blank
Lestari Moerdijat. Foto: fn.org

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Para pemangku kepentingan di pusat dan daerah, harus mengupayakan langkah-langkah terukur dan segera, untuk mengatasi terjadinya kasus gangguan kesehatan mental anak yang menunjukkan tren kenaikan. Mental anak yang sehat dan tangguh, sangat dibutuhkan untuk mewujudkan generasi emas di masa datang.

”Kita harus siapkan generasi emas untuk masa depan bangsa ini, Mereka harus memiliki mental yang sehat dan tangguh, dan itu harus diupayakan sejak dini,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (28/7/2022).

Dari data Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) pada 2018, mental anak-anak Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan (error) sebesar 9,8 persen. Berdasarkan pendataan Rikesda yang dilakukan lima tahun sekali, anak Indonesia yang mengalami error, tercatat meningkat dibandingkan pada 2013. Ketika itu anak yang mengalami error tercatat sebesar 6,1 persen.

BACA JUGA: Ini Pesan Kakanwil Kemenkumham Jateng pada Pembukaan Pertandingan Olahraga Peringatan HDKD ke-77

Salah satu penyebab kondisi gangguan jiwa ringan ini menurut riset, terjadi karena mereka stres dan sering hidup di alamnya sendiri. Kehadiran telepon ternyata membentuk anak-anak sulit untuk diatur. Tanpa penanganan yang serius terhadap fenomena itu, Lestari khawatir, pada riset tahun depan jumlah anak yang mengalami gangguan mental akan meningkat.

Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat, upaya pendampingan bagi keluarga agar para orang tua mampu membentuk mental putra-putrinya sehat dan tangguh, harus konsisten dilakukan.

”Sejumlah program yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan atau kesejahteraan keluarga, harus juga ditambahkan sosialisasi atau pemahaman kepada orang tua, agar mampu membangun kesehatan mental anak-anaknya dengan baik,” ujar Rerie.

BACA JUGA: Tragedi Penembakan Istri TNI karena Tak Tahan Dikekang

Upaya pendampingan itu, jelas anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, sangat diperlukan untuk mencegah gangguan jiwa yang lebih berat lagi terhadap anak. Pada Rikesda 2018, tercatat tujuh dari 1.000 anak mengalami gangguan jiwa berat dan yang memprihatinkan lagi 5,1 persen anak kecanduan narkoba.

Melihat seriusnya ancaman terhadap generasi penerus bangsa itu, Rerie sangat berharap, para pemangku kepentingan dan masyarakat, dapat bahu membahu mewujudkan kesehatan mental anak-anak Indonesia yang tangguh. Hal itu bisa dilakukan melalui berbagai upaya peningkatan kesejahteraan keluarga, dan pemahaman pola asuh anak yang baik, sesuai norma budaya dan nilai-nilai luhur bangsa kita.

Riyan