PRAYA (SUARABARU.ID)– Masyarakat wilayah Selatan Lombok Tengah (Loteng) sepakat tetap menggelar tradisi Bau Nyale pada 3-4 Maret 2021, dalam protokol kesehatan yang ketat.
Demikian kesimpulan Sangkep Warige yang dinisiasi organisasi kepemudaan Blok Pujut, Loteng, Sabtu (16/01).
Sangkep adalah rembukan atau musyawarah warga untuk menentukan Warige, yakni tata cara perhitungan mencari hari baik untuk memulai suatu.
Sangkep Warige yang dilaksanakan di Kampung Sasak Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut itu bertujuan untuk menentukan tanggal, hari dan bulan pelaksanaan Bau Nyale tahun ini.
Kata Bau berasal dari Bahasa Sasak yang berarti menangkap, sedangkan Nyale berarti cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut.
Sangkep Warige tersebut dihadiri tokoh adat dari 8 penjuru mata angin, budayawan, akademisi, tokoh agama dan tokoh pemuda se-Kecamatan Pujut.
Tak ketinggalan juga dari pemerintah kabupaten (Pemkab) dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Loteng.
Pembina Blok Pujut, Rata Wijaya menyatakan, pihaknya di wilayah Selatan Lombok Tengah (Loteng), terutama masyarakat akan tetap melaksanakan Bau Nyale.
Alasannya, Bau Nyale merupakan tradisi sakral yang harus akan tetap dilestarikan. Meski memang pemerintah telah memutusukan tidak akan merayakan, karena Covid-19.
“Dari hasil Sangkep Warige diputuskan Nyale ini akan tumpah pada tanggal 3-4 Maret 2021. Perkara ada versi-versi lain di tengah masyarakat, itu kami kembalikan pada keyakinan masing-masing,” kata Pembina Blok Pujut, Rata Wijaya.
Ketua Panitia Sangkep Warige dari Blok Pujut, Lalu Hadinata mengatakan, pandemi Covid-19 bukan halangan bagi masyarakat untuk tidak melaksanakan tradisi Sangkep Warige untuk penentuan tanggal Bau Nyale.
Terlebih lagi masyarakat sangat menantikan waktu pelaksanaan salah upacara Suku Sasak yang sudah masuk kalender event pemerintah pusat tersebut.
“Tujuan kami melaksanakan Sangkep Warige ini, tidak lain agar masyarakat mengetahui puncak Bau Nyale itu. Karena memang masyarakat sangat menantikannya,” katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Parbud Loteng, Lendek Jayadi mengaku, Sangkep Warige ini tidak sekedar untuk bermusyawarah dan silaturahim. Tapi memiliki makna sakral yang luas dan memberi efek sosial, budaya dan ekonomi masyarakat.
“Pelaksanaanya Bau Nyale tetap bisa dilaksanakan oleh masyarakat masing-masing. Tapi kegiatan-kegiatan yang seperti tahun sebelumnya akan di tiadakan,” jelasnya.
Kades Sengkol Satria Wijaya mengatakan, Bau Nyale disepakati tanpa ada seremonial ataupun festival seperti tahun-tahun sebelumnya.
Pasalnya, melihat kondisi saat ini sangat tidak memungkinkan agenda adat tersebut dilakukan.
Oleh karena itu, sesuai dengan hasil rapat, Bau Nyale dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan tidak melibatkan pihak manapun, untuk mengantisipasi terjadinya klaster baru.
Tahun ini, katanya, tidak melibatkan pemerintah atau pun unsur pendukung lain seperti tahun sebelumnya, seperti dilansir suarabaru.id grup Siberindo.co.
“Artinya, Bau Nyale tetap terlaksana dengan mekanisme lokal tanpa ada seremoni ataupun bentuk acara lainnya,” tuturnya seperti dikutip Radar Mandalika.
Masyarakat yang ingin ikut Bau Nyale juga masih tetap dipersilakan menginap dengan tetap mematuhi prokes.
Claudia SB