blank
Dekan FIB UNS Prof Dr Warto M.Hum bersama Direktur Keselamatan dan Keamanan KAI John Robertho menunjukkan berita acara perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak yang ditandatangani dalam acara  yang berlangsung di Gedung Dr. Prakosa UNS, Surakarta, Jumat (27/5).  Foto: Dok/Humas UNS

SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Api Indonesia (Pesero) Didiek Hartantyo berkomitmen untuk terus meningkatkan luas aset yang tersertifikat setiap tahunnya.

Hal itu disampaikan Didiek Hartantyo saat penandatanganan enandantanganan perjanjian kerjasama dilakukan  Direktur Keselamatan dan Keamanan KAI John Robertho dengan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (FIB UNS) Prof. Dr. Warto, M.Hum, berlangsung di Gedung Dr. Prakosa UNS, Surakarta, Jumat (27/5/2022).

Aset non railway milik PT Kereta Api Indonesia (KAI), ujar Didiek Hartantyo, mencapai luas 270 juta meter persegi (m2) akan tetapi  baru sekitar 131 m2 atau sekitar 49 persen yang bersertifikat.

 

“Kerja sama ini kami harapkan menjadi pedoman  bagi KAI dan UNS dalam mengkaji dan menelusuri lebih dalam  tentang kebenaran sejarah. Khususnya terhadap kepentingan aset PT KAI dalam rangka pengamanan aset  yang tersebar di seluruh wilayah  Indonesia,” Dirut PT KAI Didiek Hartantyo.

Pada acara dihadiri Wakil Rektor Perencanaan, Kerja Sama, Bisnis dan Informasi Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si , Dirut Didiek Hartyanto lebih lanjut mengemukakan KAI memiliki dua jenis aset yakni railway yang berkaitan dengan operasional perjalanan kereta api dan non railway yaitu berupa tanah, rumah perusahaan, dan bangunan dinas.

Total aset non railway KAI seluas sekitar 270 juta m2. “Sampai saat ini baru 49 persen yang besertifikat atau sekitar 131 juta m2. KAI terus berupaya mengoptimalkan aset yang dimiliki melalui program sertifikasi dan penertiban.KAI berkomitmen terus meningkatkan luas aset yang tersertifikat pada setiap tahunnya,” kata Didiek Hartantyo.

Tujuan utamanya adalah mengamankan aset yang dimiliki secara langsung maupun tidak langsung oleh negara. Pada akhirnya membangun tata kelola dalam optimalisasi lahan KAI agar semakin meningkat baik melalui komersialisasi aset, pengembangan kawasan stasiun, pembangunan kawasan transit oriented development, dan pengembangan-pengembangan lainnya.

“Dukungan data dan informasi dari hasil kajian yang akan dilakukan sesuai dengan kerja sama ini diharapkan bermanfaat bagi kedua belah pihak, untuk selalu bekerja sama menjaga seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Sehingga dapat terus dapat memberikan manfaat dan nilai tambah bagi KAI dan masyarakat luas dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik,” terang Didik Hartantyo.

Sedangkan Dekan FIB UNS Prof Dr Warto M.Hum dalam sambutannya antara lain memgucapkan terima kasih atas berlangsungnya perjanjian kerja sama berkaitan dengan Tridharma Perguruan Tinggi.

Kerja sama memberikan kesempatan prodi Sejarah baik dosen maupun mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Diakui kegiatan untuk sementara masih terbatas lingkupnya yang berkaitan dengan sejarah. Barulah kemudian berkaitan penataan lahan milik KAI yang selama ini diperebutkan anatu menjadi sumber konflik  antara masyarakat dan PT KAI.

“Kita tidak boleh membiarkan. Peran perguruan tinggi tentu sangat penting dalam membantu mencari bukti yang bisa dipertanggungjawabkan agar lahan-lahan itu bisa ditata dengan baik untuk kepentingan bersama”, jelasnya.

Bagus Adji