blank
Keindahan pantai Selayar, bagai mutiara yang belum digosok. (Foto : Tim KKN Kel 88 )

JEPARA (SUARABARU.ID) – Pantai Selayar yang terletak di Desa Jambu, Kecamatan Mlonggo bagaikan mutiara yang belum digosok, hingga masih nampak kusam dan tak bercahaya.  Bahkan dalam portal Kecamatan Mlonggo pantai ini belum disebut sebagai obyek wisata di wilayah tersebut seperti Empu Rancak, Pungkruk, Blebak, Pailus atau Ocean Park.

Padahal  jika saja pantai ini disentuh oleh tangan-tangan kreatif, bisa menjadi destinasi wisata alternatif yang menjanjikan keindahan alam. Apalagi jika senja tiba. Dari pantai ini Nampak keindahan semburat warna jingga  sang surya yang hendak kembali keperaduannya.

blank
Pembuatan tong sampah dari limbah oleh Tim KKN Kelompok 88. ( Foto: Tim KKN Kel 88)

Itu pula yang membuat Sutrisno (45 th ), warga desa Jambu RT 21 RW 5 meninggalkan pekerjaannya sebagai  sopir  dengan rute Jepara – Semarang sejak setahun yang lalu. Sebab, pandemi  membuat penghasilannya sebagai pengemudi tak pasti lagi.

Sutrisno dengan segala keterbatasannya kemudian membuat warung kecil dengan penutup terpal  di pinggir pantai Selayar . Harapannya ia dapat mengais rejeki dari pengunjung dengan berjualan minuman dan jajanan. Ia juga mulai menata kawasan pantai tersebut hingga  bertahap semakin baik.

Namun karena keterbatasannya, Sutrisno tidak bisa cepat berlari. Bahkan kemudian warung kecil yang terbuat dari bambu dan kayu bekas itu semakin rapuh dimakan waktu. Namun Sutrisno dengan setia menjaga pantai Selayar denga munajat dan ikhtiarnya. Ia ingin membangun mimpi, walau sendirian di pantai Selayar.

blank
Sutrisno bersama dosen pembimbing lapangan dan tim KKN Unisnu Kelompok 88 ( Foto: Tim KKN Kel. 88)

“Semoga kelak pantai ini bertambah baik dan tertata hingga banyak pengunjung yang datang untuk menikmati keindahannya,” ujar Sutrisno yang mengaku omset penjualannya setiap bulan mencapai Rp. 4 juta.

Mulai bulan Juni 2021  Sutrisno mengerjakan akses jalan sendiri. Menambal jalan dengan limbah kayu yang diambil dari warga. Selain itu juga pasir dan gragal dan kricak yg diambil di pinggir pantai. Ia masih saja bermimpi inginnya ada sentuhan pengelolaan di pantai Selayar berupa akses jalan, lampu, sarana prasarana, kebersihan, dan MCK.

Bermitra dengan TIM KKN Unisnu

Beruntung, di Desa Jambu datang Tim KKN Unisnu Kelompok 88.  Tim yang terdiri dari Syarif Hidayatullah, Ayu Eka Wulandari,  Salha Qodrun Nada,  Azun Afroh dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis  serta   Subhan Edi Susilo dari   Hukum Keluarga Islam  dengan dosen pembibing lapangan Aliva Rosdiana, S.S, M.Pd, ini kemudian menggandeng Sutrisno sebagai mitra.

Mereka memilih Sutrisno karena yang bersangkutan memang terdampak langsung pandemi. “Semula Pak Sutrisno adalah pengemudi angkutan umum. Namun saat  ada pembatasan mobilitas, penumpang tak banyak lagi hingga penghasilannya menjadi tidak pasti,” ujar Aliva Rosdiana, DPL kelompok 88.

blank
Pemandangan laut yang indah menjadi salah satu ciri pantai Selayar, Desa Jambu. (Foto:Tim KKN Kel 88)

Pilihan untuk pindah mata pencaharian adalah pilihan yang tidak mudah. “Apalagi ia mulai merintis usaha baru di sebuah sebuah tempat wisata  yang masih belum dikenal banyak orang. Padahal jika ditata dengan baik pantai Selayar memiliki prospek  yang lumayan,” ujarnya.

blank
Penataan kembali warung Sutrisno dengan atap welit membuat semakin alami

Kini dengan sentuhan tangan kreatif mahasiswa Unisnu dari kelompok 88, warung Sutrisno nampak berubah semakin cantik. Atap yang semula  terbuat dari terpal diganti dengan daun welit dari tanaman rembulung hingga terkesan lebih alami. Juga ada tempat sampah dari bekas kaleng cat bekas yang di cat oleh para mahasiswa serta  banner menu makanan dan minuman yang dijajakan.

“Harapan kami, dengan penataan ini omset penjualan pak Sutrisno dapat meningkat. Dengan demikian akan meningkat pula kesejahteraannya,” ujar Aliva Rosdiana.

Alvaros – hadepe