Di samping berpesan agar para santri serius belajar Al-Qur’an, Wagub juga mengingatkan mereka untuk senantiasa menjaga citra positif pondok karena lokasi pondok berada di dalam lingkungan MAJT. Santri wajib menjaga perilaku maupun penampilan.
“Apalagi MAJT sering menerima tamu dari berbagai daerah. Rombongan bis-bisan datang. Tentu pasti akan mendapatkan informasi. (Kalau) santrinya kira-kira tidak bisa menjaga almamater sebagai seorang santri, ini nanti akan berpengaruh image (citra) yang tidak baik,” tandasnya.
Wagub menambahkan, Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an MAJT-Baznas Jateng merupakan wajah Provinsi Jawa Tengah. Maka, setiap santri wajib menjaga citra baiknya.
Direktur Pesantren Tahfidz Qur’an MAJT-Baznas Jateng, Ahmad Syaifuddin, menuturkan, saat ini sudah ada 20 santri yang bermukim di asrama. Mereka berasal dari Demak, Purworejo, Temanggung, Kota Semarang, Banyumas, Jepara, Sragen, Brebes, Kabupaten Tegal, Wonosobo, Grobogan dan Karanganyar. Nantinya, setiap kabupaten/ kota mengirimkan satu hingga 2 santrinya ke pondok. Para santri tersebut dikirimkan oleh Baznas kabupaten/ kota.
Hery Priyono