blank
Roslinda (15) asal Kabupaten Sumba Timur, NTT, mewakili anak Indonesia berbicara di hadapan perwakilan negara PBB, tentang dampak pandemi covid-19 bagi anak-anak. Foto: antara

KUPANG (SUARABARU.ID)– Seorang gadis belia asal Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Roslinda (15), mewakili anak Indonesia berbicara di hadapan perwakilan negara Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), tentang dampak pandemi covid-19 bagi anak-anak di Indonesia

Roslinda menyampaikan suara anak Indonesia secara virtual, ke perwakilan negara anggota PBB di New York, Amerika Serikat. Hal itu seperti yang disampaikannya dalam keterangan tertulis pada Wahana Visi Indonesia (WVI) di Kupang, Rabu (14/10/2020).

Sebelumnya, World Vision Asia mengundang perwakilan negara-negara anggota PBB di New York pada Rabu (7/10/2020) lalu, untuk menanggapi hasil penilaian akibat dampak sosial ekonomi covid-19 pada kehidupan anak-anak yang rentan di Asia Pasifik.

BACA JUGA : Dinkes Belum Temukan Peserta Demo di Kudus Terjangkit Covid-19

Pada kesempatan itu, Roslinda menyampaikan aspirasinya mewakili anak-anak Indonesia yang tinggal di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) selama pandemi covid-19.

Roslinda di hadapan para anggota perwakilan PBB, menyampaikan kesedihannya selama pandemi covid-19 berlangsung, karena lebih banyak berada di rumah.

”Kami sedih karena selama pandemi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja, dan tidak bisa bertemu teman-teman,” ungkapnya.

Dia mengaku, setelah belajar di rumah, kalau menemui hal sulit tidak bisa langsung bertanya pada guru, seperti terjadi di sekolah.

Air Bersih
Dikemukakan Roslinda, bagi anak-anak yang pendidikan orang tuanya minim, maka akan semakin sulit mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Karena anak-anak membutuhkan jaringan internet yang stabil dan juga telepon seluler.

Namun, kata dia, tidak semua anak dapat menikmati hal itu, karena penghasilan orang tua mereka berkurang selama pandemi.

Dia juga mengatakan, selama pandemi covid-19 berlangsung, harus rajin cuci tangan. Tetapi tidak semua daerah di Indonesia, khususnya di NTT yang tidak memiliki akses air bersih.

”Saya beruntung, walaupun harus membeli air atau berjalan jauh untuk mendapat air, orang tua kami bisa mengusahakan agar rumah memiliki tempat cuci tangan. Saya berharap, para pemangku kebijakan dapat memberi solusi atas apa yang dihadapi anak-anak di masa pandemi ini,” ungkap dia.

Selain Roslinda, juga tampil Krish (14) dari India, yang mendapat kesempatan sama untuk menyampaikan suara anak selama pandemi covid-19.

Ant-Riyan