blank
Ilustrasi, Timung Wungkuk (mentium bongkok) hanya buat bonus, dan timu jinara atau mentimun yang dibor, pekerjaan yang sia-sia. Foto: Reka SB.ID

blank

SALAH satu gebrakan Presiden Prabowo yang sangat pantas diapresiasi dan sangat pantas didorong agar segera dilaksanakan, ialah pemangkasan anggaran kementerian/Lembaga di 19 “items” kegiatannya.

Di antara 19 “items” itu, ada yang paling menonjol dan gampang untuk segera dieksekusi adalah kegiatan “cipika-cipiki” seperti contohnya kegiatan seremonial, perjalanan dinas, seminar, sewa  gedung, dan kegiatan semacamnya.

Mengapa disebut kegiatan “cipika-cipiki?” Menurutku sekurangnya ada tiga alasannya; pertama, hal-hal yang sifatnya seremonial, dianggap paling penting, dan di acara pembukaan seremonial itulah cipika-cipiki bla…. bla……bla….. menjadi fokus utamanya.

Selebihnya, kedua, setelah pembukaan dengan serangkaian cipika-cipiki itu, kegiatan selanjutnya hanyalah formalitas belaka, seolah seperti timun wungkuk jaga imbuh, menjadi agenda tambahan untuk memenuhi syarat sesuai proposal.

Baca juga Kewiyak

Dan ketiga, haqullll yakin, setelah pembukaan penuh cipika-cipiki, agenda dipadatkan: tertulis tiga hari, namun dalam dua hari pasti sudah akan diakhiri.

Timun

Tak seorang pun tidak mengenal buah timun, mentimun: segar, renyah, ada manisnya juga, dan konon banyak manfaatnya terkait untuk menjaga kesehatan, di samping untuk kelengkapan sayuran.

Di atas ada ungkapan timun wungkuk jaga imbuh, buah timun yang kecil mlungker, tidak laku dijual kecuali sekedar untuk jaga-jaga manakala pembeli menginginkan bonus. Dalam menjajakannya, pedagang pasti menaruh timun-timun bagus (lurus, mulus, besar, relatif lunak karena bisa digigit atau ditugel) di satu tempat.

Sedangkan timun wungkuk di wadah lainnya. Makna timun wungkuk jaga imbuh telah dijelaskan di atas; intinya orang/barang/atau kegiatannya diadakan atau dilibatkan sekedar untuk ganep-ganep. Kalau ada pertandingan voli antarkampung (tarkam), salah satu tim kurang satu pemain, lalu diseretlah seseorang ke lapangan agar jumlah enamnya genap.

Nah, pemain yang diseret ke tengah lapangan itu jelas mung dinggo genep-genep, untuk lengkap-lengkap saja. Contoh lain: kunjungan kerja suatu Lembaga nanti di bulan-bulan September atau Oktober, wahhhh jelas bau-bau sekedar mau menghabiskan anggarannya. Baunya saja mudah tercium.

Timun jinara

Jara, adalah alat pertukangan berupa bor. Bisa bor untuk kayu, bisa juga bor untuk besi/logam. Bayangkan saja, ada orang mau membuat lobang pada sebuah timun. Sebesar apa pun timun itu, tetapi untuk membuat lobang padanya, tentulah tidak diperlukan bor. Jadi, terlalu sia-sialah, atau terlalu amat gampanglah mengebor timun itu.