blank
Radma, sinden mileneal ketika menerima penghargaan dalam sebuah lomba macapat. Foto: Dok

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Seni tradisi memang tampaknya harus bertarung dengan perkembangan zaman yang demikian mengglobal, dengan perkembangan teknologi informatika yang deras luar biasa.

Tetapi, dalam haru-biru pergumulan dunia yang luar biasa saat ini. Terlebih dengan serbuan budaya asing, misalnya drama Korea yang menjadi idola tak hanya kawula muda, tetapi bahkan orang tua.

Tetapi ternyata masih ada Radma (17), salah satu anak generasi milenial yang masih melestarikan kebudayaan Jawa. Seorang siswi SMA kelas 12 di salah satu SMA Negeri di Kota Semarang. Anak ini memiliki bakat yang tidak semua orang bisa menguasai, yaitu sebagai seorang sinden muda.

Bakat tersebut diasah mulai dari umur lima tahun. Menjadi seorang sinden tentu saja susah dan membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajarinya. Sama halnya dengan Radma.

“Tentu susah, kalau menguasai lagu-lagu Jawa umur enam tahun sudah bisa, tapi kalau yang tingkat kesulitannya tinggi butuh waktu sampai dengan umur 15 tahun sudah bisa,” kata Radma saat ditemui di rumahnya, Sabtu (4/7/2020).

Menjadi seorang sinden adalah kemauan Radma sendiri karena lingkungan di keluarganya adalah seorang seniman Jawa, sehingga dia sangat tertarik untuk menjadi seorang sinden muda.

“Melestarikan kebudayaan jawa khususnya karawitan dan ingin mengajak generasi muda untuk mengenal, dan mempelajari seni Jawa yang sudah mulai luntur keberadaannya,” motivasi Radma.

Setiap menyinden Radma selalu mendapat bayaran yang lumayan banyak sekitar Rp 250.000 sampai Rp 600.000. Selama kurang lebih 15 tahun menjadi seorang sinden sudah banyak sekali prestasi yang didapat oleh Radma.

“Setiap mengikuti lomba selalu menang, dan yang paling berkesan saat memenangkan lomba macapat se-Jawa Tengah di Unnes dan meraih juara I tahun 2012,” ujar Radma.

Di masa pandemi ini dia selalu membuat rekaman suara saat dia bernyanyi dan dia terus berlatih dan mengasah lebih dalam lagi bakat yang dimilikinya. Begitu juga kalau menerima panggilan job dia hanya bisa rekaman dari rumah kemudian dikirim ke orang yang menawarkan job tersebut.

Di masa sekarang, banyak sekali generasi-generasi muda yang sudah mulai lupa dan bahkan menganggap kebudayaan Jawa itu hal yang kuno. Banyak yang lebih memilih mendengarkan lagu-lagu pop atau lagu barat daripada lagu-lagu Jawa.

“Harapan saya semoga budaya Jawa tetap lestari, dan semakin banyak orang yang mengenal dan mencintai budayanya sendiri, teruntuk generasi milenial ini semoga ke depan banyak yang mau mempelajari budaya Jawa dan tidak menganggap bahwa budaya Jawa adalah suatu hal yang kuno,” harapan Radma.

Novi Anisa S-trs