blank
Mata air Umbul Nilo yang mengaliri sunga-sungai di Klaten sedang direstorasi agar terjaga kebersihannya. Foto: Yusri

…Di tepinya sungai Serayu
Waktu fajar menyingsing
Pelangi merona warnanya
Nyiur melambai-lambai…

…Warna air sungai nan jernih
Beralun berkilauan
Desir angin lemah gemulai
Aman, tentram, dan damai…

LIRIK lagu ‘Di Tepi Sungai Serayu’ ciptaan seniman Banyumas, R Soetedja Poerwadiprata (almarhum), demikian indah melukiskan keindahan sebuah Sungai Serayu, yang menjadi urat nadi masyarakat. Air sungai demikian bening, dan menciptakan suasana tenteram.

Kini, masih adakah sungai-sungai yang menawan itu di era kini? Ikhtiar itu kini masif dilakukan para aktivis lingkungan di berbagai wilayah di Jawa Tengah. Mereka berusaha melakukan aksi bersama melakukan restorasi, guna menyelamatkan sungai-sungai yang kehilangan kejernihannya.

Aktivis sungai, Zanari Catur Rukmana menilai, restorasi harus gencar dilakukan, untuk menyelamatkan sungai. Salah satu upaya yang sudah ditempuh yaitu, merestorasi bantaran Sungai Bendung Gablok, Desa Jragung, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak.

BACA JUGA: Optimalkan Potensi, Desa-desa di Jateng Didorong untuk Berjejaring

Ketua Komunitas Peduli Sungai (KPS) Lokajaya Demak, yang akrab disapa Arie itu mengatakan, jika kawasan sungai ini sebelumnya pernah ternoda oleh onggokan sampah yang tak elok di pandang mata.

Namun sejak ada gerakan bersama pembersihan dan penghijauan, wajah sungai terlihat bersih dan indah. Gerakan massal peduli sungai itu melibatkan KPS Lokajaya, Bupati Demak bersama jajaran Forkopimda, Dinputaru, Forkopimcam Karangawen, BWS Pemali Juana Wilayah Semarang, Pusdataru Jateng, serta Balai Sertifikasi dan Perbenihan Tanaman Hutan.

”Berkat kolaborasi bersama, kebersihan sungai di Jragung terjaga. Apalagi kami memprogramkan festival kulineran di pinggir sungai, dan gerakan patroli sungai, dengan membersihkan sampah,” kata Arie, yang juga seorang relawan PMI dan BPBD Kabupaten Demak ini.

BACA JUGA: Tiga Tips Mencegah Kecanduan Junk Food dan Fast Food

blank
Festival Serayu Parak Iwak Banjarnegara 2015 yang menyedot ribuan peserta. Foto: Ist

Dia juga menyatakan, komunitasnya terpanggil untuk turut mengelola sungai di Demak beserta anak-anak sungainya, agar terjaga ekosistemnya. Peringatan Hari Sungai Nasional yang jatuh pada 27 Juli, baginya adalah momentum untuk lebih peduli dan mencintai sungai. Bahkan dalam peringatan HSN 27 Juli 2022, ada gerakan restorasi sungai yang dipelopori Kementerian KLHK dan PUPR.

Selain Sungai di Jragung, Arie bersama KPS juga melakukan restorasi di Sungai Tuntang, yang berada di depan pandapa kabupaten. Sungai ini juga mendapat dukungan dari OPD-OPD di Kabupaten Demak.

Sosok Arie, barangkali satu dari ribuan bahkan jutaan warga Jateng, yang memiliki kepedulian dan keberpihakan pada sungai. Di seantero Jateng, banyak dijumpai komunitas pecinta sungai yang berkolaborasi dengan pemerintah setempat, mengadakan acara festival sungai. Misalnya Festival Banjir Kanal Barat, Festival Kali Tenggang (Kota Semarang), Festival Gogoh Iwak (Demak) dan Festival Serayu Banjarnegara.

BACA JUGA: Cek TKP Meninggalnya Kopda M, Kapolda Sebut Sempat Minta Maaf ke Orang Tua

Festival Serayu dan Parak Iwak yang legendaris, adalah embrio lahirnya Kongres Sungai Indonesia pertama tahun 2015, di Sungai Serayu, yang melahirkan Maklumat Serayu, yang menjadi prasasti KSI-KSI selanjutnya.

Di Klaten, muncul Yayasan Sungai Lestari Indonesia (Yusri), yang dipandegani Danang Heri Subyantoro Amd, menggantikan posisi almarhum Arif Fuad Hidayah, pejuang lingkungan yang memelopori berdirinya Sekolah Sungai dan Srikandi Sungai. Lembaga Yusri yang diprakarsai Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, yang melibatkan Prof Dr Suratman MSc (Direktur Klinik Lingkungan & Mitigasi UGM), Drs H Jaka Salwadi MM, dan Arif Fuad Hidayah (alm) ini, menggerakkan masyarakat untuk mengembalikan fungsi sungai sebagai habitatnya, sebagai sumber air dan sebagai pengendali banjir.

Ganjar melalui Yusri, menyatakan komitmennya untuk mengedepankan sungai sebagai halaman depan rumah kita, bukan di belakang. Sungai di halaman depan adalah potret sungai yang bersih, bebas sampah, jernih airnya, sungai sebagai sumber air dan penghidupan.

BACA JUGA: Polres Kebumen Sita 32,29 Gram Sabu dari Operasi Januari-Juli 2022

Menurut Ketua Yusri, Danang Heri Subyantoro, selain melakukan aksi bersama restorasi sungai, aksi penyelamatan mata air sebagai salah satu usaha konservasi, juga intens dilakukan.

Danang menjelaskan, selain pencemaran limbah oleh perusahaan, dan sampah mikroplastik, tantangan yang dihadapi Yusri dalam pengelolaan sungai adalah, curah hujan yang tinggi saat ini. Adanya curah hujan yang tinggi itu, membuat potensi bencana hidrometeorologi meningkat.

Atas persoalan ini, lanjut dia, beberapa terobosan yang bisa dilakukan adalah, mendorong penerapan tanggung jawab industri terhadap pengumpulan dan pengelolaan sampah yang aman, dan mencegah kebocoran sampah ke lingkungan. Kedua, menguatkan kerja sama antara pemerintah dan komunitas, guna menegakkan aturan larangan plastik sekali pakai, menertibkan perilaku pembuangan sampah dan limbah ke sungai. Ketiga, menerapkan gaya hidup zero waste plastik, karena plastik bisa menjadi bencana ratusan tahun depan.

BACA JUGA: Kemenkumham Umumkan Seleksi Terbuka Jabatan Dirjen Imigrasi bagi PNS, TNI, dan Polri

Dia menyebut, Yusri intens menyelamatkan sungai dan mata air, sebagai bagian dari konservasi. Beberapa waktu lalu, pihaknya menggerakkan masyarakat dalam penanaman pohon aren di Sepadan Kali Pusur, Klaten. Selain itu, bersama Dinas KLHK Jateng dan BUMdes, mengadakan pemeliharaan mata air di Umbul Nilo, Klaten.

blank
Aksi Komunitas Peduli Demak dan Bupati Eisti’anah saat menanam pohon di bantaran sungai Gablok, Jragung. Foto: KPS Demak

”Jika semua masyarakat memiliki kesadaran dan tanggung jawab akan keberlangsungan sungai, maka kita bisa mengembalikan sungai ke habitatnya sebagai sumber air,” kata aktivis lingkungan yang menjadi salah satu narasumber dalam Webinar Nasional, Gerakan Restorasi Sungai Indonesia, dalam peringatan Hari Sungai Nasional 27 Juli 2022 lalu.

Dihubungi terpisah, Ketua Presidium Kongres Sungai Indonesia (KSI), Warsito Elewein menjelaskan, sekitar 7.000 sungai yang mengalir di Indonesia, dibayangi ancaman rusaknya kehidupan ekosistem oleh tangan-tangan manusia. Karenanya, butuh upaya revitalisasi sungai yang melibatkan komunitas, perguruan tinggi, swasta, media dan pemerintah.

BACA JUGA: Pentingnya Membangun Kesehatan Mental Anak Sejak Dini

Pada hakikatnya, kegiatan KSI yang pernah digelar di Banjarnegara, Malang, Banjarmasin dan Cibubur itu adalah, mewujudkan sungai sebagai pusat peradaban bagi peningkatan kualitas hidup manusia.

Menurut dia, penyelamatan sungai bukan ego sektoral saja, namun menjadi problem bangsa. Itu sebabnya, dibutuhkan kolaborasi dan sinergitas semua pihak, di masing-masing provinsi. Contohnya Sungai Bengawan Solo, yang melintasi Jateng dan Jatim.

Warsito mengapresiasi langkah Pemprov Jateng, yang melibatkan semua OPD terkait, untuk mengelola sungai beserta solusi mencegah pencemarannya. Selain itu, di provinsi ini tumbuh subur komunitas peduli sungai yang gigih berjuang menyelamatkan sungai dari polutan yang mengganggu ekosistem.

BACA JUGA: Ini Pesan Kakanwil Kemenkumham Jateng pada Pembukaan Pertandingan Olahraga Peringatan HDKD ke-77

Sebenarnya, sejak KSI pertama di Banjarnegara, dukungan pemprov terhadap upaya konservasi sungai sudah nyata. Bahkan Jateng masuk dalam konsorsium KSI.

”Dukungan Pak Ganjar atas kongres sungai layak diapresiasi. Ribuan orang dari berbagai elemen turun, BNPB, pejabat, komunitas, warga masyarakat, menyatu membersihkan sungai. Saya kira tanpa support langsung gubernur, kongres tak bisa berjalan optimal,” tambah Warsito.

Pemprov Jateng sendiri, imbuhnya, termasuk pihak yang memiliki komitmen atas nasib sungai-sungai yang dimiliki. ”Bahkan dalam kongres sungai di Banjarmasin, Jateng mengerahkan 120 delegasi, dari OPD dan komunitas lingkungan. Saya kira ini bentuk dukungan nyata,” tambahnya.

BACA JUGA: Tragedi Penembakan Istri TNI karena Tak Tahan Dikekang

Sementara itu, Ketua KPS Banjarmasin, Muhammad Ary menyampaikan, Maklumat Banjarmasin di KSI adalah penajaman hasil Maklumat Serayu 2015, yang menggarisbawahi bahwa pencemaran sungai akan membayakan kehidupan, banjir dan kekeringan makin ekstrem serta kehilangan keanekaragaman hayati di sungai, pendangkalan serta penyempitan.

”Kami mengapresiasi Jateng yang demikian peduli akan keberlangsungan sungai. KSI di Banjarmasin adalah penajaman Maklumat Serayu. Prinsipnya, perlu ada kementerian sumber daya air untuk memperhatikan sungai,” pintanya.

Di bagian lain, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng, Widi Hartanto menegaskan, pemprov concern dan memiliki komitmen terhadap keberadaan sungai beserta lingkungannya, karena ada regulasi penanganan sungai kelas I hingga kelas IV.

BACA JUGA: Resep: Sate Danguang danguang Khas Payakumbuh

Pihaknya juga memiliki perhatian khusus terhadap sungai-sungai yang berpotensi dialiri limbah, seperti Bengawan Solo dan sungai di Pekalongan. Terhadap sungai-sungai di daerah hulu pun, tak luput dari pengawasan.

Kepada perusahaan atau pabrik, bahkan industri kecil yang masih nekat membuang limbah ke sungai pun, Pemprov melakukan pembinaan dan sosialisasi. Pelanggaran yang umum terjadi adalah, tidak adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dimiliki pabrik atau industri kecil.

”Kami intens mengadakan pembinaan. Sanksi pertama adalah teguran dan pembinaan. Jika masih melanggar, tentu ada penegakkan hukum berupa sanksi administratif. Sudah ada sanksi administratif yang kami berikan,” lanjut dia.

BACA JUGA: Sebanyak 30 Orang Terjangkit Covid-19

Dikatakannya, pihaknya juga gencar melakukan patroli sungai, yang menurunkan tim LHK kabupaten/kota, dan rakor sungai. Yang penting, lanjut dia, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan, termasuk keterlibatan pelaku usaha untuk menaati peraturan dan perundangan yang berlaku.

”Masyarakat bisa membuat pengaduan atau melaporkan ke kami, untuk kami tindaklanjuti jika ada kejadian pencemaran sungai. Kami juga membentuk tim pengawasan dari masyarakat, untuk memonitor sungai,” tambahnya.

Widi juga mendukung tumbuhnya komunitas peduli sungai. Dia mengatakan, mereka memberikan kontribusi yang siginikan terhadap lingkungan, khususnya dalam membuat gerakan. Pasalnya, jika bicara sungai, juga menyangkut sampah.

”Perlu kolabolasi dengan masyarakat dalam menggerakan dan kampanye penyelamatan sungai. Persoalan sungai tidak hanya soal limbah, namun perilaku terhadap pengelolaan sampah. Kami kini yang harus kita dorong secara masif agar pelestarian sungai yang kita idam-idamkan bersama bisa terwujud,’’ pungkas Widi.

Tim SB