ADA pemandangan menyejukkan, ketika Ganjar Pranowo mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Anwar, di Sentani, Jayapura, Papua, pada Rabu 22 November 2023 lalu. Di sana, Ganjar bersama para ulama Papua sepakat, untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) unggul di Bumi Cendrawasih.
Pada pertemuan yang juga dihadiri masyarakat umum itu, capres nomor urut 3 ini berdiskusi tentang problem SDM, khususnya di Papua, yang masih tertinggal dan belum mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Mantan Gubernur Jateng dua periode itu, bersama para ulama di sana sepakat, percepatan diperlukan, agar akses pendidikan bisa merata di semua wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah terpencil.
BACA JUGA: Capres Ini Terinspirasi Curhatan Anak-anak Muda Pontianak
Ganjar sendiri dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan ulama, para kiai, bahkan dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Sejak memimpin Jateng 2013 silam, dia sudah mengunjungi berbagai pondok pesantren, untuk bersilaturahmi dengan pengasuh.
Keluarga Ganjar memang dekat dengan kalangan kiai. Istri Ganjar, Siti Atikoh Supriyanti, adalah cucu dari kiai NU terkemuka di Purbalingga, yakni KH Hisyam A Karim, yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin Sukawarah, di Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah.
Posisi itu menjadikan Ganjar sebagai bagian dari keluarga NU dan Nahdliyin. Bahkan pengamat komunikasi politik, Ratnas Puspita menyebut, relasi Ganjar dan NU semakin kuat, ketika bersama Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin, maju pada Pilkada Jateng periode 2018-2023.
BACA JUGA: Rasa Cinta Luar Biasa Warga Tana Toraja pada Capres RI Ini Sulit Digambarkan
Gus Yasin merupakan anak dari ulama NU terkenal dari Rembang, Jateng, KH Maimoen Zubair. Keduanya, kata Ratna, diketahui sudah bahu-membahu membangun Jateng selama lima tahun.
Ganjar juga tercatat pernah belajar memajukan pendidikan keagamaan, bersama pengasuh Pondok Pesantren Girikusumo, KH Munif Zuhri atau Mbah Zuhri.
Ganjar pun tercatat beberapa kali bersilaturahmi ke pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, dan ulama sekaligus anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Muhammad Luthfi bin Yahya atau Habib Lutfi.
BACA JUGA: Ganjar Dikerubuti Ribuan Orang yang Menyanjungnya di Makassar
Selain Gus Mus, ada Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), di Ponpes Al Anwar, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, juga tak luput dikunjungi Ganjar.
Pada Mei 2023, Ganjar juga kedapatan menyambangi ulama NU KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq di Sleman, Yogyakarta.
Faktor utama yang membuat Ganjar dekat dengan ulama, khususnya para kiai NU adalah, sikap peduli pada pendidikan di pondok pesantren, terutama pada visinya, agar para santri dapat menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Ganjar juga seringkali mendengarkan aspirasi dan masukan dari para alim ulama.
BACA JUGA: Pesan Menyentuh Ganjar untuk Toleransi Beragama
Dalam sebuah kesempatan itu, tokoh NU, KH Mustofa Bisri atau yang dikenal dengan Gus Mus menyampaikan penilaiannya, tentang sosok calon presiden Ganjar Pranowo.
Salah satu prinsip yang paling diingat tentang mantan Gubernur Jateng itu adalah, kehidupannya yang masih sederhana, meskipun menjabat sebagai kepala daerah.
”Dia Gubernur. Dia pemimpin yang low profile (sederhana). Dia juga peduli. Karena kepedulian itu penting. Seorang pemimpin yang tidak peduli, cuek sama rakyatnya, itu pemimpin yang gak bagus,” tutur Gus Mus, Kamis (14/9/2023).
BACA JUGA: Ganjar Berkah untuk Indonesia, Mahfud NU yang Muhammadiyah
Gus Mus berharap dan mendoakan, ketika Ganjar Pranowo mengemban tanggung jawab yang lebih besar, dia tetap memiliki kepedulian yang sama serta memegang rasa keadilan yang jauh lebih besar lagi, bagi masyarakat Indonesia.
”Kalau doa itu selalu, pondok pesantren mendoakan pemimpinnya juga. Yang paling penting itu, kalau melangkah lebih luas, tanggung jawabnya juga harus lebih besar, dan bisa mengerahkan segala macam perhatian,” katanya.
Selain peduli pada ulama, dan pondok pesantren, Ganjar juga peduli kepada guru keagamaan untuk lintas agama. Seperti dikutip dalam buku ‘Hitam Putih Ganjar‘, selama menjadi gubernur, Ganjar membuat program unggulan berupa, Peningkatan Peran Rumah Ibadah dan Fasilitasi Pendakwah dan Guru Ngaji.
BACA JUGA: Ganjar Akan Kembangkan Infrastruktur dan Interkoneksi Wisata di Papua
Melalui program itu, Ganjar menciptakan inovasi melalui kegiatan Jateng Bershalawat, Hibah Lembaga/Rumah Ibadah, pembangunan masjid, halaqah ulama, dan gaji ASN untuk Baznas.
Terobosan Ganjar terhadap kepedulian guru keagamaan menuai pujian. Apalagi semasa masih menjabat gubernur, dia mengalokasikan anggaran sebesar Rp 277 miliar per tahun, untuk guru agama.
Langkah Ganjar memberi insentif guru keagamaan itu dipandang sebagai bentuk penghargaan untuk pengajar informal, yang selama ini terkesan tidak mendapatkan perhatian negara. Padahal sumbangsih mereka tak kecil, yaitu telah mendidik generasi muda melalui penanaman akhlak, moral, budi pekerti, sehingga mampu membentuk pribadi berintegritas.
BACA JUGA: Relawan Ganjar – Mahfud Gelar Gemblengan di Semarang, Hadirkan FX Rudyatmo
Ganjar Pranowo sendiri mengatakan, guru agama merupakan garda terdepan dalam menyiarkan moderasi beragama. Oleh karena itu, guru agama perlu untuk mendapatkan perhatian khusus.
Perhatian khusus itu diwujudkan Ganjar lewat kucuran anggaran Rp 277 miliar, untuk insentif para guru agama sebanyak 230.830 penerima, pada 2023.
Insentif diberikan untuk guru keagamaan dari lima agama berbeda, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Dengan rincian penerima di antaranya, guru agama Islam sebanyak 223.373 orang, guru agama Kristen sebanyak 5.651 orang, guru agama Katolik sebanyak 1.089 orang, guru agama Hindu sebanyak 548 orang, dan guru agama Buddha sebanyak 169 orang.
Saat melakukan silaturahmi sekaligus diskusi dengan para kiai dan tokoh lintas agama se-Tangerang Raya, di Ponpes Roudlotussalaam, Cimone, Tangerang, Banten, Minggu (24/9/2023) lalu, Ganjar mengatakan komitmennya, dalam memperhatikan kesejahteraan di bidang keagamaan, khususnya guru agama, seperti yang dilakukannya di Jateng ketika menjabat sebagai gubernur dua periode.
”Semua cerita tentang kesejahteraan, tentang dunia pendidikan keagamaan, wabil khusus ponpes, selalu mendapatkan perhatian. Saya kasih contoh ketika di Jawa Tengah, kita bantu para guru agama, karena sebagian besar Muslim, mungkin guru agamanya lebih banyak. Namun guru agama lain tidak boleh kita tinggalkan. Itu contoh-contoh yang paling konkret,” tandasnya.
Tim SB