Semarang (SUARABARU.ID) – Semarang memang pantas dijuluki sebagai Kota Seribu Gantangan, mengingat hampir setiap hari, bahkan di hari Minggu, selalu ada acara latihan maupun lomba burung berkicau yang berlangsung secara bersamaan di berbagai lokasi. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya budaya kicau mania di kota ini.
Namun, di balik geliat kompetisi burung berkicau, perhatian terhadap konservasi dan pelestarian lingkungan masih menjadi tantangan. Beberapa gantangan yang telah memenuhi kriteria tempat ideal, seperti lingkungan rindang dengan banyak pohon alami, antara lain, Hutan Wisata Tinjomoyo, Best Independent Perhutani, Kicau Indonesia ( Kalipancur Central Park), Radjawali Enterprise Tembalang dan Markas BnR Semarang.
Salah satu yang tengah berkembang saat ini adalah Kicau Indonesia yang berlokasi di Kalipancur Central Park (KCP). Sabtu, 25 Januari 2025, mereka sukses menyelenggarakan lomba burung berkicau dengan meriah. Lomba ini menghadirkan berbagai kategori jenis burung, seperti Murai Batu, Cucak Ijo, Kacer, Cendet, Kenari, dan Lovebird.
Dengan lokasi yang asri menyerupai hutan alami, Kalipancur Central Park memberikan suasana nyaman bagi burung untuk menunjukkan performa terbaiknya. Durasi penilaian yang berlangsung selama 6-8 menit dilakukan secara transparan oleh tim juri, dengan fokus pada beberapa aspek, yaitu, irama lagu, durasi kerja dan gaya burung berkicau.
Ferry Wibowo, koordinator lomba, menjelaskan bahwa acara kali ini berbeda dari lomba sebelumnya di akhir Desember 2024. Kehadiran komunitas Murai Batu dan Cendet menambah semarak acara. “Kami selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi kicau mania, mulai dari penyelenggaraan hingga kenyamanan tempat. Venue KCP yang masih alami sangat memengaruhi performa burung saat tampil,”dan disinilah tempat yang ideal untuk kebutuhan lomba kicau mania, ungkapnya.
Sementara itu, Cak Pay selaku koordinator divisi juri menegaskan bahwa penilaian dilakukan secara adil tanpa memandang siapa pemilik burung. “Juri kami bekerja maksimal dan seadil-adilnya untuk menilai kualitas burung yang digantangkan,” ujarnya.
Acara dimulai pukul 11.00 WIB hingga 16.00 WIB, dengan persaingan sengit di setiap kelas. Kelas Murai Batu menjadi sorotan utama karena performa burung-burung yang tampil sangat memukau.
Murai Batu Buzer, milik Eko dari Lindu Aji BC, berhasil menjadi juara 1 kategori Murai Batu Terafit. Dengan irama lagu yang bervariasi, durasi kerja stabil, dan gaya “hepi ngeplay,” Buzer juga meraih posisi runner-up di kategori Murai Batu Kicau Indonesia dan Grofit.
Di kelas Cucak Ijo, burung bernama Astrea milik Iwan, Juragan Trotol, tampil gemilang. Dengan gaya jamtrok dan irama lagu bervariasi, Astrea berhasil merebut juara 1 kategori Cucak Ijo Grofit.
Tim Gemah Bersatu juga mencuri perhatian. Cucak Ijo Hibah tampil mendominasi dengan lagu panjang dan keras, memenangkan juara 1 kategori Cucak Ijo Vitavit. Sementara itu, Murai Muda Siluman dari tim yang sama berhasil menjadi juara 1 di kategori Murai Muda Teravit dan runner-up di kategori Murai Muda Teravit B.
Secara keseluruhan, acara ini berjalan lancar dan kondusif, memberikan pengalaman luar biasa bagi peserta dan penonton. Semangat kompetisi yang tinggi di Semarang, ditambah dengan venue seperti Kalipancur Central Park yang mendukung pelestarian, menjadikan kota ini sebagai pusat kegiatan kicau mania. Semarang tidak hanya sekadar kota seribu gantangan, tetapi juga pusat pelestarian dan wadah komunitas pecinta burung yang terus tumbuh dan berkembang.
Berikut data juaranya :
( Dwi_prie )