blank
Pakaian pengantin khas Kudus, salah satu dari lima pakaian khas Kudusan yang dipamerkan dalam pagelaran busana di pendapa Kudus. Foto:Ant/Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, menggelar peragaan lima busana khas Kudus sebagai upaya melestarikan budaya lokal dan mempromosikannya kepada masyarakat luas agar tidak tergerus budaya asing.

Peragaan lima busana Kudusan empat negeri dalam rangka peringatan Hari Keris Nasional tersebut, digelar dengan tema “Pagelaran Busana Kudusan” yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Kudus, Senin (21/12) malam.

Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah, masyarakat perlu diperkenalkan busana khas Kudus agar budaya lokal tetap lestari di tengah globalisasi.

Busana khas Kudus yang diperkenalkan tersebut, meliputi busana pengantin kudusan tata kaji, busana gaya saudagar Muslim, busana gaya saudagar pranaan, busana kudusan jas koko, busana kudusan jas koko lan caping kalo.

Khusus busana kudusan jas koko lan caping kalo ada dua, yakni caping kalo pedadang dan caping kalo kerudung.

Karena temanya budaya khas Kudus, maka musik yang mengiringi juga musik lokal yang merupakan kolaborasi musik gamelan suluk tajug menara dan dimeriahkan pula dengan pentas wayang kulit pakeliran padat.

Peragaan busana kudusan itu juga salah satu upaya penggalian budaya adat kudusan agar tidak tergerus budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal.

blank
Pakaian khas Kudusan yang ditampilkan dalam peragaan busana di pendapa Kudus. Foto:Suarabaru..id

Bupati Kudus Hartopo mengapresiasi adanya peragaan busana kudusan karena selama ini belum terekspos secara optimal.

“Setidaknya dengan adanya kegiatan ini masyarakat semakin mengenal busana khas Kudus,” kata Mutrika sebagaimana dikutip dari Antara.

Bahkan, kata dia, masih banyak potensi budaya lokal yang belum tereksplorasi secara maksimal sehingga masih banyak masyarakat Kudus yang belum mengetahuinya.

Tm-Ab