blank
Ilustrasi muhasabah akhir Ramadan. Foto: Arrahmah.id

blankOleh: Ustadz Muzakki Al Vauzi

blank
Ustadz Muzakki Al Vauzi. Foto: tangkapan layar kanal youtube hisar global

MEMASUKI hari terakhir bulan Ramadan, marilah kita sama-sama mengoreksi diri kita sendiri. Hari terakhir bulan Ramadan merupakan tempat kita untuk mengevaluasi dan mengintrospeksi diri sendiri.

Dengan berakhirnya bulan Ramadan, marilah kita sama-sama merenungkan diri kita bahwa segala bentuk ibadah yang kita kerjakan dari awal bulan Ramadan sampai hari ini, apakah kualitas dan kuantitasnya sudah betul-betul bertambah atau tidak.

Marilah kita merenungkan kepada diri kita sendiri, bahwa segala amalan yang kita kerjakan selama bulan Ramadan ini apakah penuh keberkahan dan mendapat pahala dari Allah SWT.

Dikutip dari sebuah hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu:

Bahwa di dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam ingin memberikan gambaran kepada kita bahwa segala bentuk ibadah itu merupakan totalitas dari kegigihan.

Bahwa segala bentuk ibadah adalah sebuah kesatuan yang mana antara satu dengan yang lainnya, satu sama lain saling berhubungan.

Ketika itu Rasulullah Shallallahu salam berkumpul dengan para sahabat kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menanyakan satu hal kepada mereka: ‘Wahai para sahabat, apakah kalian tahu siapa orang-orang yang bangkrut itu siapa orang-orang yang merugi itu?’

Kemudian para sahabat menjawab dengan pendapat yang berbeda-beda. Salah satu dari mereka menyampaikan, ‘wahai Rasulullah, orang-orang yang bangkrut itu orang-orang yang merugi, tentunya adalah orang-orang yang tidak mempunyai uang, orang-orang yang tidak mempunyai harta’.

Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersenyum dan menyampaikan kepada para sahabatnya bahwa orang-orang yang bangkrut itu bukanlah orang-orang yang disampaikan oleh para sahabat.

Ketika mendengar jawaban para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersenyum dan menyampaikan ‘wahai para sahabat, bukan seperti itu orang-orang yang bangkrut, bukan seperti itu orang-orang yang merugi’.

Lantas Rasulullah SAW langsung menjawab ‘sesungguhnya orang-orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara bathil), menumpahkan darah, dan memukul orang lain’.

Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya. Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya maka dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka (HR Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad).

Maka seperti apa yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampaikan, bahwa segala kebaikan, segala amal ibadah orang-orang tersebut dicabut dan diberikan kepada orang-orang lain hingga mereka menjadi orang yang merugi.

Bangkrutnya lagi, ketika amalan-amalan mereka habis sebelum mereka membayar hutangnya, sebelum mereka membayar kesalahan-kesalahan, maka apa yang terjadi, mereka tidak mendapatkan apa-apa, pada akhirnya dilemparkan kedalam api yang panas yang menyengat untuk membalas terhadap perbuatan mereka selama di dunia.

Dari hadits tersebut kita bisa merasakan, kita bisa merenungkan dengan evaluasi terhadap diri kita untuk apa yang telah kita kerjakan selama bulan Ramadan ini, apakah sudah baik dan akan diridhoi Allah.

Semoga evaluasi atau muhasabah ini bisa memberikan arahan kepada kita semua, sehingga kita bisa menjadi pribadi yang baik, menjadi insan yang diberkahi oleh Allah SWT.

Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam menyampaikan, ‘Innamal a’maalu bil khowaatimi’, sesungguhnya segala amalan itu tergantung pada endingnya, tergantung pada penutupnya.

Ustadz Muzakki Al Vauzi, dikutip dari kanal Youtube Hisar Global.