
Idiom dalam Bahasa Jawa menyebut pekerjaan atau kegiatan semacam itu dengan timun jinara, alangkah gampangnya dan sia-sianya melakukan kegiatan yang sekedar berfokus pada cipika-cipiki.
Baca juga Walang Antaga
Separah sekedar cipika-cipiki-kah berbagai kegiatan yang termasuk 19 items yang “dibabat” oleh Kemenkeu atas perintah Presiden itu? Faktanya, pembabatan telah dilakukan, dan di beberapa kementerian telah menurunkan ke dalam juklak dan juknis; misalnya ada yang lalu menurunkan sampai 50% biaya perjalanan dinas.
Artinya, selama ini memang terjadi berbagai cipika-cipiki itu; sampai-sampai sejumlah pejabat memeroleh biaya perjalanan dinas melebihi 25 hari kerja, misalnya. Mengapa bisa? Kelak, sekitar September, Oktober bahkan mungkin sampai awal Desember, pejabat bisa saja pagi pukul 10.00 membuka sarasehan di hotel A, siangnya beralih ke hotel G untuk menutup sebuah kegiatan curah pendapat; dan petangnya pindah lagi ke hotel K untuk menjadi nara sumber dalam sebuah kegiatan talk show menggagas masa depan Indonesia dari sisi …. bla…. bla….. bla…..
Kebijakan efisiensi terhadap berbagai kegiatan yang bercorak timun jinara akan benar-benar berhasil menyiptakan efisiensi jika (a) para pimpinan kementerian dan Lembaga diingatkan lagi, bahkan ditagih tentang spirit yang dibangun dalam retret di Magelang lalu.
Baru seratus hari yang lalu, hendaklah jangan kendor spiritnya mengabdi nusa dan bangsa. Selanjutnya, (b) para kepala daerah yang terlantik, segera akan mengikuti retret serupa juga. Titip agenda untuk retret itu, yakni, berilah kesempatan luas bagi para kepala daerah itu untuk menjabarkan secara rinci atas 19 items itu.
Betul-betul rinci dan implementatif di daerahnya’ lengkap dengan format tagihannya sebagai alat monev dari pusat.
Dan (c) semua pihak hendaklah jangan cepat “masuk angin” manakala usaha membabat kegiatan timun jinara ini belum berdampak signifikan. Tetaplah sabar dan tekun melakukan supervisi dan monitoring. Misalnya, pada bulan Agustus 2025 nanti, berilah penghargaan/apresiasi kepada kementerian/Lembaga dan pemda yang telah berhasil menanggulangi kegiatan timun jinara.
Setiap malam menjelang tidurnya, gadis kecil itu selalu berdoa: “Ya Tuhan, buatlah semua orang itu baik, karena semua orang baik itu, menyenangkan. Amin.”
Berharap Bapak Presiden Prabowo berkenan berdoa demikian setiap malam menjelang tidur; belajar doa dari gadis kecil itu, rasanya amat baik.
JC Tukiman Taruna, Pengajar Pengembangan Masyarakat di Pascasarjana UNS Surakarta dan SCU Semarang