blank
Penampilan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Kertek dalam FSP di TBJT Surakarta. Foto : SB/dok SMAN 1 Kertek

WONOSOBO(SUARABARU.ID)- Sejumlah 23 siswa-siswi SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo mengikuti Festival Seni Pelajar (FSP) yang digelar Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Surakarta bekerjasama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Tengah di Pendopo TBJT Surakarta.

Siswa-siswi SMA Negeri 1 Kertek dalam FSP Jateng tahun 2022 tersebut menampilkan “Lelagon Nonton Wayang Laras Slendro Pathet Sanga” karya Widodo Broto Sejati yang juga Dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Pelatih Seni Budaya SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo, Agung Wahyu Utomo, Selasa (5/7/2022), mengatakan lagu tersebut mengajak siapapun untuk lebih mencintai seni wayang, sebagai kebudayaan yang adi luhung.

Baca Juga: Sandiaga Bantu Pedagang Warung Kopi Tertua di Desa Sembungan Wonosobo

“Lirik lagu menceritakan begitu asyiknya menonton pertunjukan wayang. Apalagi kalau bisa duduk di dekat tempat wayang, dalam bahasa Jawa disebut kotak atau dekat gamelan,” ujarnya.

Tari dan gamelan yang dimainkan, tambahnya, dimulai dengan sampak sanga, dialog dengan penonton wayang. Dilanjutkan lancaran irama, garap semarangan, peragaan wayang diiringi dengan sampak sanga dan gaya Banyumasan dengan irama rangkep.

Penampilan tari dan gamelan diikuti pula dengan jogetan yang diiringi joger Wonosaban, dhangdut dan ditutup sampak sanga. Penampilan seniman SMA Negeri 1 Kertek ini tampak apik dan enak untuk dinikmati.

Baca Juga: Sandiaga Sambangi Desa Wisata Sembungan Kejajar Wonosobo, Ini yang Dilakukan

Menurut Kepala SMA Negeri 1 Kertek Retno Herwanti, kegiatan berkesenian di sekolah menjadi wadah yang tepat untuk mengembangkan dan menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri.

“Dengan berfungsinya otak kanan dan kiri maka diharapkan mampu membentuk kepribadian siswa yang humanis dan berkepribadian luhur. Punya nilai etika dan estetika yang tinggi,” tegasnya.

Budaya Asing

blank
Siswa-siswi SMA Negeri 1 Kertek menampilkan “Lelagon Nonton Wayang Laras Slendro Pathet Sanga” dalam FSP di TBJT Surakarta. Foto : SB/dok SMAN 1 Kertek

Baca Juga: 24 Juli 2022 Semua Pedagang Ditarget Sudah Tempati Pasar Induk Wonosobo

Menurut dia, dewasa ini generasi milenia yang mayoritas berada di bangku sekolah telah dihadapkan pada dunia yang nyata dan abstrak.

“Pesatnya perkembangan teknologi, menjadikan sebagian besar generasi muda kurang manaruh simpatik terhadap keberadaan seni tradisi nusantara,” tuturnya.

Kesenian tradisional, sambung dia, terasa telah disingkirkan di tengah-tengah pesatnya arus budaya asing yang masuk di sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia hingga ke pelosok-pelosok desa.

Baca Juga: Babak Lanjutan Kompetisi Sepakbola Liga 1 dan Liga 2 Wonosobo Ditunda, Ini Alasannya

“Tidak bias dipungkiri bahwa akibat pesatnya perkembangan dunia teknologi telah mempengaruhi sebagian besar generasi penerus menjadi acuh terhadap kebudayaan sendiri,” papar dia.

Dikatakan, tatanan kehidupan dalam sebuah kebudayaan yang diwariskan oleh pendahulu sebagai refleksi dari nilai-nilai luhur telah banyak digeser dan dirubah menjadi tatanan baru yang dianggapnya lebih mengkini.

Pergeseran adat dan budaya bangsa Indonesia, menurut Retno, tampaknya telah merubah wajah anak-anak negeri yang sebagian besar lebih banyak memilih budaya asing sebagai kebanggaan serta media eksistensinya.

Baca Juga: Baznas Wonosobo Sosialisasikan Zakat Melalui Film ”Iman di Pangkuan Sang Fakir”

Masuknya budaya asing yang lebih banyak diminati oleh kalangan remaja saat ini, katanya, tidak diimbangi oleh hadirnya budaya lokal di ruang-ruang strategis. Sehingga generasi milenial terasa asing dengan budaya sendiri yang kaya pendidikan karakter.

“Hal itu, menjadikan generasi milenial semakin menjauh dari rasa kecintaanya terhadap warisan budaya adi luhung yang sarat akan nilai-nilai moral bangsa Indonesia,” pungkasnya.

Muharno Zarka