blank
menulis (foto: ilustrasi)

Memiliki kemampuan menulis merupakan karunia terbesar yang Tuhan berikan kepada manusia. Kemampuan ini diberikan agar manusia mampu mengaktualisasikan khasanah baca dengan menghasilkan sesuatu yang baru dan berguna dalam sebuah tulisan. Kemampuan ini menjadi tolok ukur dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia masa kini dan masa yang akan datang. Maka, peningkatan ini perlu didorong dan ditumbuhkan melalui minat belajar sebagai kebutuhan dasar sesuai dengan prakarsanya.

Kegemaran membaca sangatlah penting. Kedudukan buku sama pentingnya dengan posisi guru dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga harus ditunjukkan dengan kegiatan menulis. Sebab ciri masyarakat belajar senantiasa tampak pada dua aktivitas, yaitu membaca dan menulis. Masyarakat kreatif akan tercipta melalui dua aktivitas tersebut, yaitu masyarakat yang mampu memfungsikan daya pikir, rasa, dan karsanya dalam aktivitas hidupnya.

Tiada obat paling mujarab kecuali menjadikan aktivitas menulis sebagai sendi-sendi kehidupan dan melakukannya melalui sebuah pembiasaan. Menulis bisa apa saja, seperti menulis catatan harian, sketsa, puisi, artikel, iklan, dan sebagainya.

BACA JUGA Pemuda Harapan Bangsa, Berperan dalam Membangun Peradaban

Ada satu alasan mengapa kita harus menulis. Kegiatan ini memberdayakan belahan otak kanan sebagai sisi emosional dan belahan otak kiri sebagai sisi logika agar lebih seimbang. Alasan itulah menjadikan menulis sebuah keterampilan berbahasa yang kompleks sehingga membentuk manusia kreatif.

Acuan dasar menulis berdasarkan urutannya ada tiga yaitu pengelompokan, pemrioritasan, dan penulisan. Pengelompokan berarti memilah gagasan dan menuangkannya ke dalam tulisan secepat-cepatnya tanpa membuat pertimbangan apapun. Semua pemikiran diberi peringkat secara merata dengan menciptakan reaksi rantai kreativitas. Lalu dibuatlah pemrioritasan, yaitu memilih gagasan yang telah dibuat ke dalam penulisan sebagai tahap ketiganya. Urutan terakhir adalah mengaktualisasikan prioritas pilihan gagasan menjadi sederetan kalimat dengan cepat dan bersemangat.

Setelah melakukan tiga tahapan tersebut, kita perlu menampilkan strategi berdasarkan kebutuhan, yaitu memilih topik, menentukan jangka waktu aktivitas menulis, memulai menulis secara berkesinambungan, menghindari pengumpulan gagasan, mengatur kalimat, memeriksa tata bahasa, mengulang kembali, dan mencoret atau menghapus tulisan, terus menulis tanpa henti hingga waktu habis. Hal ini untuk mengukur waktu dan target penulisan kita walaupun perlu untuk dilakukan proofreading.

Maka dari itu, keefektifan menulis perlu diperhitungkan melalui persiapan, penyusunan rancangan,berbagi dengan teman, memperbaiki rancangan, melakukan penulisan, melakukan penyuntingan, menulis kembali, dan evaluasi atau penilaian. Hal ini tidaklah mudah sebab kita harus mencari waktu yang tepat, menyiapkan unsur penyemangat, dan membaca referensi untuk menentukan rancangan penulisan. Saat membaca referensi terkait dengan penulisan kita perlu untuk menandai hal-hal penting yang akan dimasukkan dalam tulisan.

BACA JUGA Ideologi dan Teater, Modal Utama bagi Peteater

Aktivitas menulis menumbuhkan manusia kreatif. Hanya manusia kreatiflah yang bertahan di setiap perkembangan zaman.