Ilustrasi. Reka: wied SB.ID

JC Tukiman Tarunasayoga

KARENA memerlukan seorang sekretaris baru, seorang direktur utama perusahaan memutuskan  minta jasa psikolog untuk melakukan tes kepribadian kepada para pelamar. Setelah disaring pemenuhan persyaratannya, ada tiga gadis yang harus diwawancara oleh psikolog.

“Berapa dua tambah dua?” tanya psikolog kepada gadis pertama. Gadis itu menjawab  penuh semangat dan cepat: “Empat,Pak.”

Gadis kedua seolah mau berkelakar menjawab: “Sangat bisa jadi dua puluh dua, Pak.”

Gadis ketiga agak malu-malu menjawab: “Bisa duapuluh dua, bisa empat, atau bisa juga tetap dua, Pak.”

Baca juga Akal Koja

Ketika para gadis itu sudah meninggalkan ruangan, psikolog itu berbicara dengan direktur utama tadi, dan dengan bangga ia berkata: “Bapak dengar dan lihat sendiri tadi, betapa psikologi dan psikolognya itu berperan sangat strategis dalam rekruitmen karyawan. Gadis pertama, mengatakan hal yang sudah jelas; gadis kedua menunjukkan sikap curiganya; dan gadis ketiga main aman seraya mengambil dua sikap tadi. “Nah……….Pak Direktur, sekarang gadis mana yang hendak Anda pilih? “ tanya psikolog.

Dirut itu terdiam sejenak, baru menjawab: “Saya suka yang rambutnya panjang berbaju merah marun tadi.”

Liku-liku Jabatan

Inilah contoh dolanan jabatan, yaitu pak dirut itu main-main dengan jabatannya. Dumeh direktur utama, ia  “mempermainkan” psikolog yang secara profesional melaksanakan pekerjaannya. Sangat boleh jadi, pak dirut itu termasuk juga “mempermainkan” para pelamar, padahal ia sudah sejak awalnya ketoke kok wis ngincer si rambut panjang itu.

Dolanan jabatan seperti dilakukan pak dirut itu, saat sekarang ini sedang “ditiru” oleh sejumlah pejabat kita di negeri kita ini. Memangnya tidak boleh? Ohhhh bolehhhhhhh….., sumangga silahkan, sakarepmu nggonmu arep nganggo dolanan. Silahkan saja jabatan, Anda pakai untuk “main-main.” Mau tiba-tiba berhenti dari jabatannya; mau tiba-tiba mak clingkrik naik jabatan, silahkan saja.

Baca juga Ora Nggabres Ora Ngrewes

Ada pula orang yang sudah jelas terpilih (akan) menjadi anggota legilslatif, masih saja mau jago di Pilkada untuk meraih jabatan kepala daerah. Boleh kan? Sumangga. Kemarin-kemarin selalu mengatakan: “Aku ora arep jago,” saya tidak akan maju menyalonkan diri; tetapi sekarang gencar kemana-mana bagi-bagi kalender dan pulsa gratis mencari simpati masyarakat karena mau menyalonkan diri; yahhhhhh sumangga saja. Ini kan negeri mbahmu dhewe.

Dolanan

Memang sedang musim dolanan jabatan bagi beberapa (banyak????) orang atau tokoh, saat ini. Sapa kang dhisiki? Siapa mendahului itu semua, embuh ra weruh. Apa yang telah kasat mata dan dilihat oleh siapa pun, faktanya memang dolanan jabatan itu sedang menarik minat.

Dolanan berasal dari kata dolan; dan  kata dolan itu memiliki sekurangnya tiga makna. Dolan berarti (1) ameng-ameng, yaitu berkunjung ke rumah seseorang tetapi sekedar mampir atau singgah karena tidak ada keperluan atau kepentingan apa pun. Arti (2), dolan itu  ngenggar-enggar ati srana mlaku-mlaku; Bahasa gaulnya zaman now healing, pesiar, tamasya.

Makna (3) dolan itu di beberapa tempat sama dengan main apa saja; dan terkait makna inilah rupanya dolanan cenderung berarti main-main. Dolanan dapat berhubungan dengan alat atau sarana yang dipakai untuk mencari kesenangan.

Contohnya mobil, moge, dan barang-barang elektronik lainnya. Barang-barang itu alat saja untuk bermain-main sehingga orang yang memainkannya atau memakainya seneng hatinya. Jabatan, ternyata oleh mereka yang jabatannya memang sudah tinggi, dapat dipakai juga untuk main-main atau dipermainkannya.

Tidak mustahil pejabat yang sudah tinggi, dalam rangka dolanan jabatan, dia menempuh cara seseorang diangkat atau diberi jabatan, namun dengan tujuan sekedar orang itu didolani  saja. Apa maksudnya? Agar orang itu tidak rewel atau ngreweli, maka didolani wae nganggo jabatan.

Lihat anak kecil yang sedang rewel, bukankah ia sering bikin kesel kan? Nah, supaya tidak rewel, bocah kuwi didolani wae; entah diberi mainan, atau didengarkan bunyi-bunyian yang aneh, suruh lihat hape yang sedang ada kartunnya, dan seterusnya. Siapa bisa dolani? Pasti orang  yang lebih tua.

Dalam contoh jabatan tadi, siapa bisa memberi jabatan mung dinggo dolani, ya pasti dia yang memang pegang kuasa dalam hal jabatan. Direktur utama je.

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University