blank
Muhammad Hizam Masruri, alumni IAINU Kebumen, kini menjadi imam masjid di Uni Emirat Arab.(Foto:SB/Dok IAINU Kbm)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Kabar baik di bulan Ramadan 1445 H ini datang dari Muhammad Hizam Masruri SPd, penghafal Alquran yang juga sarjana S1 tamatanProdi PAI IAINU Kebumen.

Hizam, pemuda anak pasangan Muh Asrori (alm) dan Ny Kuswahyuningsih asal Desa Jatipurus, Kecamatan Poncowarno, Kebumen, kini telah menjadi Imam Masjid di Uni Emirat Arab (UEA). Tepatnya di daerah Huwaylat Ras Al Khaimah, berbatasan dengan Oman,

Seperti diketahui, UEA merupakan negara keemiran terkaya nomor dua di Timur Tengah setelah Arab Saudi. Hebatnya, berpenduduk hanya sekitar 9,4 juta jiwa. Negara penghasil minyak ini belakangan juga menjadi tujuan wisata dunia sekaligus penarik investasi.

Hizam lolos jadi Imam Masjid di UEA  melalui program Kementerian Agama 2023 sebagai imam masjaid berdasar latar belakang penghafal Alquran. Sebelum kuliah di IAINU Kebumen, dia lulus dari SMA Takhassus Alquran Kalibeber, Wonosobo.

Hizam berkisah, lolos seleksi pada Mei 2023.  Setelah tamat dari IAINU Otober 2023 dan mengikuti pembekalan, ia  berangkat ke UEA pada 26 Januari 2024 lalu. Ia dan rombongan sebanyak 44 dari Indonesia bertolak 26 Januari 2024 sekitar Pukul 09.00 dari Jakarta. Tiba di Dubai, pada malam hari sekitar Pukul 22.00.

blank
Muhammad Hizam Masruri (dua dari kiri) bersama para peserta yang lolos sebagai imam masjid di Uni Emirat Arab.(Foto:SB/Dok IAINU Kbm)

Ramadan 1445 ini Hizam tentu telah merasakan jadi imam masjid dan menikmati tradisi Islam di UEA. Ibadah Puasa di UEA dimulai Senin 11/3.”Ramadan tidak seramai di Indonesia. Namun juga ada ziarah kubu, pawai Ramadan dan sebagainya,”ucap lelaki yang menjalani KKN di MWC NU Prembun itu.

Menyinggung tugas utamanya, Hizam mengisahkan, sehari-hari menjadi Imam salat lima waktu. Di bulan Ramadan ini juga sebagai Imam Salat Tarawih 11 rakaat.

Kendala Bahasa

Pemuda yang pernah menjuarai  MTQ saat pelajar dan mahasiswa itu mengakui, penyesuaian awal sedikit terkendala bahasa. Maklum ia bermodal  latar belakang bahasa Arab yang minim.

Hizam belajar bahasa Arab secara khusus hanya saat di SMA Takhassus Wonosobo dan semester 1 di IAINU Kebumen. Padahal di UEA bahasa Arab ‘amiyah, layaknya bahasa daerah.

“Namun Alhamdulillah satu dua bulan saya sudah agak paham dengan yang mereka sampaikan sehari-hari,”tukas pria yang saat kuliah selalu rapi memakai peci itu.

Menurut penuturan Hizam, di masjid yang dia ampu sebagai imam, rerata jamaah salat fardu dua sampai tiga shaf. Namun pada Salat Duhur malah kurang dari 1 shaf. Sedangkan jamaah Salat Tarawih 1445 H ini bisa 4-5 shaf.

Bagi Hizam dan juga 43 rekan lainnya, bertugas sebagai imam masjid di negara kawasan Arab tentu menyenangkan dan membanggakan. Bahkan bagi bangsa dan negaranya. Sebab merupakan tugas mulia sekaligus dakwah lintas negara dan pertukaran budaya.

Mengutip pernyataan Kasubdit Kemasjidan Kemenag RI Akmal Salim Ruhana (13/6), para imam masjid di UEA itu telah dibekali pengenalan lintas budaya, serta penguatan wasathiyatul Islam (moderasi beragama), yang menjadi keunggulan Islam Indonesia.

“Para aimmah adalah duta Indonesia yang membawa nama baik bangsa sekaligus wajah Indonesia di UEA,”imbuh Akmal.

Selamat buat Hizam dan para imam masjid asal Indonesia yang kini telah mengabdi di UEA. Semoga sukses, berkah dan amanah.

Komper Wardopo