap angka serba tujuh seperti Rabo Pon juga menggambarkan betapa untuk nunggal karep (menyatu- hati dan niat) pun tetap haruslah seimbang, tidak boleh terlalu minimalis pesimistis misalnya; namun juga jangan terlalu utopis kelewat batas. Serba tengah, serba pas; dan itulah Rabo Pon yang serba tujuh. Itulah jumbuh, dan itulah hari baik.
(JC Tukiman Tarunasayoga, Pengamat Kemasyarakatan)