blank
KEDELAI : Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman mewakili Bupati H. Djoko Nugroho saat panen perdana kedelai Budena Jati di kawasan hutan jati KPH Blora. Foto : Wahono

BLORA – Selain jagung, padi gogo, ketela, dan empon-empon. Kedelai ternyata juga cocok ditanam di sela-sela tegakan pohon jati, seperti kini dikembangkan di hutan jati Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blora.

Selain cocok, dan tumbuh sempurna di sela-sela tegakan jati, hasil panenan juga bagus, dengan dibuktikan pada panen perdananya mampu berproduksi dua ton lebih perhektarnya.

“Perhutani mendukung program Budena Jati, karena hasilnya juga bagus,” jelas Administratur KPH Blora, Afwandi, Selasa (2/10).

Menurutnya, para pesanggem atau petani penggarap lahan hutan selama ini sudah pengalaman dalam menanam jagung, padi, ketela dan empon-empon di sela tegakan jati.

Namun setelah uji coba menaman kedelai hasil bagus, panen perdana dengan hasil dua ton lebih perhektar, para pesanggem makin tertarik nenanam kedelai, tambah Afwandi.

“Perhutani siap lahannya, dan pesanggem juga tertariuk menanam kedelai,” tambah Administratur KPH Blora, Afwandi.

Disebutkan, hutan Blora memiliki kontur dan jenis tanah yang berbeda, sehingga LMDH bisa mengajukan untuk penanaman kedelai seperti Budena Jati, dan juga bisa tanaman buah-buahan seperti durian di Tunjungan serta Matoa di Todanan.

Durian & Matoa

Selain itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan RI melalui Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) mengembangkan teknologi budidaya kedelai pada lahan naungan (Budena) Jati.

Lokasi percontohan nasional,di kawasan hutan jati Resor Polisi Hutan (RPH) Gendongan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngapus, KPH Blora.

Dalam pengembangan Budena jati ini, ditanam di lahan seluas 41,4 hektare yang tersebar di petak 53, 54,55 dan 57, masuk wilayah Desa Bogem dan Desa Tlogowungu, Kecamatan Japah.

Kedelai ditanam 70 hari olah masyarakat desa hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Jatisari Desa Tlogowungu, hasil panenan mencapai dua ton lebih perhektarnya.

Kepala Balitkabi, Joko Susilo Utomo, menjelaskan pengembangan teknologi Budena jati di hutan BKPH Ngapus, adalah tahap awal yang nantinya akan dijadikan percontohan untuk perluasan di lahan hutan jati lainnya.

Teknologi, benih, dan pendampingan dilakukan Balitkabi, lahannya dari Perhutani, dan dilaksanakan oleh petani yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

Di lahan budidaya percontohan itu, ditanami empat varietas unggul, yakni Dena-1  (4,75 Ha), Dega-1 (2 Ha), Anjasmoro (15,2 Ha), dan Argomulyo (19,45 Ha).

Joko Susilo Utomo menambahkan, hasil panen ini akan dipakai untuk penanaman di lahan baru untuk mendukung program swasembada kedelai 2020 melalui penyediaan benih berkualitas.

“Nanti pada 2019, akan ada perluasan areal tanam seluas 2 juta hektar se-Indonesia,” katanya.(suarabaru.id/wahono)