blank
Rembuk Stunting yang digelar Bappeda Wonosobo di Pendopo Bupati setempat. Foto : SB/dok Diskominfo

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Pemkab Wonosobo melalui Bappeda setempat menggelar Rembug Stunting di Pendopo Bupati. Hal tersebut sebagai upaya mendorong tercapainya zero stunting pada tahun 2024 mendatang.

“Jika melihat data yang sudah seringkali disajikan terkait dengan stunting, bisa dikatakan bahwa 1 dari 5 balita di daerah ini mengalami stunting,” ungkap Kepala Bappeda Wonosobo, Jaelan Sulat usai gelar Rembug Stunting.

Menurutnya, saat ini terdapat 28 ribu lebih keluarga di Wonosobo yang memiliki risiko stunting. Maka upaya percepatan terus dilakukan dengan membangun kolaborasi antar pihak. Pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, komunitas, media dan masyarakat itu sendiri.

Penanganan stunting menyasar keluarga yang memiliki balita, calon pengantin dan ibu hamil.
Pemkab Wonosobo saat ini aktif melakukan pendampingan dengan menerjunkan tim pendamping keluarga yang jumlahnya mencapai 2000 orang lebih. Mereka di sebar ke 15 kecamatan.

“Jadi tim pendamping keluarga ada di setiap kecamatan. Sedangkan untuk lokus pada tahun 2023 ini ada di 10 desa. Di harapkan nanti di tahun 2024 Wonosobo akan bebas stunting sebagaimana target secara nasional zero new stunting,” tegasnya.

Sementara itu, Bupati Afif Nurhidayat mengemukakan ada tiga prinsip kunci keberhasilan agar Wonosobo mencapai zero new stunting. Kunci pertama adalah data, yang merupakan hal utama yang harus dipegang, sebagai pijakan langkah bersama untuk melakukan intervensi.

“Banyak data tersebar dan terlaporkan disemua sistem pelaporan dan monev, namun harus dipastikan lagi. Apakah semua data tersebut berasal dari satu sumber, ataukah masing-masing data memiliki kepentingan sendiri-sendiri,” tanyanya.

Pihaknya berharap ada kesepakatan penggunaan satu data satu sumber, sehingga di kanal informasi dan pelaporan manapun data yang dirilis adalah data yang sama. Jika semua berbasis data, maka penanganan kasus stunting akan terukur dan lebih fokus pada sasaran.

“Langkah berikutnya ketika data sudah satu sumber, adalah pemanfaatan data untuk keperluan perencanan dan intervensi. Data yang dimaksud tidaklah sekadar angka semata, tetapi merupakan suatu kesatuan informasi dan analisis,” lanjut Afif.

Butuh Kerjasama

blank
Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat saat membuka Rembug Stunting di Pendopo Bupati setempat. Foto : SB/dok Diskominfo

Hal itu, tambah dia, agar semua pihak yang akan berkontribusi paham betul apa yang harus dilakukan. Data dan informasi yang harus disepakati bersama untuk menjadi rujukan, adalah data keluarga berisiko stunting untuk intervensi pencegahan lahirnya bayi stunting, dan data balita stunting untuk penanganan balita stunting.

“Selanjutnya kecepatan akses dan distribusi data. Hendaknya data untuk penanganan stunting dapat diakses secepat mungkin, untuk kemudian didistribusikan guna keperluan perencanaan dan intervensi,” tutur pria yang pernah menjabat sebagai Ketua DPRD itu.

“Jangan sampai penanganan stunting terlambat, hanya karena data tidak tersampaikan dan tidak ter-update,” tandasnya. Kunci kedua keberhasilan penanganan, adalah fokus pada dampak,” tambahnya lagi.

Menurut Afif, desain program yang berorientasi dampak adalah desain program yang didalamnya terdapat perhitungan target rantai hasil yang jelas. Secara logis menampilkan keterkaitan berbagai intervensi kegiatan untuk mencapainya.

Desain proyek tersebut akan memandu pelaksanaan program secara efektif.
Di sinilah peran Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten sangat diperlukan untuk terus berkoordinasi dan mengefektifkan fungsi-fungsi kelompok kerja di dalamya.

“Maka setelah Rembuk Stunting di tingkat kabupaten, saya minta untuk segera dilaksanakan Rembuk Stunting di tingkat kecamatan dan desa. Sehingga program penanganan stunting terus berlanjut di tingkat basis,” pintanya.

Dikatakan, kunci keberhasilan ketiga adalah kolaborasi. Banyaknya permasalahan dan faktor penyebab stunting, serta luasnya cakupan sasaran yang harus diintervensi, tidak memungkinkan pemerintah bekerja sendiri.

“Diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi, media, dan masyarakat, untuk merealisasikan program pencegahan stunting dengan optimal, agar target penurunan stunting dapat terwujud,” katanya.

Pemkab Wonosobo sangat mengapresiasi dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah mendukung upaya penurunan stunting. Baik oleh badan usaha daerah, swasta, komunitas dan masyarakat.

“Kita kejar window of opportunity yang singkat ini, untuk melakukan sesuatu yang menjamin generasi penerus bahagia dan sejahtera. Generasi yang sehat dan cerdas,” pungkasnya.

Muharno Zarka