blank

DJO Koplak semasa masih duduk di bangku SMA terkenal anak yang cerdas, selain itu tingkah polahnya sangat lucu tapi agak bandel.

Suatu saat, ketika hendak pergi sekolah Djo Koplak melanggar peraturan lalu lintas yakni tidak memakai helm. Kemudian, atas pelanggaran tersebut rijbewijs alias SIM miliknya ditahan pak polisi dan diganti dengan “surat cinta” alias surat tilang.

Beberapa minggu kemudian, untuk mengambil SIM-nya  Djo harus menghadiri sidang pengadilan negeri setempat. Setelah meminta izin kepada gurunya untuk sidang di pengadilan, ia  langsung pergi ke pengadilan yang jaraknya hanya 4 kilometer dari sekolahnya.

Usai mengikuti sidang “cepat” dengan membayar denda dan mengambil SIM, di pengadilan tersebut Djo Koplak berbuat iseng. Yakni, tanpa sepengetahuan sang hakim, palu yang ada di meja hakim tersebut ia ambil dan dibawa  ke sekolah.

Namun, di tengah perjalanan Djo Koplak mendapat musibah. Karena, ia nekad melanggar melawan arus di jalur lambat yang sering digunakan untuk jalur becak, Djo menabrak becak. Akibatnya, dengkul kaki kanannya mengalami lecet karena terbentur besi badan becak.

Sesampainya di sekolah, Djo masih sempat berkelakar kepada teman-temanya bahwa dirinya bisa membawa pulang palu pak hakim.

Tetapi, dengan sedikit menahan sakit dirinya menceritakan, sepulang dari pengadilan negeri dan membawa kabur palu pak hakim dirinya menabrak becak di jalur lambat.

Atas kejadian tersebut, teman-teman Djo tertawa terbahak- bahak sambil berkata “  Kowe nabrak becak mergo kualat nyolong palune pak hakim”.

Widiyas Cahyono