Namanya bukan Mulyani atau Mulyana tetapi Suyitno yang kemudian menjadi Mangkunegara VI. Dia memilih hidup sederhana untuk menyejahterakan rakyat dan memuliakannya. Dia dikenal sangat reformis. Foto: wied

JC Tukiman Tarunasayoga

TIBA-TIBA teringat mendiang Ignatius Mulyani, sobat satu paroki. Beliau seorang guru agama Katolik di sejumlah sekolah dasar daerah pinggiran. Orangnya lucu, omongannya mentes, bernas.

Intonasinya bagus, dan selalu tidak berkepanjangan manakala ceramah. Apabila diundang ceramah ke berbagai tempat dan kelompok, mendiang selalu mengawali secara bangga dengan memperkenalkan namanya Ignatius Mulyani.

“Nama saya Ignatius Mulyani. Tentang Ignatius semua yang hadir di sini  pasti sudah memahami: Beliau pendiri Serikat Jesus (SJ), dan sangat terkenal dengan  tuntunannya tentang latihan rohani. Disebut Latihan Rohani Ignasian.”

Setelah jeda beberapa detik, biasanya mendiang melanjutkan: “Nah ……….tentang Mulyani, pada awalnya orang sering mengira nama cewek. Maka saya selalu minta ditulis lengkap Ignatius Mulyani; menghindarkan kesalahpahaman.

Pernah saya diundang ke bintek dan pelatihan tiga hari, menginap. Nama saya tertulis satu kamar dengan seorang ibu, karena tidak lengkap ada Ignatius-nya. Saya ngguya-ngguyu berharap-harap cemas; setelah tiba saatnya pada masuk kamar, saya berharap-harap lemas.”

Mulyani

Nama-nama seperti Mulyani, Mulyana, Mulyawan, dan mungkin masih ada Mul…..Mul yang lain; dapat dipastikan berakar kata dari/pada mulya. Dan mulya ini mengandung tiga makna. Pertama, mulya bermakna mari, pulih kaya wingi-wingi maneh. Makna ini berkaitan dengan kembali sehatnya seseorang setelah beberapa lama sakit.

Baca juga Grasi, Gratis, Grathil, dan Grathul

Kedua, mulya bermakna luhur, terhormat; dan hal itu terjadi karena orang yang bersangkutan nampa pangaji-aji, menerima penghargaan. Makna ketiga mulya, ialah sarwa kecukupan lan seneng uripe; orang yang kehidupannya serba berkecukupan penuh kebahagiaan.

Makna inilah yang sangat akrab dan dipakai di mana-mana sebagai nama seseorang. Seperti kita ketahui, orangtua memberi nama kepada anak-anaknya selalu terkait atau terkandung harapan: seperti contohnya Slamet, Raharja, Rahayu, Sugiharta, dan tentu saja nama-nama Mulyani, Mulyana, Mulyawan tadi.

Mendiang Ignatius Mulyani selalu mengatakan: “Orang tua saya berharap agar hidup saya dapat menjadi ‘jembatan berkah’ bagi orang lain, membikin orang lain mulya. Itulah agawe mulya, mulyani bagi sesama, dan bukan hanya untuk diri saya sendiri.”

Dan biasanya dalam ceramahnya, selalu saja  ada orang nyletuk: “Kalau Mulyana, Pak: apa artinya?” Serta-merta Ignatius Mulyani pasti menjawab: ”Kuwi jenenge muridku, cah  Ngobo, pemain jathilan senenge yen ndadi ngoyak-oyak cah wedok.”

Nah, bener lucu kan Mulyani? Untuk menambah semakin ger-geran, tertawa-tawa, Ignatius Mulyani berkisah: Suatu saat, Mulyana intrans (kesurupan) parah, tidak kunjung sembuh. Menakutkan. Pawang Jathilan-nya kewalahan; dan dalam kondisi seperti itu, Ignatius Mulyani dimintai tolong untuk ikut turun tangan.

Setelah berdoa sebentar, Ignatius Mulyani mendekati Mulyana yang dipegangi lima orang itu. Ignatius Mulyani berteriak: “Mulyana, aku pak Ignatius Mulyani, gurumu. Ora gelem mari, sesuk ora munggah sekolahmu!!!!.” Kalau kamu tidak mau sembuh, tidak akan naik kelas, kamu!!!. Ehhhhhh……………lemes si Mulyana, berangsur sembuh dan tidak dipegangi lagi.

Mulyawan

Sangat terhubung, nama Mulyawan juga bermakna luhur lan sugih banget; terhormat dan kaya raya. Maka, kalau ada orang bernama Mulyawan tetapi kok hidupnya tidak terhormat serta kaya raya; masyarakat sekitar akan memberi komentar: “Kabotan jeneng, kuwi:” namanya memberatkan, memberi beban berat.