blank
Anak-anak muda berbicara terkait perubahan iklim, yang rekomendasinya akan disampaikan ke pasangan Capres-Cawapres pada Pemilu 2024 kali ini. Foto: dok/pilahpilih

PURWOKERTO (SUARABARU.ID)– Project Lead Kampanye Pilah Pilih sekaligus perwakilan Umat Untuk Semesta, Elok F Mutia mengatakan, anak muda dan umat Islam memiliki potensi suara yang besar, dalam kontestasi politik menjelang Pemilu 2024.

Di sisi lain, isu perubahan iklim dan lingkungan, belum menjadi agenda prioritas dalam visi misi calon presiden, wakil presiden, hingga calon legislatif di tingkat pusat maupun daerah, yang akan bertarung di pemilu mendatang.

Menurut Mutia, di berbagai daerah dampak dari perubahan iklim dan permasalahan lingkungan, banyak dirasakan langsung oleh masyarakat akar rumput. Seperti kasus kekeringan dan sampah, yang terjadi di Kota Purwokerto.

BACA JUGA: Perkuat Etos Kerja, Prodi Teknik Industri Unisnu Hadirkan Direktur PT Urecel Indonesia

Roadshow Pilah Pilih sendiri telah digelar di Kota Malang, Yogyakarta, Semarang, dan Purwokerto. Dijadwalkan juga, beberapa kota lain akan disinggahi dengan program yang sama.

Suara dan keresahan anak-anak muda yang terserap, akan dikumpulkan bersama poin-poin rekomendasi, yang akan diserahkan kepada kandidat capres maupun tim suksesnya, di bulan Januari 2024.

”Melalui Kampanye Pilah Pilih, kami berharap suara keresahan anak-anak muda Muslim tentang permasalahan iklim di daerahnya masing-masing, dapat terdengar dan mendapatkan perhatian dari para kandidat capres. Sehingga para pemilih muda dapat memilih pemimpin yang rahmatan lil alamin, pemimpin yang menjadi rahmat untuk alam semesta,” tukas Mutia.

BACA JUGA: Kesenian Reog dan Barisan Banteng Sambut Kedatangan Atikoh di Ponorogo

Dan guna membahas hal itu, digelar kegiatan talkshow Kampanye Pilah Pilih, yang mengambil tema, ‘Suarakan Perubahan Iklim dari Perspektif Islam bersama Swing Voters’, di Auditorium FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, akhir pekan lalu.

”Tujuan kampanye ini, untuk menyuarakan keresahan isu lingkungan di daerah, yang dirasakan anak-anak muda. Suara anak-anak muda penting, karena 56,45 persen swing voters di Indonesia, memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan,” kata Mutia, dalam keterangannya di sela acara.

Disampaikan juga, melalui roadshow di berbagai kota, dan platform survey yang telah dikembangkan di pilahpilih.id, pihaknya ingin menggali apa saja keresahan anak-anak muda, terkait isu lingkungan di daerah masing-masing.

BACA JUGA: Ini Wajah Baru Jalan Sutoyo Kebumen, Trotoar Lebar dan Cantik

”Karena terbukti, seperti di sesi debat capres lalu, isu lingkungan yang dibahas tentang polusi udara. Sedangkan melalui diskusi ini, kita temukan bahwa isu ini bukanlah prioritas utama, melainkan masalah kekeringan,” jelas Mutia.

Sementara itu, Founder Sedekah Bumi Gumelar dan Kader Konservasi Jawa Tengah, Widodo Hermanto menyatakan, berbagai permasalahan lingkungan mulai muncul di kawasan Banyumas. Mulai dari sampah, tambang, dan khususnya masalah kekeringan.

”Sejak Agustus hingga Desember tahun ini, pihak BPBD telah menyalurkan 7.211.000 liter air bersih kepada warga. Ini membuktikan, di daerah kami terjadi kekeringan yang cukup parah, dalam beberapa waktu terakhir,” jelas Widodo.

BACA JUGA: MWC NU Tahunan Raih Juara 1 Administrasi, Kreatif, dan Inovatif Tingkat Kabupaten Jepara

Untuk membantu mengatasi masalah kekeringan yang terjadi sejak 2017 itu, dia telah bergerak untuk membantu mengatasi masalah kekeringan ini, dengan mendirikan gerakan Sedekah Bumi.

”Bersama teman-teman yang lain, kami mencoba menginisiasi penguatan sumber mata air secara mandiri, dengan cara menanam pohon buah di sekitarnya. Harapannya, kelak di kemudian hari akan panen oksigen, dan bisa panen buah untuk ketahanan pangan,” tambahnya.

Sedangkan Dosen Fikes Unsoed, Agnes Fitria Widiyanto SKM MSc menyebutkan, isu lingkungan dan perubahan iklim, memiliki kaitan dengan masalah kesehatan dan pangan.

BACA JUGA: Bawaslu Batang Temukan 3671 Pelanggaran APK dan BK

Diungkapkan dia, sumber pangan dari pertanian dan juga lauk hasil tangkapan nelayan misalnya, bisa terdampak oleh perubahan iklim melalui kekeringan dan terganggunya ekosistem.

”Yang mungkin kita rasakan bersama yakni, munculnya bakteri, virus, dan kuman yang sebelumnya tidak ada, jadi ada. Karena perubahan cuaca, kekeringan, dan sumber air yang berkurang,” ungkap Agnes.

Riyan