TEGAL (SUARABARU.ID) – Kerusakan parah di Jalan Mataram Kota Tegal, sudah lama dikeluhkan warga, terutama yang kerap melintas di jalan tersebut. Sebab kondisi jalan yang rusak membuat perjalanan mereka terhambat. Terlebih saat datang hujan. Genangan muncul di mana-mana.
Prihatin dengan kondisi tersebut, Selasa (4/1) siang sejumlah mahasiswa turun ke jalan, mendesak pemerintah Kota Tegal untuk secapatnya memperbaiki jalan lingkar Utara Kota Tegal tersebut. Mere3ka menggelar sejumlah poster di kawasan jalan yang mengalami kerusakan parah.
“Akses di sekitar Terminal Kota Tegal rusakl berat. Namun, meski jalan berlubang yang membuat sulit untuk dilalui, sejumlah kendaraan berat seperti bus, tyruk gandeng, tronton dan kendaraan besar lainnya, masih melewati jalan ini,” kata Ketua BEM Politeknik Harapan Bersama, Ilham Randiansyah, yang turut dalam aksi tersebut.
Ilham menuturkan, salah seorang rekannya beberapa hari lalu mengalami kecelakaan di Jalan Mataram dan mengalami luka parah. “Dia menderita gegar otak, dan juga menderita patah tulang usai terjatuh karena melintasi jalan yang rusak,” tutur Ilham, yang kampusnya berada di salah satu sisi Jalan Mataram.
Seingat dia, kerusakan jalan Mataram sudah terjadi sejak duua tahun lalu, dan makin lama makin parah. “Padahal kami sebagai masyarakat, sudah memenuhi kewajiban untuk membayar pajak, tapi mengapa kebutuhan infrastruktur jalan yang memadai tidak dipenuhi,” ujar Ilham, seraya mengutip Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang 22/2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menyebutkan penyelenggara wajib segera dan patut untuk memperbaiki jalan rusak yang dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
“Ekonomi masyarakat lumpuh. Bagaimana jika ada masyarakat yang harus dibawa ke RS jika jalanan rusak? Apakah harus memutar lebih jauh? Sedangkan jalan arah rumah sakit seharusnya melewati jalan itu,” kata Ilham.
Wakil Ketua BEM PHB Abdul Syukur menuturkan akses ekonomi terhambat karena jalanan yang rusak. “Sebenarnya kami tidak ingin turun ke jalan. Namun suara kami tidak didengarkan. Kami turun ke jalan agar suara kami didengar oleh pemerintah,” tambahnya.
Ditegaskan, ketika kampanye, pemerintah berjanji untuk memperhatikan masyarakat. Saat ini jalanan rusak. Tapi dimana pemerintah? Apakah kami harus jadi korban selanjutnya?
Selain menyampaikan aspirasi, aksi mahasiswa turun ke jalan untuk menyumbangkan 10 meter kubik atau 1 dam truk pasir dan batu untuk menutup jalan yang berlubang.
“Kami bergotong royong untuk ikut memperbaiki jalan secara semi permanen. Kami secara kolektif, patungan beli pasir dan batu. Terus langsung terjun untuk menguruk jalan sendiri,” pungkasnya.
Nino Moebi