MUNGKIN karena pernah diprovokasi senior bahwa penulis itu selain harus kuat membaca, sesekali juga perlu mbeling. Tanpa itu dia miskin refrensi, atau bisanya menulis yang sifatnya pengulangan dari materi yang sudah ada.
Setelah menulis banyak buku, saya menyadari hal itu benar adanya, karena sebagian dari yang saya tulis itu hasil pengalaman pribadi, sehingga ide-ide saat menulis pun spontan.
Termasuk ke-mbelingan itu, saat mewawancarai “orang pintar” yang mengaku ahli terawangan spesialis melacak barang hilang. Karena bahasa dia bombastis, saat dia pamit ke belakang, handphone dia yang semula di meja saya matikan, lalu saya pindah di atas bufed.
Saat dia balik ke ruang tamu, dia tampak gugup karena handphonenya raib. Dilematis, mau tanya dimana handphone-nya tentu dia gengsi, karena barusan mengaku pakar melacak barang hilang.
Baca juga Ajian Sirep untuk Mencuri
Di saat dia gugup, kami pamit pulang. Dalam perjalanan pulang bersama teman dari sebuah harian sore di Semarang, perut kami sampai sakit karena menahan tawa.
Adakah Itu?
Sebagian dari orang pintar yang saya temui ada yang memiliki pandangan “mata hati” namun banyak juga yang “asal bunyi”. Pernah ada yang kehilangan perhiasan.