blank

Oleh Anto Prabowo

blankPUTARAN ke-2 perempat final Liga Champions  berlangsung pada Rabu (14/4) dan Kamis (15/4) dinihari WIB. Kita telah tahu sebagian hasilnya. Chelsea lolos ke semi final, setelah hanya kalah 0-1 lawan Porto. Agregatnya masih 2-1 untuk Chelsea. Klub asal kota London itu selanjutnya akan menghadapi pemenang Liverpool – Madrid

PSG lolos ke semi-final, sekalipun kalah 0-1 lawan Bayern Munchen pagi tadi, melalui pertandingan sengit yang menghasilkan banyak peluang untuk kedua kesebelasan. PSG menang produktivitas gol di kendang lawan. Selanjutnya, klub asal Paris itu akan menghadapi pemenang antara Manchester City dan Borussia Dortmund yang akan digelar dinihari nanti.

Dan  bisakah Manchester City lolos dari hadangan Borussia Dortmund, untuk selanjutnya bertemu dengan PSG di semi final? Menang  atas klub Jerman itu di leg pertama perempat final bukan jaminan untuk melenggang mudah ke semi final.

Di perempat final putaran pertama, City menang 2-1 di laga kandang. Gol kemenangannya dicetak oleh Phil Foden di menit-menit akhir. Tapi penampilan City tidak seberingas biasanya. Usai pertandingan, Pep tidak bisa menyembunyikan kegusarannya. “Kami berusaha keras untuk mendapatkan kemenangan di laga kedua,” katanya.

Di leg pertama itu, pasukan Pep memang berusaha  meredam mesin gol Dortmund, Erling Haaland. Tapi tak sepenuhnya berhasil. Pemain Norwegia itu masih bisa memberi assist pada sang kapten Marco Reus yang berujung pada gol indah ke gawang Ederson.

Ada sedikit kontroversi di laga itu, ketika gelandang Dortmund Jude Bellingham dinilai wasit melanggar Ederson dalam perebutan bola sedikit di luar kotak penalti. Padahal, VAR yang ditayangkan berkali kali justru menunjukkan kaki Jude justru yang mengenai bola lebih dulu. Jude memenangkan perebutan bola dalam posisi fifty fifty. Dan, disangsikan terjadi pelanggaran di sana.

Bagaimana peluang Manchester City di laga perempat final kedua? Banyak pengamat tetap menjagokannya. Tapi ada beberapa ganjalan yang menurut saya bisa mengganggu penampilan City.

Di liga domestik, Pep memang merotasi para pemainnya. Beberapa pemain favoritnya dibangku-cadangkan ketika melawan Leeds United, yang berakhir dengan kekalahan 1-2. Untuk pertama kalinya, central defender asal Belanda Nathan Ake ditampilkan, setelah lama absen karena cedera.  Kali ini berpasangan dengan John Stone.

Benyamin Mendy tampil lagi sebagai bek kiri, seperti saat lawan Leicester City.  Uniknya, pemain asal Ukraina yang biasanya dipasangkan sebagai bek kiri, Oleksandr Zinchenko, juga dimainkan bersama Mendy. Dia  diplot sebagai gelandang. Feran Tores dan Fernandinho, yang mulai jarang dimainkan, Sabtu lalu ditampilkan.

Sementara itu beberapa pemain utama seperti Kevin de Bruyne, Ilkay Gundogan, Phil Foden, Riyad Mahrez, Ruben Diaz, Kyle Walker, dan Rodri Hernandez diparkir di bench. Hanya Ilkay Gundogan yang kemudian masuk menggantikan Nathan Ake menit ke 58, dan Phil Foden menggantikan Benyamin Mendy menit ke 76.

Tentu saja City tak ingin kalah sekalipun memasukkan nama-nama yang biasanya menghuni bangku cadangan. Tapi toh keok juga lawan Leeds yang selalu tampil agresif di bawah perlatih asal Argentina, Marcelo Bielsa.

Kekalahan ini punya nilai positif dan negatif. Positifnya, City akan “tersengat” dan berusaha tampil lebih baik, dengan tim utama yang diistirahatkan di liga primer.  Tetapi sebaliknya, kekalahan itu juga bisa memicu semangat Dortmund untuk tampil all out saat main di kandang dini hari nanti. “Lihat, ternyata City bisa kalah juga.” Dortmund punya “tabungan” satu gol di kandang lawan, jadi cukup menang 1-0 untuk lolos.

Gangguan Aguero

Ada beberapa ganjalan yang bisa mengganggu penampilan Manchester City, ketika kelelahan para pemain utamanya karena jadwal yang padat mungkin  bisa teratasi dengan memberi istirahat yang cukup.

Pertama, “gangguan” dari striker utama Sergio Kun Aguero. Pemain asal Argentina ini rupanya marah, karena tidak segera ada tanda-tanda perpanjangan kontrak dari City, yang berakhir Juni tahun ini.

Ketika dia dimainkan lagi, setelah pulih dari cedera panjang, Aguero merasa teman-temannya kini tidak lagi melayaninya seperti biasanya. Dia marah pada mereka. Ulah berikutnya, berkait dengan kontrak, dia mengancam akan pindah ke klub pesaing City di liga primer. Pep dengan dingin merespons, “Silakan!”

Dalam jumpa pers, Pep Guardiola memuji peran Aguero yang besar bagi Manchester City, dan dia mengatakan sangat menghargainya. Pada prinsipnya pilihan sang striker akan baik  untuk dirinya dan untuk City juga.

Sekalipun jawabannya dingin dan diplomatis, agaknya Pep merasa bahwa Aguero sudah cukup mengganggu. Dia tidak memasukkan namanya, pun sebagai pemain pengganti, saat melawan Leeds United!

Sejak menangani Barcelona Pep tidak pernah gentar ketika berfriksi  dengan pemain-pemain bintang. Baginya, semua harus bekerja untuk tim, untuk pola yang dirancangnya sebagai pelatih. Pemain juga harus bersikap professional dalam menjalani hidup sehari-hari. Maka, pemain seperti Zlatan Ibrahimovic, Samuel Eto’o, Ronaldinho, dan Deco pun mencelat dari Barca.

Di Munchen, di awal dia menanganinya, Pep berhasil menaklukkan ego pemain-pemain bintang seperti Frank Ribery dan Arjen Roben. Sekalipun mereka tetap bertahan. Di Manchester City, sang kapten Joe Hart pun disikatnya ketika tidak bisa memenuhi kompetensi  yang diinginkannya. Padahal, saat itu, Hart adalah kiper utama tim nasional Inggris.

Pep sangat menyukai dengan pemain-pemain yang tidak banyak ulah, tapi oke kemampuannya. Fernandinho, Kevin de Bruyne, dan Rodri adalah tipe pemain yang karakternya disenangi Pep. Dalam beberapa kesempatan Rodri bahkan mendampinginya saat jumpa pers. Gelandang bertahan asal Spanyol ini ternyata seorang yang santun.

Ganjalan kedua, penampilan John Stone yang tidak konsisten lagi. Di banyak partai di tahun 2021 ini, penampilan Stone sering memukau, bersama tandemnya Ruben Diaz. Beberapa kali bahkan dia didapuk sebagai man of the match.

Tapi coba simak saat dia membela Inggris melawan Polandia saat kualifikasi Piala Dunia zona Eropa lalu. Gol Polandia karena blundernya. Untung Inggris tetap menang. Juga di partai terakhir melawan Leeds United. Gol kedua juga karena kelemahan Stone tidak mampu menutup gerak Stuart Dallas, yang mencetak dua gol Sabtu lalu.

Penampilan konsisten John Stone sangat mutlak diperlukan di partai kedua perempat final nanti. Tampaknya hanya dia palang pintu tandem Ruben Diaz yang siap. Aymeric Laporte masih dibekap cedera. Nathan Ake belum menunjukkan penampilan yang baik. Eric Garcia, sekalipun jadi pemain utama di timnas Spanyol, relatif jarang dimainkan Pep Guardiola.

Bagaimanapun saya berharap, tim Pep Guardiola bisa lolos ke semifinal. Sangat enak melihat setiap tim yang diasuhnya. Pep satu dari sedikit pelatih yang punya karakter sangat kuat. Dari sisi permainan, dia sangat berhasil mengembangkan total football yang diinisiasi oleh Rinus Michels dan Johan Cruyff, pada tim manapun yang dia pegang. Para pemain melakukan permutasi tanpa bola dengan baik, sehingga pemain belakang pun sering kali bisa mencetak gol.

Dari banyak pelatih sepakbola, hanya beberapa yang bisa mengembangakan sistem yang mengesankan. Di masa lalu, selain Rinus Michels, ada Arigho Sachi, Johan Cruyff dan Tele Santana.  Di era sekarang ya Pep Guardiola.  Pelatih-pelatih seperti itu menjadikan sepak bola enak ditonton.***

 

Anto Prabowo, penikmat sepak bola