blank
Namanya bukan Mulyani atau Mulyana tetapi Suyitno yang kemudian menjadi Mangkunegara VI. Dia memilih hidup sederhana untuk menyejahterakan rakyat dan memuliakannya. Dia dikenal sangat reformis. Foto: wied

Baca juga Mumpung Mimpang Mampang-Mampang

Ada saja yang lalu mengubah nama Mulyawan, diganti  misalnya menjadi Raharja dengan harapan, sing penting slamet, selamat, sehat. Pergantian nama ini bermaksud menegaskan betapa hidup itu jangan sekedar mengejar harta dan kedudukan (Mulyawan), sebab yang lebih utama adalah kesehatan dan keselamatan.

Seorang ekonom kenamaan diundang ceramah oleh para pengusaha klas atas. Mengawali ceramahnya, ekonom ini membuat lingkaran hitam kecil di sudut kanan atas sebuah white board. Lalu ia bertanya kepada seseorang yang kelihatannya heran. “Apa yang Bapak lihat?” Pengusaha yang terheran-heran itu menjawab: “lingkaran hitam.”

Ekonom bertanya kepada peserta lain, jawabannya sama. Juga memeroleh jawaban sama “lingkaran hitam” ketika bertanya kepada peserta yang duduk paling belakang.

Jeda sebentar, dengan tenang namun memberi tekanan pada kata-katanya, ekonom itu berkata: “Memang ada lingkaran hitam di situ; tetapi tidak seorang pun menyebut-sebut “white board putih” yang lebar. Padahal justru inilah topik bahasan saya: Berpikirlah makro, jangan mikro. Berpikirlah untuk bangsa dan negara, jangan hanya untuk kepentingan bisnismu belaka,”

Semua yang hadir terdiam namun tercelikkan matanya: Mengapa selama ini saya hanya berpikir untuk kepentingan bisnis dan keluargaku, lingkaran kecilku. Bukankah kami harus berpikir tentang white board bangsa dan negara kami?

(Seandainya Ignatius Mulyani masih sugeng, ia kemungkinannya akan berkata: Apa aku bilang, dadiya wong sing mulyani………)

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University