blank
Petani Windusari, Kabupaten Magelang, Istanto, paparkan hasil pertanian Ubi Cilembu sebagai pengganti tembakau, hari ini. Foto: Eko Priyono

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Dahulu seluruh petani di Desa Candisari, Windusari, Kabupaten Magelang, menanam tembakau. Saat ini hanya satu orang yang menanam tembakau.

Petani Windusari, Istanto, mengatakan hal itu dalam konferensi pers hasil penelitian petani tembakau di Jawa Tengah yang digelar Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang, Sabtu (25/7).

Dikatakan, dahulu di desa dia lahan pertanian sekitar 600 hektare ditanami tembakau. “Dahulu lahan 600 hektare seratus persen tembakau sekarang hanya satu dua petani yang tanam tembakau,” tuturnya.

Dalam acara yang dihadiri petani dari beberapa daerah itu dia menuturkan, sejak 2013 petani setempat alih tanam Ubi Cilembu akibat hasil bertani tembakau tidak menentu. Bahkan kini diberi.nama Ubi Madusari yang merupakan kependekan dari ubi madu dari Windusari.  “Petani beralih menanam ubi karena lebih menguntungkan dibanding tembakau,” ucapnya.

Kini luas tanaman ubi sekitar 358 hektare. Sisi menguntungkannya karena petani bisa menentukan harga jualnya. Selain itu harga ekspor lebih tinggi dari harga lokal.

Jumlah ekspor rata-rata delapan ton per bulan. Cukup sulit karena harus jaga kualitas dari ubi. Kalau dirata-rata dari panen 25 ton kualitas ekspornya 4-5 ton. “Diameter 8-15 sentimeter, panjang rata-rata dan kulitnya harus mulus,” jelasnya.

Ditambahkan, sekarang di kampung dia ada rumah pengolah produk ubi-ubian. Dengan majunya produk ubi cilembu, menurut dia, petani di sana sekarang merasakan kedaulatannya. “Tolong bina petani membuat prodik olahan sekaligus peralatannya,” pintanya.

Ikut hadir dalam acara itu sejumlah petani dari Magelang dan Temanggung.

Eko Priyono-trs