SORE itu, aktivitas di Posyandu Anggrek, Desa Kalikurmo, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, berdenyut. Sejumlah ibu hamil menunggu antrean untuk mendapatkan pemeriksaan lingkar lengan, bobot badan, dan tekanan darahnya. Mereka juga menerima makanan penambah gizi, seperti sayur, buah dan susu, serta mendapatkan konseling dari bidan desa.
Pemandangan serupa juga ada di Posyandu Mawar, Melati, Kanthil, dan Kenanga, yang ada di Desa Kalikurmo. Wajah posyandu kini tak lagi identik dengan bayi dan balita, karena program posyandu sejatinya juga diperuntukkan bagi ibu hamil.
Keberadaan posyandu kini berada di garis depan, seiring Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, melalui Dinas Kesehatan, yang secara masif mengkampanyekan program ‘5NG’ (Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng) atau memantau orang hamil.
BACA JUGA: Potret Tim Panjat Tebing Kota Tegal di Laga Pra Porprov Jateng 2022
Lewat program ini, posyandu yang didalamnya ada unsur RT, kader dan bidan desa, berperan mendata, serta mendeteksi para ibu hamil yang memiliki risiko tinggi, sehingga diharapkan ikut andil menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), dan Angka Kematian Bayi (AKB) saat kehamilan.
Seperti yang dituturkan kader Posyandu Anggrek, Siti Khoiriyah (50), program 5NG ini secara berkesinambungan sudah dilaksanakan di semua posyandu di desanya. Saat ini terdapat 17 ibu hamil yang mendapatkan monitoring atas kehamilannya.
”Kami intens mendorong para ibu hamil untuk rutin memeriksakan diri ke posyandu,” katanya.
BACA JUGA: Atlet Panjat Tebing Kota Tegal Juara Pertama Pra Porprov Jateng
Warga Kalikurmo, Rumani (34) mengakui, saat ini anaknya yang berusia satu tahun Muhammad Umar tumbuh sehat. Umar adalah produk program 5NG, karena saat hamil hingga melahirkan dirinya mendapat pemantuan secara intensif dari posyandu, dokter dan bidan.
Koordinator Bidan di Puskesmas Wanasari, Kabupaten Brebes, Kusro Hafidah menyebutkan, program 5NG efektif untuk menekan AKI dan AKB, karena meliputi empat fase pemantauannya, yaitu sebelum hamil, fase hamil, persalinan dan nifas.
Guna menyukseskan program ini, pihak puskesmas melibatkan tiga dokter dan 16 bidan, yang terlibat aktif memantau para ibu hamil di sejumlah desa, seperti di Pesantunan, Klampok, Kupu, Kertabesuki dan Sawojajar.
BACA JUGA: Semarang Modelling Akan Menggebrak Kota Semarang dengan Menjadikannya Kota Fashion
Menurut dia, pihaknya juga menangani kasus-kasus kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Artinya, masih ada kehamilan yang tidak terencana (kebobolan) atau hamil karena “kecelakaan”.
”Kami juga melakukan pendampingan atas kasus kehamilan yang tak dikehendaki. Dengan demikian, proses kehamilan diupayakan tetap normal dan aman,” terang Hafidah.
Program 5NG di Wanasari sendiri tergolong berhasil, karena hingga tahun 2022 ini, untuk AKI mencapai nol persen, dan grafiknya menurun untuk AKB.
BACA JUGA: Ini Para Juara LevelUp Badminton Championship, Hadiah Diserahkan Tontowi Ahmad
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yunita Dyah Suminar mengungkapkan, 5NG pada hakikatnya adalah, gerakan bersama untuk menekan angka kematian ibu dan bayi.
Tingkat keberhasilan program 5NG sebelum covid-19 sebenarnya tergolong memuaskan. Hal itu ditandai dengan persentase penurunan AKI dan AKB sejak 2015 hingga 2019.
Bahkan di tahun 2017, kasus turunnya AKI 21,1 persen, sedangkan penurunan kasus AKB mencapai 19,21 persen. Namun adanya pandemi menjadi tantangan bagi program ini, mengingat masih adanya kasus ibu hamil yang meninggal karena covid-19.
BACA JUGA: Polres Magelang Punya Anjing Pelacak Hadapi Tugas Negara
Menurut Yunita, faktor pendukung utama keberhasilan program itu adalah, komitmen dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang diikuti kepala daerah kabupaten/kota. Dinkes tak mampu bekerja sendirian, dan butuh bergandengan tangan dengan lintas sektoral.
Salah satunya adalah, pemangku kepentingan di desa, seperti kades, lurah, ketua RT, kader posyandu dan bidan. Alasannya, merekalah yang memiliki data apakah setiap ibu hamil memiliki riwayat komorbid hipertensi, jantung atau diabetes.
”Karena realitas di lapangan, faktor penyumbang kematian ibu bayi banyak juga dipengaruhi di luar sektor kesehatan. Selain itu, keterlibatan sektor-sektor lain sangat mendukung keberhasilannya,” terang Ninit, panggilan akrabnya.
BACA JUGA: Edarkan Narkoba di Balai Jagong, Warga Jepara Dibekuk Aparat Polres Kudus
Dinkes Jateng sendiri berusaha menciptakan kondisi, di mana semua ibu hamil terpantau, agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sehingga ibu selamat, dan bayi sehat.
Caranya, gerakan 5NG lebih dimaksimalkan melalui aplikasi pemantauan ibu hamil dan bumil risti, untuk bersama didamping masyarakat. Selain itu, berupaya mendorong kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kehamilannya melalui promosi dan edukasi.
Ditambahkan dia, beragam upaya dilakukan Dinkes Jateng untuk menyukseskan program ini, khususnya kompetensi. Setiap nakes harus selalu melalui uji kompetensi dan standar lain, sebelum melakukan pelayanan atau praktik.
BACA JUGA: 30 Mahasiswa UMS Ikut Pembekalan KKN MAs ke Sulawesi Selatan
Kemudian peningkatan status kesehatan calon ibu, melalui layanan kesehatan remaja, KIE promosi, kesehatan calon pengantin, materi kesehatan reproduksi dalam UKS/sekolah sehat, posyandu remaja, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), KIE, promosi berbagai media, upaya kesehatan pekerja perempuan, kesehatan lingkungan, dan lain sebagainya.
Meskipun hasil dari program 5NG nyata, namun tetap masih ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya pandemi covid 19. Hal itu menyebabkan interaksi masyarakat sempat terjeda bahkan dilarang, fasyankes hampir lumpuh, banyak tenaga kesehatan terpapar sehingga harus isoman, dirawat di RS, bahkan ada yang meninggal.
”Andai tidak ada covid-19, program 5NG kami anggap berhasil, karena angka kasus AKI dan AKB terus menurun di Jateng,” ungkap dia.
BACA JUGA: Pemkab Blora Dukung Pembangunan Jalan ke Sejumlah Desa Wisata di Blora
Selain itu, pergantian bupati/walikota/kepala desa, mau tidak mau harus ada upaya advokasi dan pendampingan terus menerus. Sementara di masa pandemi, hampir seluruh perhatian dicurahkan untuk mengatasi pandemi.
”Itu sebabnya, kami dibantu relawan yang bisa dikoordinasi di daerah seperti Sukarelawan Kader Kesehatan Muda Komunitas Boyolali (Sukkma Koboy). Kami juga mendapatkan dukungan dari Mahasiswa Kedokteran dalam program OSOC (One Student One Client),” bebernya.
Dia berharap, program 5NG yang merupakan ikon dari Ganjar Pranowo, terus berhasil di tengah tantangan pandemi yang belum melandai. 5NG adalah gagasan indah membangun generasi sehat cemerlang.
Strategi yang disiapkan di masa pandemi ini yakni, melakukan Audit Maternal Perinatal.
BACA JUGA: 230 Mahasiswa UNS dan ITB Ikuti KKN “Desa Presisi”
Ini adalah upaya penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal, serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terdekat.
Dengan demikian, pihaknya mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan, dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di suatu wilayah.
Yunita menilai, program 5NG butuh sinergi, kolaborasi dari lintas sektoral agar ibu hamil dan bayi terselamatkan, hingga angka kasus bisa ditekan seminimal mungkin, bahkan hingga nol persen.
Tim SB