blank
Presiden RI, Joko Widodo, meresmikan Bandara Ngloram di Kabupaten Blora, pada 17 Desember 2021. Foto: Pemprov Jateng

GUBERNUR Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mendorong pengembangan enam bandara komersil dan perintis di wilayahnya, sebagai upaya merajut ekonomi kerakyatan. Hal itu seperti dituturkan Plh Kepala Dinas Perhubungan Jateng, Syurya Deta Syafrie.

Dikatakannya, Ganjar mempermudah akses menuju Jateng melalui pengembangan itu, sehingga jaringan ekonomi rakyat bisa berkembang. Sampai saat ini, Deta menyebut, pihaknya terus melirik potensi pasar baru, melalui pengembangan bandara.

”Kami terus melakukan kajian dan mengkreasi terkait bandara, untuk membuka rute-rute atau potensi pasar baru,” kata Deta, dalam keterangannya di Semarang, Rabu (26/10/2022).

BACA JUGA: Wadahi Seniman, Pemerintah Desa Bandongan Gelar Pameran Lukisan

Adapun enam bandara yang dikembangkan Ganjar di Jateng yakni, Bandara Adi Soemarmo di Kabupaten Boyolali, Bandara Dewandaru di Pulau Karimunjawa Jepara, dan Bandara Jenderal Besar Sudirman di Purbalingga.

Selain itu, ada pula Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani di Kota Semarang, Bandara Ngloram di Cepu Kabupaten Blora, dan Bandara Tunggul Wulung lokasi di Kabupaten Cilacap.

Deta menambahkan, pengembangan bandara secara masif dilakukan di Bandara Ahmad Yani. Menurut dia, kemegahan bandara itu merupakan komitmen Ganjar, untuk memberikan manfaat kepada masyarakat di sektor perhubungan, yang berdampak pada ekonomi rakyat.

BACA JUGA: Disdikpora Jepara Susun Perencanaan Berbasis Data

”Bandara di Tambakharjo Semarang Barat, dengan luas 58 ribu meter persegi itu, mampu memuat kapasitas penumpang sembilan kali lipat dari yang lama, atau 19 ribu penumpang per hari, atau 6,9 juta penumpang per tahun. Sebelumnya hanya 800 ribu penumpang per tahun,” terang Deta.

Disamping itu, Ganjar juga mendorong penambahan rute pesawat di tahun ini. Di antaranya rute Semarang ke Jakarta, Semarang ke Ketapang dan Pontianak, hingga rute Semarang ke Makassar.

Sedangkan dua bandara yang dibangun adalah, Jenderal Besar Sudirman di Purbalingga, dan Ngloram di Cepu, Blora. Seperti disebutkan Deta, keberadaan bandara ini dianggap sangat penting, untuk menunjang kemajuan wilayah.

BACA JUGA: LHKPN di Jateng Capai 100 Persen, Taj Yasin: Itu Awal Mula Menghindari Korupsi

”Investor jelas lebih senang, karena akses ke Jateng bagian tengah dan timur, kini lebih mudah. Tujuannya, simpul-simpul ekonomi kerakyatan akan makin kuat,” paparnya.

Komitmen Ganjar terhadap bandara akhirnya mendapat apresiasi dari Majalah Bandara, dalam ajang Bandara Awards 2018. Ganjar dinyatakan sebagai Kepala Daerah yang berkomitmen tinggi, dalam mendorong pengembangan Bandara Udara di Indonesia.

Sementara itu, mantan Kadishub Jateng, Satriyo Hidayat menjelaskan, Bandara Ngloram hadir untuk menjawab potensi ekonomi di kawasan Blora, yang berdekatan dengan Bojonegoro yang memiliki hotel bintang lima, dan keberadaan Blok Cepu, dengan perusahaan yang mempekerjakan ekspatriat.

BACA JUGA: Tilang Manual Ditiadakan, Kapolres: Yang Lakukan Pungli Ditindak Tegas

Bandara Ngloram juga diharapkan bisa menjadi moda transportasi pilihan, bagi warga sekitar Blora. Seperti Rembang, sebagian Grobogan, dan wilayah di Jawa Timur, seperti Ngawi, Bojonegoro dan Tuban. Dengan adanya bandara ini, diperkirakan akan menuai imbas positif bagi pembangunan Ngloram.

”Potensi Ngloram sangat besar. Sebab, di wilayah Cepu terdapat sejumlah perusahaan minyak milik asing, yang mempekerjakan ekspatriat. Sementara selama ini penerbangan hanya sampai ke wilayah Surabaya atau Solo. Bagi orang asing, transportasi udara dianggap memiliki tingkat keselamatan lebih baik, ketimbang transportasi darat,” tutur dia.

Ngloram yang pernah didarati King Air B200GT, memang mendesak untuk dikembangkan. Khususnya pembangunan landasan pacu (runway), sepanjang 1.600 x 30 meter, agar tak hanya melayani pesawat baling-baling ATR-72, tapi juga pesawat komersial tipe jet.

BACA JUGA PMI Bekali Ketrampilan Sopir Ambulans Desa, agar Berikan Pelayanan Terbaik

blank
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, meresmikan penerbangan khusus kargo di Bandara Internasional Ahmad Yani. Foto: Pemprov Jateng

Demikian pula dengan Bandara JB Sodirman di Wirasaba, Purbalingga, diharapkan juga bisa memberikan dampak ekonomi pada kawasan Barlingmascakeb.

Satriyo menyebut, keberadaan sebuah bandara sangat vital, karena bisa memangkas waktu dengan lebih efisien. Pasalnya, ketika sebuah daerah ingin menjual produk UMKM, budaya, wisata, kuliner, bandara adalah etalase yang bisa memajang jualan itu.

”Turis asing yang ingin menghemat waktu membeli oleh-oleh khas Jepara, Rembang, Banyumas, bisa membeli di Ngloram atau JB Soedirman,” jelasnya.

BACA JUGA: Deklarasi Damai Pilpet Serentak, Pj. Bupati: Jangan Larut dalam Euforia Demokrasi

Terkait dengan tantangan menurunnya penumpang akibat pandemi, pihaknya mengusulkan agar melakukan kolaborasi dengan pihak Angkasa Pura, maskapai penerbangan, dan perusahaan yang ingin mencarter pesawat untuk lebih diintesifkan.

Diresmikannya bandara rintisan Ngloram, memang menuai tanggapan positif dari berbagai pihak. Salah satunya pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno.

Diungkapkan dia, bandara bisa menjadi pilihan warga dalam mengakses moda transportasi. Keberadaan bandara bisa mempermudah pekerja di sektor migas Blok Cepu. Kemudian bandara juga bisa beroperasi melayani rute sampai ke luar Jawa. Pasalnya, warga Blora dan sekitarnya, seperti Bojonegoro dan Tuban, banyak berada di Kalimantan.

BACA JUGA: Kerap Diabaikan, Ini Ternyata Manfaat Akta Kematian

Yang tak kalah penting dari keberadaan bandara, Imbuh Djoko, pembangunan akses menuju dan dari bandara. Dia juga menyarankan, perlunya integrasi antarmoda, misalnya bus yang membawa ke stasiun atau lokasi wisata. ”Perlu ada integrasi antarmoda, semisal bus ke tempat pariwisata,” saran dia.

Karakteristik penumpang pesawat terbang, lanjut Djoko, terdiri dari para pelaku bisnis sebesar 12 persen, wisatawan sebesar 10 persen, Aparatur Sipil Negara (ASN), karena perjalanan dinas sebesar 40 persen, dan sisanya keluarga.

Pengembangan infrastruktur bandara di Jateng, akhirnya membuka isolasi Wilayah, dalam rangka pemerataan pembangunan daerah di Jateng. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan, yang menjadikan Jateng menerima penghargaan berupa Perencana Pembangunan Daerah (PPD) Terbaik Tingkat Provinsi 2019 dan 2020 dari Bappenas.

Tim SB