blank
Sebanyak 12 group reog mengikuti festival reog di Alun-alun Giri Krida Bakti Kabuaten Wonogiri. Juara pertama diraih group reog Singo Joyo dari Kecamatan Bulukerto.(suarabaru.id/bp)
WONOGIRI – Gelar juara pertama dalam festival reog Kabupaten Wonogiri Tahun 2018, diraih oleh group reog Singo Joyo dari Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri. Tampil dengan nomor undian 06, Singo Joyo menjadi group reog paling unggul diantara 12 group yang mengikuti festival reog di Alun-alun Giri Krida Bakti depan Kantor Bupati Wonogiri.
Juara II dimenangi oleh group reog Singo Manggolo Mudho dari SMK Negeri 2 Wonogiri asuhan Kepala Sekolah (Kasek) Suwandi. Juara III diraih oleh group Singo Pandu Joyo dari Kecamatan Jatisrono. Berikut juara harapan I, II dan III masing-masing dimenangi oleh group reog Singo Lawe dari Kecamatan Sidoharjo, group Singo Duto Mergo dari Kecamatan Slogohimo dan group Singo Welang dari Kecamatan Wonogiri Kota.
Panitia Festival, Sutopo, dari Dikbud Kabupaten Wonogiri, menyatakan, sebagai group reog peraih juara pertama, Singo Joyo mendapatkan piala bergilir Bupati Wonogiri, piala tetap, dan uang pembinaan serta piagam. Festival reog ini, digelar dalam rangkaian memeriahkan peringatan HUT Ke 73 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Juga untuk kiat melestarikan reog sebagai budaya bangsa. Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Wonogiri, Siswanto, melalui Kabid Kebudayaan Eko Sunarsono, Selasa (14/8), menyatakan, festival reog Kabuaten Wonogiri Tahun 2018, digelar selama dua malam di Alun-alun Giri Krida Bakti depan Kantor Bupati Wonogiri. Tim juri terdiri atas Shodig Pristiawanto SSn, Agung Kusumo Widagdo SSn, dan Irwan Riyadi SSn.
Penilaian didasarkan aspek Wiraga, Wirama dan Wirasa. Wiraga, menyangkut keindahan gerak dalam manyajikan tarian dengan segala kreativitas dan asesories yang dipakai para penarinya. Kemudian Wirama, menyangkut sajian iringan instrumen gamelan yang berirama rampak, rempeg, tegas, teges, yang sinergi padu padan dengan gerak tarian yang disajikan. Berikut Wirasa, menyangkut makna kedalaman rasa, terkait dengan rangkaian pentas yang disajikan di atas panggung.
Reog dadak merak, merupakan kesenian asli Kabupaten Ponorogo, Jatim. Namun juga berkembang di Kabupaten Wonogiri, Jateng. Ini sebagai bentuk telah terjadinya imbas alkuturasi budaya di daerah yang wilayahnya berdampingan, yang kultur masyarakatnya banyak memiliki kesamaan dari berbagai sisi kehidupan sehari-harinya. Koreografer Ludiro Pancoko dari Sanggar Tari Dharma Giri Budaya, Wonogiri, menyatakan, secara kuantitas di Kabupaten Wonogiri memiliki potensi kesenian reog dadak merak lebih dari 100 group. ”Tapi tidak semua group berani tampil ke festival,” ujar Ludiro Pancoko. Sebab untuk maju ke festival, diperlukan sajian komplit terkait dengan legenda reog, dengan menampilkan tokoh sentral Prabu Klonosewandono, Patih Bujangganong, berikut para penari jathilan sebagai penggambaran prajurit, juga harus menampilkan pembarong dadak merak sebagai manfestasi dari keberadaan tokoh Singo Barong, berikut tampil pula warok sepuh dan barisan para warok muda.
”Guna memenuhi tuntutan tampil komplit sesuai skenario legenda reog tersebut, kiranya hanya mampu disajikan oleh group reog tertentu saja,” ujar Ludiro Pancoko yang dikenal sebagai koreografer kampiun, yang telah banyak melahirkan gelar juara tari tingkat nasional, termasuk berulangkali meraih gelar juara umum pada festival reog dalam tradisi Grebeg Sura di Kabupaten Ponogoro. Di event yang memperbutkan piala bergilir Presiden tersebut, beberapakali gelar juaranya diraih reog dari Wonogiri yang dibidani oleh Ludiro Pancoko.(suarabaru.id/bp)