blank
Pekerja sedang memanen tebu di Desa Nampurejo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Foto: taletha

PURWOREJO (SUARABARU.ID) -Hari ini (4/6) Kabupaten Purworejo memulai panen raya tebu di empat wilayah  Kecamatan Purwodadi, Ngombol, Grabag dan Bayan. Dari data yang didapat dari Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan (DPPKP) Kabupaten Purworejo terjadi penurunan areal tanam tebu.

“Potensi tanaman tebu di Kabupaten Purworejo seluas 800 hektar, namun hanya tertanam 598,59 hektar pada masa tanam tebu 2019/2020 ini yang berada di  Penurunan ini sudah terjadi bertahun-tahun. Mungkin karena harga lelang tebu rendah, sedangkan biaya budidaya tebu tinggi. Selama ini petani bermitra dengan PG Madukismo,” jelas Kadinas DPPKP Wasit Diyono melalui Kabid Perkebunan, Arie Sulistyani saat memantau panen tebu.

Jumlah tersebut hanya mencukupi 26% dari kebutuhan gula Kabupaten Purworejo dalam satu tahun yang mencapai 5.263,3 ton. “Perhitungannya, jumlah penduduk 712.686 dikalikan kebutuhan gula per kapita sebanyak 6,8 Kg per tahun. Sedangkan areal tanam tebu hanya 598,59 hektar. Produktivitas gula 2,29 ton/Ha sehingga dalam kurun satu tahun hanya sebesar 1.370,8 ton. Sangat jauh dari jumlah kebutuhan,” lanjut Arie.

blank
Ketua APTRI Kabupaten Purworejo Subagyo, Kabid Perkebunan DPPKP Arie Sulistyani beserta stafnya. Foto: taletha

Salah satu hama yang dihadapi petani tebu adalah hama uret. Kabupaten Purworejo merupakan wabah endemis uret, bahkan terbanyak di Jawa Tengah. Untuk mengantisipasi dampak serangan uret, seharusnya tebu dipanen Bulan April/Mei. Namun karena ada wabah corona, maka pelaksanaan tebang tebu baru bisa dilaksanakan awal Bulan Juni 2020.

Tenaga dari Luar Daerah

Untuk melakukan penebangan, sejak dulu memang mendatangkan tenaga rembang (pemanen tebu) dari luar daerah. Hal ini juga diakui oleh Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Purworejo, Subagyo. “Cari tenaga rembang tebu di sini sangat susah,” kata Bagyo yang juga ikut memantau panen raya tebu.

Mendatangkan tenaga kerja dari luar, bukan hal yang mudah di masa pandemi ini, tetapi sudah ada payung hukum berupa Perbup No 29 tahun 2020 tentang Perubahan Perbup No 27 Tahun 2020 tentang Percepatan Penanganan Covid-19 di Kabupaten Purworejo. Untuk masa panen kali ini, petani dan PG mendatangkan 500 tenaga dari luar daerah di Purworejo.

“Mereka sudah dilengkapi dengan surat keterangan sehat dari daerah masing-masing. Semua sudah sesuai dengan protokol covid-19,” jelas Arie lagi.

Para tenaga kerja tersebut tinggal di rumah yang jauh dari pemukiman penduduk. Bahkan pekerja yang menebang tebu di Desa Harjobinangun, Kecamatan Grabag menginap di tengah tegalan tebu yang berjarak kurang lebih 400 meter dari Jalan Daendels.

blank
Bedeng tempat para perembang tebu di Desa Harjobinangun,,Kecamatan Grabag. Foto: taletha

“Mereka terpaksa dibuatkan bedeng untuk tidur di tegalan karena ada warga yang tidak setuju jika para penebang itu tidur di rumah salah satu warga,” tambah Bagyo.

Salah satu pekerja rembang tebu, Nasrudin, warga Pabuaran, Cirebon  mengaku sudah membawa surat keterangan sehat. “Semua sudah diurus oleh pabrik (gula/PG). Kami bersepuluh dari Cirebon dengaj kontrak kerja selama 15 hari. Jadi semua lancar,” kata Nasrudin yang menebang tebu di Desa Nampurejo, Kecamatan Purwodadi.

Para perembang tebu tersebut datang secara berkelompok. Untuk kelompok Cirebon, sudah datang sejak tanggal 31 Mei lalu.

TALETHA-trs