Pemotongan tumpeng dalam acara Grebeg Suran di Wonosobo. Foto : SB/dok Prokompim

WONOSOBO (SUARABARU.ID) – Sekat-sekat perbedaan yang memisahkan, hendaknya melebur menjadi perekat sendi-sendi kebangsaan, yang senantiasa menguatkan keberadaan budaya, agama, suku, dan ras berbeda sebagai pendorong kemajuan bangsa.

Demikian disampaikan Sekretaris Daerah Wonosobo One Andang Wardoyo, pada acara “Grebeg Suran Lintas Agama dan Budaya 2023” di Pendopo Bupati Wonosobo, setempat.

Grebeg Suran lintas agama ini memiliki makna penting dan strategis dalam berkehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Meskipun terlaksana dalam konsep yang sederhana. Namun nilai-nilai yang terkandung dalam acara Grebeg Suran masih tetap sama yang menjadi kunci keberlangsungan dan kestabilan kondisi berbangsa dan bernegara. Perbedaan budaya, agama dan kepercayaan yang ada tidak menghalangi terbangunnya kerukunan umat beragama di Wonosobo.

Kegiatan tersebut diikuti oleh perwakilan seluruh komponen kemasyarakatan dan keagamaan antara lain FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), Ketua Ormas PC NU, Muhammadiyah, Rifa’iyah dan lain sebagainya.

Selaras dengan itu, One Andang Wardoyo juga menyampaikan, kerukunan di tengah perbedaan merupakan sebuah kearifan lokal yang wajib kita lestarikan bersama, sebagai nilai yang telah secara turun-temurun dipraktikkan oleh nenek moyang kita.

Pererat Kerukunan

Grebeg Suran di Wonosobo diikuti oleh berbagai umat beragama. Foto : SB/dok Prokompim

Oleh karena itu, dia mengajak seluruh elemen masyarakat di Wonosobo, untuk bersama-sama membangun kedamaian dalam kehidupan, baik antar maupun intern umat beragama”, terang Sekda.

Pihaknya berharap penyelenggaraan “Grebeg Suran Lintas Agama dan Budaya” ini mampu menjadi salah satu ajang untuk memupuk persatuan dan kesatuan, serta kerukunan umat beragama di tengah-tengah masyarakat Wonosobo secara menyeluruh.

Kepala Badan Kesbangpol Wonosobo Agus Kristianto menyampaikan Grebeg Suran digelar dengan maksud memberi pemahaman tentang bagaimana pentingnya menanamkan dan merawat nilai-nilai kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.

“Selain itu, juga sebagai ajang silahturahmi antar tokoh agama dan tokoh masyarakat bersama jajaran Forkompimda dalam memelihara perbedaan dan kemajemukan sosial. Sehingga tercapai keharmonisan di antara umat beragama”, ungkap dia.

Ketua FKUB Wonosobo, Dr H Zaenal Sukawi, MA menyampaikan Grebeg Suran itu artinya bersama menyatukan seluruh kepentingan agama. Karena hampir di setiap adat itu punya keterlibatan dengan kaitannya terhadap Tuhan budaya yang ada.

“Bahkan semua yang ada tidak bisa dilepaskan dari sebuah peristiwa yang diharapkan bisa di jalankan dan diteruskan oleh generasi mendatang. Semoga ini menjadi salah satu budaya yang berdampak pada kerukunan, kemanan dan aksesbilitas ekonomi Wonosobo,” pungkasnya.

Muharno Zarka