MAGELANG (SUARABARU.ID) – Program Kampung Iklim (Proklim) di RW 13 Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang, diharapkan ke depan menjadi desa wisata yang berwawasan lingkungan.
Hal itu juga telah direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Jawa, untuk dikembangkan menjadi Wisata Ramah Ekoregion (Wisrame).
Penjelasan itu disampaikan Kasie Pencegahan Pencemaran Lingkungan dan Konservasi SDA DLH Kota Magelang, Umi Nadhiroh, kemarin.
Dia menerangkan, ada 5 prinsip dalam mewujudkan Wisrame tersebut. Yaitu konservasi, aman jasa ekosistem, kelola sampah, kearifan lokal dan edukasi lingkungan.
Nantinya, destinasi ini tidak hanya mengejar target kunjungan, tapi lebih kepada pengelolaan yang baik, ramah lingkungan, kesadaran masyarakat dan berkelanjutan.
‘’Destinasi wisata yang ramah ekoregion ini menempati lahan bengkok dan sebagian milik warga di area perengan dan pinggir Sungai Progo. Lahan warga sudah diserahkan ke RW untuk dikelola dengan sistem bagi hasil. Kita akan ubah kawasan ini menjadi lebih cantik dan nyaman dikunjungi,’’ terangnya.
Menurutnya, kawasan itu bakal ditata sedemikian rupa, sehingga menjadi destinasi menarik. Puluhan kolam ikan yang ada akan ditata dengan ditambah sejumlah gazebo.
Pengunjung bisa memancing ikan di kolam, makan di gazebo, petik buah dan sayur di kebon serta menikmati pemandangan.
‘’Penataan kawasan baru kita mulai tahun ini dengan target realisasi 1-2 tahun ke depan. Waktunya cukup lama, karena anggaran kita yang terbatas. Rencana akhir tahun ini kita akan buka pasar tradisional di kampung dengan menempati kebun bambu,’’ ujarnya.
Umi menambahkan, proklim terus menjadi perhatian untuk dapat diwujudkan segera. Meski dengan anggaran terbatas, tapi terus dikerjakan dengan beberapa tahap.
‘’Tahun 2020 kita mendapat penghargaan Proklim Utama berupa sertifikat. Tahun ini kita ikutkan lagi dengan kategori Proklim Menuju Lestari tingkat nasional. Maka, gerakan Jateng Gayeng Telung Ng ini kita pusatkan di Proklim,’’ ungkapnya.
Ketua RW 13 Warsimin sangat mendukung kegiatan proklim dan ekowisata di wilayah kampungnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap berwawasan lingkungan.
‘’Dari awal kita garap dengan swadaya masyarakat. Selanjutnya pemkot melalui DLH melirik potensi di sini dan mendampingi terus sampai sekarang. Kegiatannya banyak seperti bank sampah, daur ulang, penghijauan, dan lainnya. Luasan untuk ekowisata sekitar 5 hektar,’’ tuturnya.
Penulis : prokompim/pemkotmgl
Editor : Doddy Ardjono