blank
Ilustrasi: Aura ungu "energi tinggi". Foto: Dok Masruri

blankSAAT JALAN sore ke kali Gelis melihat rumput yang di daerah saya disebut rumput “gajah-gajahan”-an. Herannya, di Google rumput ini berubah nama menjadi “Buluh Perindu” yang konon di Pasar Jatibening, rumput itu dijual dan dibumbui sebagai sarana mistik.

Nilai jual dari bunga rumput itu karena dapat bergerak sendiri saat dibasahi dengan air. Bahkan salah satu dari tokoh intelektual yang pernah dinominasikan sebagai calon menteri pendidikan zaman Orba pun menjadikan benda ini sebagai jimat yang ditaruh dalam pena emasnya.

Kesannya lucu! Namun itu sah-sah saja, yang penting yakin, karena prasang manusia itu bagian dari doa yang tidak terucap. “Katamu, doamu.” Padahal, yang banyak beredar di pasaran itu bukan benda mistis.

Yang dianggap sebagai buluh perindu itu aslinya bunga rumput “gajah” yang banyak tumbuh liar di pedesaan. Zaman saya kecil memanfaatkan bunga itu untuk  mainan, karena jika disisipkan pada ujung lengan baju, ketika ada gerakan tangan saat berjalan, serabut lembutnya bergerak.

Dan itu menyebabkan bunga itu  berjalan, yang semula ditaruh di ujung lengan baju lengan panjang, bisa berjalan dan tahu-tahu sudah berada di pundak atau leher.

Bunga rumput itu jika sudah dikeringkan, warnanya coklat  dan bisa jika dibasahi dengan air atau ludah bisa bergerak-gerak sendiri. Bagi yang yang belum tahu bahwa itu bunga rumput yang biasa tumbuh di jalan pedesaan, dianggap itu keajaiban.

Teman saya di Jakarta, karena dia jualan alat sulap dan benda-benda “mistis”  dia sering didatangi  orang untuk mencari barang unik semi magis. Itu berawal ketika dia main kerumah saya, saat jalan ke sungai, dia menemukan  banyak rumput gajah yang tumbuh di pinggiran jalan dan di kuburan.

Sebelumnya dia kalau ambil barang itu ke Pasar Jatibening. Bunga rumput itu, waktu usia kanak-kanak, saat saya menggembala kambing tahun 80-an, disebut rumput  jago. Kata teman itu apapun bendanya, kalau keyakinannya terhadap benda itu ada, keajaibannya bisa datang, karena Tuhan mengikuti apa yang menjadi persangkaan hamba-Nya.

Buluh perindu yang (katanya) asli itu infonya berasal dari Kalimantan. Buluh, artinya bambu. Adanya di kedalaman daerah rawa yang di atas bukit, dan sulit menjangkaunya, apalagi mendapatkannya, karena harus menyelami kedalaman rawa. Apalagi (katanya) di situ dijaga suku pedalaman dan makhluk halus.

Yang sudah ada dalam botol, biasanya diberi nama “minyak bulu perindu”. Sejarahnya minyak itu didapat dari lubang atas pohon besar. Kata kepala suku proses terjadinya minyak itu dari burung perindu yang mati tua di sarang atau di lobangnya, dan lama kelamaan bangkainya menjadi minyak dan dikeramatkan karena minyaknya diyakini istimewa.

Asal Diyakini

Kalau menurut saya, benda apapun bisa dijadikan jimat jika diyakini. Benda yang sama perannya menjadi berbeda tergantung provokasi yang masuk otaknya. Maka, yang mau meyakini itu azimat, silakan dan yang meyakini mainan, juga silakan.