JEPARA (SUARABARU.ID)- Salah satu program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara untuk meningkatkan ekonomi berbasis kearifan lokal adalah dengan mengangkat potensi yang ada di tiap kecamatan. Baik itu potensi pariwisata, budaya maupun bidang usahanya.
Hal ini nampaknya yang sedang digarap secara serius oleh Bupati Jepara, Witiarso Utomo saat mengunjungi Dukuh Mrican, Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa, Sabtu (22/3/2025).
Wiwit, sapaan akrab Bupati Jepara menegaskan komitmennya untuk mengembangkan budi daya rumput laut di Karimunjawa. Saat berdiskusi dengan para petani rumput laut. “Saya ingin program rumput laut di Karimunjawa ini dan di Jepara wajib hukumnya sukses berkelanjutan,” ujarnya.
Seperti diketahui, Budi daya rumput laut di Karimunjawa memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Selain menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat pesisir, sektor ini juga berpeluang menjadi destinasi wisata berbasis maritim.
Menurut warga setempat, budi daya rumput laut di Karimunjawa telah berlangsung selama 25 tahun. Pemerintah, diungkapkan Wiwit, berencana memberikan bantuan berupa bibit dan peralatan guna mengembangkan lahan seluas lebih dari 500 hektare.
Wiwit juga meminta pembudidaya mengajukan proposal agar bantuan dapat disalurkan secara merata. “Saya sudah berbincang dengan pak petinggi, kira-kira ada lebih dari 500 hektare yang bisa kita kelola untuk pengembangan budi daya rumput laut di Kemujan. Silakan ajukan proposalnya agar bantuan dapat disalurkan,” tambahnya.
Selain rumput laut, Wiwit juga menyoroti potensi budi daya rajungan. Pemerintah juga akan memberikan bantuan kompartemen budi daya rajungan. Saat ini, kajian terkait bahan untuk media budi daya masih dilakukan agar lebih ramah lingkungan.
Dalam dialog tersebut, kendala utama yang dihadapi pembudidaya adalah cuaca dan hama. Orang nomor satu di Jepara itu mengusulkan agar pembudidaya belajar ke Wakatobi, yang dianggap sukses mengatasi tantangan serupa. Pemkab siap memfasilitasi kunjungan agar petani memiliki pengalaman sebelum menerima investasi dari Pemerintah Pusat.
“Jika para petani rumput laut ingin belajar ke Wakatobi, kami siap memfasilitasi. Dengan begitu, sebelum investasi dari Pemerintah Pusat datang, kita sudah memiliki pengalaman, termasuk dalam pengendalian hama,” ungkapnya.
Di sisi lain, pengembangan industri berbasis rumput laut juga menjadi perhatian. Wisata edukasi tentang proses budi daya dan panen diharapkan dapat menambah nilai ekonomi. Konsep ini memungkinkan wisatawan melihat langsung cara pembudidayaan, panen, hingga pengolahan rumput laut.
“Saya ingin nanti wisatawan yang datang ke sini tidak hanya menikmati pantai, tapi juga bisa melihat langsung proses budi daya, pemanenan, hingga pengolahan rumput laut. Dengan begitu, sektor wisata dan perikanan bisa saling mendukung,” kata Wiwit.
Bupati Jepara menegaskan bahwa program ini harus berkelanjutan dan bukan sekadar seremoni. Pemerintah daerah menargetkan kontribusi 10 persen dari total 10 ribu hektare yang dicanangkan secara nasional. Dengan produksi yang meningkat, diharapkan para pedagang, terutama dari Surabaya, tertarik untuk membeli hasil panen dari Jepara.
“Kemarin saya menjanjikan akan mengecek berapa hektare yang siap dikelola. Pemerintah Pusat mencanangkan 10 ribu hektare, kalau saya bisa mencapai seribu, itu berarti 10 persen dari target nasional. Harapannya, Jepara bisa menjadi penyumbang utama komoditas rumput laut,” tegasnya.
Antusiasme warga terhadap program ini cukup tinggi. Mereka menyampaikan apresiasi atas upaya pemerintah dalam menjembatani komunikasi dengan kementerian serta membuka peluang pasar yang lebih luas.
“Terima kasih sudah menjembatani ikhtiar kami agar sukses. Dengan adanya dukungan ini, kami optimis bisa meningkatkan produksi dan kesejahteraan,” ujar salah satu pembudidaya.
ua