JC Tukiman Tarunasayoga
HASIL Pilpres sudah jelas, demikian pula sebagian besar hasil Pileg juga sudah jelas. Sengketa atas keduanya,bolehlah dibilang hampir 100 persen, beres. Memang masih ada yang belum sepenuhnya beres, baik hal itu menyangkut individu tertentu atau pun kelompok tertentu. Mereka yang “belum sepenuhnya beres” itu, ada pihak yang karena klipuk, ada juga pihak yang karena sigrak.
Tidak semua pihak yang merasa menang pasti sigrak, sebab sangat mungkin kendati menang namun klipuk. Demikian sebaliknya, tidak semua yang kalah lalu semata-mata mereka klipuk, sebab bukannya tidak mungkin kalah namun sigrak.
Menang namun merasa klipuk, sangat mungkin terjadi karena dalam kenyataannya, ongkos sosial dan ongkos politik sebagai dampak ikutan kemenangan jebul larang banget, misalnya. Bukan tidak mungkin ada yang bergumam: “Ngertia, luwih becik ora menang!”
Sebaliknya, ada yang kalah namun malah sigrak misalnya, karena sekarang terbebas dari tuntutan ini-itu yang selama ini membebaninya baik secara finansial maupun secara moral. Tibalah saatnya jreng……jreng…….jreng…… eng….ing……eng bebas merdeka.
Sapa sing klipuk?
Klipuk itu artinya loyo, lunglai; juga semakna dengan klepek-klepek kekablat, seperti ayam yang disembelih itu. Beberapa detik sebelum mati, ayam itu kekablat, loyo, dan tidak berapa lama lagi terdiam, mati.
Dalam pertandingan voli, misalnya, seruan seolah mengejek bagi tim/ pendukung yang kalah ialah seruan ramai-ramai: “Klipukkkkkkkkkkkk kowe…………” seraya acungan dua jempol tangannya diarahkan ke bawah.
Di samping searti dengan klepek-klepek tadi, klipuk juga semakna dengan klenger yang artinya ora eling atau semaput, pingsan.
Pertanyaanya, sapa sing klipuk karena kalah dan siapa pula menang namun klipuk? Kalau Anda tertarik menemukan orang-orang atau pihak-pihak seperti itu, saat inilah paling tepat waktunya. Buruan mumpung belum “berubah.”
Sapa sing sigrak?
Kalau klipuk menggambarkan orang atau kelompok yang loyo, lunglai; sigrak sebaliknya karena menunjukkan orang itu atau kelompok itu sarwa cukat, ora katon aras-arasen: serba cekatan dan tidak menampakkan diri males. Ia orang yang penuh gairah, bisa jadi seperti orang yang sedang meluap hasrat birahinya.
Baca juga Sapa Wanteg, Sapa Luntur?
Seperti sudah digambarkan fenomenanya di atas, orang sigrak adalah orang yang bersemangat (baru) karena suatu alasan tertentu. Orang itu termotivasi, bawaannya guya-guyu penuh senyum; dan sekiranya orang itu diundang makan, pasti mangane dhokoh, makan banyak ngentek-entekake.
Pertanyaannya sama, yakni siapa yang saat ini sedang sigrak entah karena menang, atau entah pula karena kalah? Kalau Anda tertarik menemukan orang-orang atau pihak-pihak seperti itu, saat inilah paling tepat waktunya. Buruan mumpung belum “berubah.”
Cerita penutup
Anton de Mello menulis cerita pendek: Seorang ahli mistik mengajarkan cara berdoa singkat namun ampuh begini: “Ingatlah Tuhan, Engkau membutuhkan saya, sama seperti saya membutuhkanMu. Jika Engkau tidak ada, kepada siapa saya harus berdoa? Jika saya tidak ada, siapa yang akan berdoa?”
Secuil cerita de Mello itu saya tangkap demikian: Siapa pun orangnya, entah dia sedang dalam kondisi sigrak atau pun klipuk selalu saja harus melengkapi hidupnya dengan berdoa. Berdoa bukannya karena semata-mata demi Tuhan, tetapi berdoa tidak bisa tidak harus dilakukan karena siapa lagi harus berdoa kalau bukan kita manusia ini?
Kelebihan manusia hanyalah pada kemampuannya bisa berdoa, entah Anda sedang kalah atau pun menang. sedang sigrak ataupun sedang klipuk.
JC Tukiman Tarunasayoga, ketuaq Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University