blank
Romo Benny (kedua dari kiri), hadir dalam acara seminar yang digelar untuk memperingati Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno, di Sekolah Tinggi Pawiyatan Agung Pancasilacitta, Malang, Selasa (6/6/2023). Foto: rb

MALANG (SUARABARU.ID)– Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, memberikan apresiasinya kepada Sekolah Tinggi Pawiyatan Agung Pancasilacitta, Malang, yang secara aktif terus menggaungkan nilai-nilai Pancasila.

Sekolah tinggi ini juga senantiasa melakukan Pembumian Pancasila, dan melestarikan nilai-nilai Luhur yang dicetuskan Bapak Bangsa, Soekarno, kepada segenap lapisan Masyarakat.

Hal itu seperti yang dia sampaikan, saat menjadi salah satu pembicara pada acara seminar bertema ‘Pancasila dan Tantangan Radikalisme’, yang digelar untuk memperingati Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno, di Sekolah Tinggi Pawiyatan Agung Pancasilacitta, Malang, Selasa (6/6/2023).

BACA JUGA: Dompet Dhuafa Jawa Tengah Pastikan DD Farm Siap Sokong Idul Adha 1444H

Romo Benny, panggilan akrab Ketua Dewan Pengarah BPIP yang dikepalai Profesor Yudian Wahyudi itu menyatakan, nilai-nilai Pancasila digali oleh para Founding Fathers, dari budaya dan nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan nenek Moyang.

”Nilai-nilai itu merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam kehidupan bangsa Indonesia yang tidak mengenal egoisme, serta mampu dan mau menerima perbedaan, di mana berbagai identitas hidup berdampingan dan menghormati perbedaan, serta selalu menjaga kedamaian,” kata dia.

Menurut dia, pada era digital manusia menjadi satu dimensi, dan menjadi tidak kritis, hingga menjadikan teknologi menjadi alat penghancur kemanusiaan melalui egoisme, eksklusivisme dan ekstrimisme yang memenuhi ruang publik, sehingga persatuan dan kesatuan menjadi terancam.

BACA JUGA: Semen Gresik Bantu Rp 215 Juta untuk Perbaikan Rumah Tak Layak Huni di 7 Desa

Diungkapkannya, hal ini terbukti dari survei terbaru Setara Institute kepada Siswa SMU yang menyatakan 83,3 persen responden menyatakan, Pancasila bukanlah ideologi permanen, dan dapat diganti. Dan 35 persen responden menyatakan, kekerasan atas nama agama adalah tindakan yang dibenarkan.

”Karenanya, kita sebagai Bangsa Indonesia harus selalu dapat menjadikan Pancasila sebagai ideologi dan kekuatan kita, dengan menjadikan Pancasila sebagai living dan working ideologi, sebagai dasar berkehidupan, bermasyarakat serta berbangsa dan negara,” tegas Romo Benny.

Dia juga menyampaikan, bangsa Indonesia harus dapat menjadikan Pancasila sebagai gugus insting, sebagai dasar berpikir berbuat dan bertindak. Dan jika benar benar terlaksana, maka bangsa Indonesia akan senantiasa bisa menjaga persatuan dan kesatuan, dengan selalu mencari titik temu dalam menghadapi segala fenomena.

BACA JUGA: Siswa SDN 2 Panggang Adakan Aksi Bersih Pantai Teluk Awur

Disebutkannya, teknologi harus diperlakukan menjadi alat pemersatu bangsa, dan bukan alat pemecah belah. Karenanya, dengan menghayati Pancasila pada akhirnya akan memiliki rasa ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Selanjutnya, Pancasila harus dapat diaktualisasikan dalam tindakan nyata, yang membawa seluruh masyarakat Indonenesia dalam kesejahteraan, kemakmuran dan kesatuan.

”Dalam menghadapi Pemilu 2024, kita sebagai bangsa Indonesia hendaknya dapat membuat Pancasila sebagai cahaya, dalam menghadapi segala tantangan. Sehingga terbukti, Indonesia dengan Pancasila-nya akan selalu kuat dan bertahan, dalam menghadapi perkembangan zaman,” tukas Benny.

blank
Sekitar 300 peserta dari berbagai kalangan, mengikuti seminar kebangsaan ini. Foto: rb

BACA JUGA: Kisah Keluarga Marmin-Daryanti, Hidup di Gubuk Bambu bila Hujan Air Masuk Tak Terbendung

Hadir juga sebagai pembicara, Dr Bambang Noorsena SH MA (Teolog, Filolog, Sejarawan dan Pendiri Institute for Syriac Culture Studies/ISCS) dan dr Alphinus R Kambodji MM (Kepala Rumah Sakit Mardi Waluyo Malang).

Wakil Ketua Sekolah Tinggi Pawiyatan Agung Pancasilacitta, Dr Tri Hananto MTh menyatakan, Yayasan Pawiyatan Agung Pancasilacitta selalu berkomitmen untuk menjaga bangsa dan Negara Indonesia yang berpancasila.

Pihaknya senantiasa menjaga dan menjiwai nilai-nilai kebangsaan, yang digaungkan Bung Karno, serta berperan aktif menjaga nilai-nilai kebaikan yang ada dalam masyarakat. Hal lainnya, memenuhi ruang-ruang publik digital dengan narasi-narasi baik, yang diharapkan dapat memelihara persatuan dan kesatuan Bangsa.

BACA JUGA: Membumikan Pancasila di Sekolah, Ganjar Ajak Gen Z Merawat Kebhinekaan dan Spirit Kebangsaan

”Pancasilacitta secara teguh memegang komitmen pengimplementasian Pancasila yang secara nyata memiliki manfaat dalam masyarakat. Sehingga pembumian Pancasila tidak hanya terbatas pada teori saja, namun keberadaannya bermanfaat dan benar-benar dapat dirasakan masyarakat,” tutur Dr Tri.

Sedangkan dr alphinus menyatakan, layanan kesehatan harus dapat diakses seluruh lapisan masyarakat. Hal ini karena bangsa Indonesia memiliki Pancasila, harus dapat berbagi dengan semua golongan masyarakat, khususnya mereka yang termarginalkan.

”Dengan nilai-nilai Pancasila, seharusnya seluruh bangsa Indonesia berhak mendapatkan layanan kesehatan yang setara, tanpa memandang latar belakangnya. Kita semua dapat menggaungkan cinta kasih dan rasa keadilan, dengan saling membantu dalam mengakses layanan kesehatan. Sehingga kasus seperti HIV/AIDS dan gizi buruk dapat segera diatasi,” imbuhnya.

BACA JUGA: ‘Job Fair 2023’ Gampang Golek Gawean, Gerai Dinperinaker di GOR Blora Sediakan 6.000 Lowongan

Selanjutnya, Dr Bambang Noorsena menyampaikan, di tahun politik ini, semua umat beragama hendaknya tidak memberikan kontribusi buruk, dalam berbangsa dan bernegara. Eksploitasi kisah perpindahan agama, tidak membawa manfaat bagi perkembangan masyarakat.

Narasi bernuansa negatif tentang keberagamaan, membuat suasana beragama dan beribadah jauh dari kedamaian, serta membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karenanya, sebagai masyarakat yang beragama, hendaknya tidak terjebak dalam kondisi yang membuat persatuan dan kesatuan bangsa terancam.

”Keberagaman dan sinergi antaragama yang berbeda, sudah sejak dahulu dibuktikan dengan pembangunan Candi Borobudur, yang merupakan monumen rekonsiliasi antara Budha dan Hindu. Jadi hendaknya kita senantiasa dapat melestarikan dan menjaga persatuan dan kesatuan ini,” tandas dia.

Riyan