blank
Lestari Moerdijat saat memberikan sambutannya di acara BISA Fest, yang mengambil tema 'Pesona Wastra Tenun Troso dari Jepara'. Foto: lmc

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Sebuah upaya pemberdayaan, seharusnya mampu memperkaya warisan dan nilai budaya yang menyatu dalam keseharian masyarakat. Pelestarian tenun Troso, merupakan bagian dari upaya menjaga warisan budaya bangsa, sekaligus pemberdayaan ekonomi rakyat.

”Di tengah meningkatnya pesanan tenun ke Desa Troso, muncul pertanyaan, sebenarnya tenun Troso itu motif khasnya seperti apa?” tanya Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, saat membuka BISA Fest dengan tema ‘Pesona Wastra Tenun Troso dari Jepara’, di Jepara, Jumat (15/9/2023).

Lestari yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, hadir dalam rangka kegiatan kemitraan, antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan Komisi X DPR RI, Deputi Bidang Produk Wisata, dan Direktorat Event Nasional.

BACA JUGA: Sektor Properti Tumbuh Pesat di Area Semarang Barat

Hadir pada acara itu antara lain Hartaya ST MM (Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara), Okky Yonny Syahputra (Analis SDM Aparatur Ahli Muda, Direktorat Event Nasional dan Internasional, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Pratikno (Wakil Ketua DPRD Jepara), dan para pengrajin tenun Troso.

Menurut Lestari, hingga saat ini belum ada pakem yang pasti, untuk motif tenun Troso. Kondisi ini, tegasnya, merupakan tantangan bersama untuk memastikan ciri khas tenun Troso.

Diakui Rerie, sapaan akrab Lestari, saat ini telah memasuki era industrialisasi, termasuk pada pembuatan tenun. Pesanan untuk kain tenun secara massal, tidak hanya datang ke Desa Troso, tetapi juga ke Garut, bahkan ke Cina.

BACA JUGA: Dapat Meningkatkan Kualitas Tidur, Ini 5 Manfaat Mematikan Lampu Saat Tidur

Rerie berpendapat, upaya untuk mengejar peningkatan produksi tenun merupakan langkah yang baik, tetapi jangan sampai meninggalkan kearifan lokal.

Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu berharap, para pemangku kebijakan mengedepankan upaya melindungi para pengrajin dan masyarakat, agar tidak melupakan kearifan lokal.

”Jangan sampai nanti suatu hari, kita kesulitan mengidentifikasi kekayaan budaya kita sendiri,” ujar Rerie.

BACA JUGA: Rembang Kekeringan, Perhutani Mantingan Bantu Air Bersih di Bulu dan Sumber

Tenun Troso, menurut Rerie, merupakan bagian dari sebuah ekosistem, tetapi sedikit sekali catatan tentang tenun Troso. Kondisi itu, tambah dia, juga merupakan tantangan yang harus dijawab, agar warisan budaya lokal tetap lestari.

”Political will pemerintah untuk mewujudkan lestarinya kearifan lokal seperti tenun Troso ini, bisa berjalan seiring dengan peningkatan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat,” tukas dia.

Riyan