blank
Ilustrasi. Foto:dok penulis

Oleh Dwi Henny Widyastuti, S. Pd.blank

BERDASARKAN hasil pengamatan saya di kelas, saya menemukan bahwa hampir sebagian besar siswa kesulitan berbicara dalam bahasa Inggris, terutama pada siswa kelas 7.

Hal ini karena tidak semua Sekolah Dasar, terdapat pelajaran bahasa Inggris. Sehingga siswa yang diterima di SMP saya, sebagian besar kemampuan bahasa Inggris nya sangat rendah.

Apalagi bila disuruh membuat dialog, merupakan momok besar bagi mereka. Membaca bahasa Inggris saja sulit, begitu juga arti katanya mereka sama sekali tidak tahu, apalagi kalau harus membuat dialog dan mempraktekkannya.

Oleh karena itu saya sebagai guru bahasa Inggris menganggap ini adalah tantangan besar bagi untuk menaklukkannya.

Kodrat Anak Bermain       

Setelah membaca dan memahami pokok pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara bahwa kodrat anak adalah bermain, maka dapat saya simpulkan: “Permainan anak dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu permainan yang mendidik yang diperlukan di lingkungan sekolah.”

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menimbulkan kesenangan. Hal ini senada dengan pendapat Piaget yang menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang semata untuk kesenangan fungsional.

Elizabeth B. Hurlock mengatakan, “Sesungguhnya bermain memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak.”

Sejatinya, pendidikan dan pembelajaran akan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Pada abad ke-21 ini, pembelajaran tidak hanya berpusat pada kemampuan kognitif, tetapi juga mencakup sejumlah keterampilan personal dan sosial.

Keterampilan tersebut dikenal dengan istilah 4C Pembelajaran Abad 21: critical thinking, creativity, collaboration, dan communication.

Tujuan utama  kemampuan berpikir kritis adalah mengarahkan anak untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solving). Keterampilan ini sangat diperlukan untuk mengatasi dampak negatif dari akses informasi tak terbatas di abad ke-21.

Outside The Box 

Kreativitas juga dapat dimaknai sebagai kemampuan berpikir outside the box tanpa dibatasi aturan yang cenderung mengikat.

Anak-anak yang memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif. Hasilnya, mereka akan berpikiran lebih terbuka dalam menyelesaikan masalah.

Collaboration adalah aktivitas bekerja sama dengan beberapa orang dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar anak mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya mendatang.

Communication dimaknai sebagai kemampuan anak dalam menyampaikan ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif.

Akhirnya muncullah ide saya menciptakan permainan/game “Dialogue challenge: what will you say if . . .” untuk materi speaking.

Dengan ini siswa bisa berpikir kritis dengan adanya situasi dialog yang harus dibuat, kreatif, berkolaborasi, bekerja sama dalam kelompok, dan berkomunikasi membuat kalimat bahasa Inggris untuk membuat dialog bersama.

Guru sudah mempersiapkan media mengajar berupa sembilan kartu situasi yang di tulis di kertas hvs dan ditempel di kardus bekas, kertas manila yang berisi tulisan “Dialogue challenge: what will you say if . . . “ semua dipajang di depan kelas. Video tentang pembelajaran game ini terdapat di https://youtu.be/SrrXP4nlEsg.

Untuk siswa yang belum bisa, akan terbantu dengan siswa yang sudah menguasai materi. Adanya battle game menggugah semangat siswa untuk berkompetisi dan membuat kelas jadi lebih hidup.

Yang selama ini materi speaking itu menakutkan dan dihindari siswa menjadi materi yang paling disenangi siswa.

Memang untuk mengubah siswa menjadi aktif, guru harus mau berubah terlebih dahulu. Guru harus berani keluar dari zona nyamannya, yaitu yang biasanya mengajarkan hanya berupa teori, memberikan tugas mengerjakan LKS saja, guru juga harus bisa memahami jiwa siswa yang suka dengan permainan.

Kalau bukan kita, para guru yang mengubah siapa lagi? Bukankah kebangkitan dunia pendidikan ada di tangan kita sebagai pendidik? Lalu, tunggu apalagi? Mari bangkit bersama, bersama kita bisa. Hidup Guru Indonesia!

Dwi Henny Widyastuti, S. Pd., guru Mapel Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Purwodadi